Setelah meletakkan belanjaan di atas meja dapur, Lisa masuk kamar. Lisa berencana menanyakan soal itu, tapi nanti. Bapak tidak ada. Mungkin sedang keluar mengajar pencak silat bersama perkumpulannya.
Setelah membuka hoodie putihnya, Lisa menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Sambil tengkurap, Lisa meraih ponsel android lama. Yang masih memakai android versi lama. Ini barang bekas yang ia beli dari pemilik minimarket dengan harga sangat murah.
Itu pun ia beli dengan uang yang diperolehnya sendiri. Dari hasil kerja paruh waktu di minimarket itu. Lisa anak yang aktif dan cekatan. Mungkin dia bukan anak pintar. Nilai akademiknya tidak fantastis. Peringkat paling tinggi yang pernah di raihnya adalah peringkat 15 di dalam kelas. Itu pun mungkin saja karena keberuntungan.
Pernah Lisa mendapat nilai delapan puluh pada ujian matematikanya. Bukan bahagia, Lisa justru terheran-heran. Bagaimana bisa? Dia tidak ahli matematika seperti Bayu ketua kelas. Lisa hanya tersenyum geli melihat kertas ujian yang sudah di nilai itu.
Sekitar lima belas menit tamu itu sudah pulang. Lisa keluar kamar dan berpapasan dengan ibunya yang hendak ke dapur.
"Ibu ... tidak meminjam uang pada rentenir itu kan?" tanya Lisa lambat-lambat. Ibu berhenti dan menatap putri pertamanya.
"Tidak. Ibu tidak meminjamnya. Berhenti bertanya soal itu. Kamu masih belum perlu memikirkan hal seperti itu. Lebih baik kamu rajin belajar jangan keluyuran yang enggak jelas," tutur Ibu mengusap rambut Lisa dan menuju ke dapur. Lisa mengikutinya. Membantu ibu mempersiapkan bahan-bahan yang akan di masak besok pagi.
Keluarga Lisa mempunyai usaha warung makan kecil yang letaknya pas di depan teras rumah. Meskipun letaknya masuk gang, tapi banyak yang tahu tempat ini.
Karena di jalan utama ada mal besar, minimarket yang menjamur, juga beberapa kantor pemerintahan. Jadi warung ibu Lisa terkena dampak positifnya. Banyak anak kost dari mal besar itu juga yang sengaja mencari makan agak jauh dari area mal. Mencari harga murah karena harus berhemat.
"Sa, minta hot spot, gih." Giri muncul langsung nodong numpang paketan data internet. Itu anak memang begitu. Dengar itu, Ibu yang sedang memotong sayuran berhenti dan menoleh.
Giri yang punya badan lebih tinggi darinya merasa Lisa tidak pantas jadi kakaknya. Karena Lisa hanya berumur satu tahun lebih tua darinya. Lisa sudah seperti teman daripada seorang kakak. Jadi Giri lebih suka manggil Lisa dengan memanggil namanya saja.
"Belum?" tanya Giri sambil mengangkat dagunya.
"Apaan?"
"Hot spotnyaaaa ...," jawab Giri gemas.
"Kerjaan kamu tuh, numpang aja. Uangku bisa-bisa habis buat kamu," tuding Lisa ke muka Giri lalu berjalan melewatinya.
"Kemana?" tanya Giri panik.
"Ke kamar. Ponselku ada di kamar."
"O ... Oke. Lanjut." Giri mempersilahkan kakaknya menuju ke kamar. Kamar yang cuma ada satu. Karena Lisa anak pertama dan perempuan, jadi kamar itu di serahkan ke dia. Sementara Giri terpaksa tidur di depan tv.
Kadang juga Giri suka melesat ke kamar Lisa kalau dia sedang tidak ada. Bukannya marah, Lisa kasihan. Karena ini anak sering jadi seperti gelandangan. Tidurnya no maden.
Apalagi kalau sudah ada teman ibu yang datang membawa anak-anaknya, Giri yang pas tiduran di depan tv di usir dengan cepat. Karena pasti ibu dan anak-anaknya itu suka belusukan masuk rumah.
Mereka pun ikut nongkrong di depan tv. Giri terpaksa ke kamar bapak kalau pas di kamar Lisa sedang ada orangnya. Atau kalau enggak, terpaksa tidur di lantai kamar Lisa, karena empu kamar sedang rebahan di atas tempat tidurnya yang hanya ukuran kecil
"Sudah nyambung. Sip." Giri mengacungkan jempol karena bahagia, di depan pintu kamar Lisa yang terbuka. Lalu pergi ke depan tv. Lisa balik lagi ke dapur untuk membantu Ibu.
"Kamu lupa beli tepung beras, ya?" tanya Ibu setelah memeriksa belanjaan di dalam tas kresek warna merah bening itu.
"Mau bikin rempeyek, Bu?" tanya Lisa.
"Iya. Ada pesanan buat hajatan," kata Ibu yang mulai melihat ke arah Lisa.
"Aku balik lagi ke supermarket, deh. Uangnya mana, Bu?" Ibu memberikan uang seratus ribuan. Lalu Lisa bergegas masuk kamar lagi.
Bukannya tidak capek, tapi beli disana bisa dapat harga yang sangat murah. Untuk pedagang seperti ibu Lisa, itu sangat menguntungkan. Lisa paham itu. Makanya dia bertekad membelinya ke supermarket di dalam Mall besar di jalan utama.
"Gi. Anterin ke supermarket," pinta Lisa pada adiknya.
"Berangkat sendiri aja. Nih kuncinya." Giri melempar kunci motor. Lisa menangkap kunci motor itu dengan menipiskan bibir geram.
"Kalau aku berangkat sendiri, kamu gak bisa numpang hot spot lho. Ya, gak apa-apa sih. Lebih enak ke aku." Lisa angkat bahu. Merasa dia tidak bermasalah dengan itu.
Giri lupa kalau dia adalah orang yang numpang. Dia langsung menggeram kesal. Lisa tersenyum mengejek, sembari melirik ke adiknya. Giri berdiri. Dengan terpaksa dia mengantarkan kakaknya itu.
"Kita bukan lagi mau ke inggris. Letaknya hanya di sekitar sini. Biasa aja kali ...," sindir Lisa sambil menunjukkan kunci motor di atas telapak tangannya.
"Mending ke Inggris bisa lihat pertandingan sepak bola langsung." Giri mengomel sambil menyambar kunci motor di telapak tangan Lisa. Dan bibir Lisa tersenyum menang. Ibu geleng-geleng kepala melihat dua anaknya dari pintu dapur.
.......
.......
.......
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
Becky D'lafonte
seru punya saudara yg ukurnya gk beda jauh
2023-03-30
0
Ika Ratna🌼
karena bahagia gak harus kaya...hidup sederhana saja kalau kita bersyukur juga bisa bahagia
2022-11-22
0
✨rossy
keluarga kecil, sederhana tapi bahagia..
2022-09-30
0