Lisa sudah selesai belanja, tapi dia tidak menemukan Giri di tempat dia berhenti tadi. Kepalanya celingukan ke kenan ke kiri.
"Ini anak kemana sih," gerutu Lisa. Dia tidak bisa menghubungi Giri karena ponselnya berada di tangan anak itu. Dengan alasan dia masih numpang hot spot, Lisa akhirnya menyerahkan ponselnya.
Sebenarnya letak rumahnya bisa di jangkau dengan kaki dalam 15 menit. Akhirnya Lisa terpaksa jalan kaki lagi. Mengulangi perjalanan yang sama dengan tadi. Melewati cafe dan pertokoan. Matanya terhenti di salah satu cafe. Seseorang sedang memandang dengan kedua matanya. Membulat kaget melihat Lisa.
Lisa merasa aneh. Lihat ke kanan dan ke kiri karena bisa saja mata itu bukan sedang memandangnya. Memang banyak orang berlalu lalang, tapi tidak ada yang berhenti selain Lisa.
Nyonya itu masih duduk di kursi yang berada di dekat dinding kaca cafe. Manik matanya melihat Lisa dengan surprise. Lisa sangat terkejut. Dia ingat Nyonya itu. Beberapa jam yang lalu dia adalah orang yang mengatakan Lisa mirip puterinya.
"Aduh. Kenapa harus bertemu dengan Nyonya itu lagi, sih ...," gerutu Lisa. Dia menggeram kesal sambil segera berlalu dari tempat itu.
Nyonya itu bergegas keluar dan menghampirinya. Lisa panik. Karena jalanan mulai ramai, langkah kaki Lisa terhambat. Itu membuat Nyonya tadi bisa mendekatinya. Seperti tadi. Masih dengan tatapan senang, rindu dan sedih. Matanya berkaca-kaca melihat Lisa.
"Kamu muncul lagi," ucapnya bersyukur. Lisa diam. Menanti kelanjutan apa yang akan di lakukan Nyonya itu. Kali ini dia tidak bisa pergi. Dia memang tidak lagi curiga. Namun masih terlalu dini untuk melonggarkan kewaspadaan. Tangannya melirik ke sebelah tangannya yang membawa kresek belanjaan.
Belanjaan Ibu. Ibu pasti mencariku.
"Kapan aku bisa berbicara leluasa denganmu, Nak?" tanya beliau paham Lisa juga terburu-buru saat ini. Beliau juga melihat kresek yang di pegang Lisa. Beda dengan tadi sore. Sekarang Nyonya itu lebih tenang. Walaupun tadi sempat berkaca-kaca. Lisa diam tidak menjawab. Nyonya itu tersenyum.
"Maaf, kalau mengagetkanmu. Kamu pasti tidak semudah itu mempercayai orang asing. Dan maaf tentang sore tadi."
"Saya memang terkejut. Tapi tidak apa-apa," sahut Lisa.
"Bisa aku berbicara denganmu?"
"Bisa, tapi tidak hari ini. Saat ini ibu saya sedang menunggu barang belanjaan yang saya bawa ini." Lisa menunjukkan barang bawaannya.
"Baiklah. Bagaimana kalau besok? Aku akan menunggu di cafe ini. Kamu pasti tinggal di wilayah sekitar sini bukan? Jadi tidak menyusahkanmu saat menemuiku. Ini nomor kontak yang bisa kamu hubungi saat datang menemuiku. Atau kamu bisa langsung datang ke cafe itu. Aku akan berada di sana.
Beliau menunjuk ke arah cafe di belakang mereka. Cafe dimana nyonya itu duduk tadi. Nyonya itu memberikan kartu nama yang hanya menjelaskan nama dan nomor ponsel. ANNE WIJAYA 085XXXXX...
Memangnya kartu nama hanya seperti ini? Lisa membolak-balikkan kartu itu.
"Lisa!" panggil seseorang. Ternyata Giri muncul.
"Saya permisi." Lisa berpamitan dan pergi menuju ke adiknya. Nyonya itu masih saja melihat punggung Lisa.
"Siapa?" tanya Giri sambil memandang Nyonya itu.
"Orang."
"Ya, jelaslah orang. Mataku juga lihat kalau yang ada disana itu orang, tapi dia siapa?" Giri sewot dengar jawaban kakaknya yang asal jawab saja.
"Gak tahu."
"Gak tahu gimana? Bukannya tadi sedang mengobrol?" protes Giri.
"Enggak tahu, ya enggak tahu."
"Kamu tuh nyebelin," gerutu Giri.
"Kita bersaudara. Kalau aku nyebelin jadi kamu juga nyebelin. Jadi gak usah sewot. Ayo cepat pulang. Sedari tadi ngilang aja." Lisa memukul lengan adiknya. Karena Giri menggerutu, Lisa jadi ngomel panjang. Lalu Giri menyalakan motor dan lenyap dari area itu.
Aku menemukannya. Aku akhirnya menemukannya ..., batin nyonya itu bahagia.
***
SEKOLAH LISA
Tok! Tok! Aris mengetuk jendela kaca kelas dengan pelan. Saking pelannya sampai tidak kedengaran siapa-siapa. Nah, ngapain ketok jendela?
Ini semacam dilema.
Jika ketok jendela kaca dengan pelan, si Lisa tidak akan bakal mendengar. Mau ketok yang lebih keras nanti justru pak Ilham yang menoleh. Ini bakal jadi gawat darurat. Aris di giring ke kantor. Diceramahi dan di hukum.
Ya enggak usah ketok-ketok jendela kelas orang lain lah ... Namun Aris ngebet banget ingin bolos siang ini. Sera yang ada di dekat jendela noleh. Aris senyum. Tanpa di beri tanda, Sera tahu bahwa cowok itu pasti ada perlu sama cewek di bangku sebelahnya. Sekarang Sera menoleh ke Lisa.
"Lis," panggil Sera pelan. Dalam jarak yang tidak terlalu jauh, gadis itu bisa mendengar. Kepala Lisa menoleh. Sera menunjuk ke arah jendela. Aris kasih kode untuk ketemuan di toilet. Itu artinya mereka mau bolos. Lisa mengangkat tangannya sambil menggerakkan mulutnya.
"Nanti." Begitu terjemahan dari gerakan mulutnya jika tanpa mute.
Muka Aris jadi begitu sumringah. Usahanya untuk mengajak gadis ini bersenang-senang akhirnya kesampaian.
.......
.......
.......
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
Ika Ratna🌼
Haduh....jgn bolos dong Lisa
2022-11-23
0
🥚⃟♡ɪɪs▵꙰ᵃⁱˢYᵃ🇭⃝⃟♡ ¹⁷᭄
lanjut dong😘
2022-10-06
4
☠ᵏᵋᶜᶟIiͥs ͣAͫisyahᶜᶠ⃝◆🍆◌⑅⃝🥚²
semangat my lady
2022-09-26
4