BAB 14

Lora terbangun setelah beberapa jam tidur diposisi yang sama karena Hanzel terus memeluknya, dan pada saat dia akan berbalik, Hanzel justru menahan tubuhnya. Sekarang badannya terasa sakit sebelah, tapi dia juga merasa haus. Perlahan dia memindahkan tangan Hanzel, lalu kakinya barulah setelah itu dia bisa bangkit dari tempat tidur untuk mengambil air di dapur.

Sebentar Lora menatap wajah Hanzel yang terlihat tampan meski lampu sudah tidak seterang sebelumnya karena diganti dengan lampu tidur. Lora tersenyum entah apa juga yang membuat ya merasa bahagia, tapi setelah beberapa detik dia menggeleng dengan cepat karena tidak boleh ada pemikiran semacam ini agar dia tidak perlu sakit hati ketika kekasih Hanzel yang sesungguhnya bertemu dengannya.

Perlahan Lora berjalan mendekati pintu, meraih handle dan pelan juga dia membukanya karena tidak ingin membuat Hanzel terbangun. Kaki Lora terus melangkah menuruni anak tangga karena dia ingat bahwa dapur dirumah itu berada di bawah. Lora menoleh ke kanan dan ke kiri mencari keberadaan dapur, tak tak lama dia kembali berjalan dan sampailah dia ke dapur. Sudah tengah malam, jadi tidak heran kala tidak ada orang yang ada di dapur. Lora mengambil sebuah gelas, lalu membuka pintu lemari es dan menuangkan sebelas air ke dalam gelas yang tadi dia ambil. Setelah menenggaknya lumayan banyak, Lora kembali mengisi air untuk dia bawa ke kamar.

" Wah ada gadis sampah, aku jadi harus meminta pembantu untuk membersihkan dapur nih setelah ini. "

Lora mengernyit lalu berbalik melihat siapa yang berbicara dengan kata-kata sangat tidak sopan itu. Sebentar Lora menatap wanita yang tersenyum miring seolah mengejek, dan wanita itu adalah Velo.

" Ibu Velo? Apa perlu saya yang membersihkan dapur? " Tanggung, dan Lora sudah tidak tahu harus bagaimana, sebenarnya dia juga gugup, tetapi Hanzel sendiri bilang kalau tidak perlu menghormati siapapun selain Ibunya kandungnya kan? "

" I Ibu kau bilang? " Velo bertanya sedikit kesal.

Lora mengangguk, sungguh di sama sekali tidak tahu kalau panggilan itu amat menyebalkan bagi Velo. Tapi memang benar itu adalah panggilan paling cocok untuk Velo karena dia adalah Ibu tirinya Hanzel kan?

" Memang seharusnya aku panggil siapa, Ibu Velo? "

Velo semakin kesal di buatnya.

" Aku bukan Ibumu! "

" Tapi Ibu kan Ibu tirinya Hanzel. "

" Tutup mulutmu! "

Lora benar-benar terdiam karena itu kan yang diminta oleh Velo.

" Dengar, kau jangan terlalu percaya diri hanya karena dinikahi oleh Hanzel, karena wanita yang selama ini Hanzel cintai adalah aku! "

Lora mengangguk saja karena dia tidak tahu harus menjawab apa. Sekali lagi Lora bukan orang yang memiliki banyak pengalaman hidup apalagi percintaan di usia delapan belas tahun. Karena merasa risih dengan rambutnya yang terus ke depan, Lora tidak sengaja menyelipkan rambutnya ke belakang telinga, lalu mengibaskan rambut di dadanya ke belakang punggungnya. Hal yang sederhana kan? Tapi apa yang dilakukan Lora malah semakin membuat Velo meradang. Kenapa? Itu karena banyak sekali bekas merah di dada, juga di leher Lora yang tadinya tidak terlihat saat rambutnya belum ia singkap kebelakang.

" Dasar tidak tau malu! Kau sengaja memamerkan padaku, huh?! "

Lora lagi-lagi mengernyit bingung. Pamer apa? Yang dia pegang kan hanya segelas air, dia tidak memakai perhiasan apapun, jadi bagian mana yang disebut pamer?

" Ibu Velo, aku tidak pamer apa-apa kok. " Ucap Lora polos.

" Dasar tidak tahu malu! Masih kecil saja begitu kelakuannya! Kau seharusnya masih duduk di bangku sekolah dasar, bermain petak umpet bersama dengan teman-teman mu! "

" Aku sudah lulus sekolah menengah atas kok, Ibu Velo. "

" Ih! Diam! Jangan memanggilku Ibu! " Velo yang tidak tahan lagi meletakkan tempat minumnya dan kembali ke kamar. Padahal tadi dia berniat mengambil air juga, tapi gara-gara berdebat dengan Lora, dia jadi tidak ingin lagi mengambil air.

" Sebenarnya dia kenapa sih? " Gerutu Lora seraya menjalankan kakinya untuk menuju kamar Hanzel. Perlahan Lora berjalan mendekati tempat tidur, tapi sebelum itu dia meletakkan dulu segelas air yang ia ambil tadi, baru pelan-pelan dia mulai merebahkan tubuhnya di samping Hanzel.

Pagi harinya.

Hanzel sudah siap dengan pakaian kerjanya, dan Lora juga sudah siap dengan pakaian yang semalam ia pakai. Maklum saja, yang disediakan oleh mertuanya hanyalah baju-baju seksi yang digunakan untuk tidur saja.

" Lora, besok Minggu aku akan pergi ke desa, kau mau ikut atau tidak? " Tanya Hanzel yang kini tengah memakai kaos kakinya.

Lora nampak berpikir sebentar, lalu mengangguk setelahnya.

" Ikut, Tuan! Aku harus mengambil ijazah ku di rumah orang tua angkat, kan aku mau kuliah. "

" Sebenarnya aku sudah meminta orang untuk mengambil ijazah mu, tapi orang tua angkat mu itu tidak mau memberikannya, dan meminta kau datang untuk mengambil sendiri. "

Lora terdiam dengan tatapan yang tak biasa. Pasti yang mengatakan itu adalah Ayah angkatnya, karena kalau Ibu angkat, dia yang terakhir kali sudah se-marah itu tidak mungkin ingin melihat Lora lagi kan? Apalagi kalau sampai anak pertama nya mendengar kabar tidak benar itu, sudah pasti dia akan melarang orang tuanya bertemu dengan Lora, atau kalau bisa pasti lebih baik memukuli Lora saja sama seperti saat dia mengunjungi orang tuanya dan melihat Lora melakukan sedikit saja kesalahan, Lora akan langsung saja dimaki, bahkan pernah juga anak pertama orang tua angkatnya memukul kepala Lora.

" Kalau begitu, aku akan mengambil sendiri saja. " Ujar Lora yang jelas tak punya pilihan lain karena dia juga tidak bisa kuliah kalau tidak punya ijazah.

Hanzel membatin di dalam hati, tali sama sekali tak ia tunjukan melalui mimik wajahnya.

" Tuan, kalau buru-buru aku naik taksi saja. " Ujar Lora yang melihat ini sudah hampir pukul setengah delapan, padahal biasanya Hanzel akan berangkat dari rumah yang ia tinggali sekitar pukul tujuh, padahal jarak rumah dari tempat dia bekerja jauh lebih dekat.

" Jangan panggil Tuan, kau mau orang dengar? "

" Eh, iya sayang. "

Hanzel tersenyum tipis, lalu bangkit dari posisinya karena sepatunya sudah rapih dia kenakan.

" Telat sedikit tidak apa-apa, nanti aku antar kau dulu baru ke kantor. " Ujar Hanzel langsung di angguki Lora.

" Oh iya, ngomong-ngomong semalam Ibu Velo bilang kalau Tu- Maksudku, sayang. Katanya sayang sangat mencintainya, memang benar? Kan dia adalah Ibunya sayang, memang boleh? "

Hanzel mendorong kening Lora pelan menggunakan jari telunjuknya.

" Anak kecil tahu apa tentang cinta? " Hanzel beranjak meninggalkan Lora yang terperangah sendirian.

" Berarti aku adalah anak-anak yang menikah dengan orang tua ya? "

Hanzel menghentikan langkahnya, lalu berbalik meraih tengkuk Lora, menempelkan bibir mereka, dan menggigit bibir Lora agak kuat.

" Aw! " Pekik Lora seraya menjauhkan tubuh Hanzel.

" Lain kali jangan protes sembarangan. "

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Beloved vindra

Beloved vindra

🤣🤣🤣🤣🤣

2023-03-20

0

Mamah Irfan Faiz

Mamah Irfan Faiz

Lama lama Hazel bucin

2022-08-31

1

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

top 👍

2022-07-12

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!