BAB 8

Hanzel menghela nafas seraya menjauhkan iPad dari tangannya. Rasanya lelah juga juga harus bekerja jarak jauh seperti ini, memang benar di desa dia bisa melihat secara langsung perkebunan teh milik keluarganya, tapi tetap saja kalau perusahannya ada di kota, dia tetap harus bekerja, dan bekerja jarak jauh seperti ini sungguh membuatnya lebih lelah dari biasanya.

" Tuan, mau teh atau tidak? " Tanya Lora yang bisa minat wajah lelah Hanzel setelah hampir tiga jam sibuk dengan iPad, juga sesekali harus memeriksa ponselnya.

" Tidak usah, aku sudah mengantuk. " Hanzel bangkit dari duduknya, lalu menuju tempat tidur dan langsung membaringkan tubuhnya disana. Lora, gadis yang tentu saja belum terbiasa tidur dengan pria Meksi sudah dua malam disana, tetap saja dia merasa canggung. Demi untuk menghilangkan kegugupannya, Lora beralasan untuk pergi ke dapur, dan baru akan kembali setelah Hanzel benar-benar tertidur.

Pagi Harinya.

" Tuan, apa perlu saya membantu? " Tanya Lora yang melihat Hanzel sibuk mengemas pakaiannya sendiri.

" Tidak usah, bajuku hanya sedikit, aku bisa sendiri. " Jawab Hanzel tak menghentikan kegiatannya.

" Tuan mau kemana? " Tanya Lora ingin tahu.

" Kembali ke kota, disini sulit untuk mengerjakan urusan kantor. " Jawab lagi Hanzel.

Lora mengangguk saja karena merasa senang tidak perlu bertemu dengan Hanzel entah sampai kapan, mungkin saja saat perjanjian di antara mereka selesai juga tidak akan bertemu Hanzel lagi. Tapi, saat dia mengingat Nora yang sudah kembai dari luar negeri dan menjadi selebriti, dia akhirnya memutuskan untuk meminta Hanzel agar mengajaknya serta.

" Tuan, aku boleh ikut tidak? " Tanya Lora dengan tatapan bersemangat.

Hanzel mengernyit, apalagi kalau melihat wajah Lora yang nampak semangat, dia jadi semakin merasa heran. Apakah Lora begitu penasaran dengan kota? Apakah kita baginya seperti surga hingga dia begitu semangat?

" Ada banyak peraturan jika kau mau ikut, pertama jangan biarkan orang lain tahu hubungan kita, kau juga tidak di izinkan protes saat aku bersama wanita lain karena aku memiliki kekasih. Saat kekasihku datang kerumah, kau harus bersikap seperti pembantu, apa kau mau? "

Lora mengangguk dengan cepat.

" Mau! Aku mau! "

Hanzel terdiam dengan tatapan kaget, gila! Padahal dia sudah memberikan saran yang begitu melukai harga diri, tapi kenapa dia masih ingin ikut? Apakah harus dia menceritakan bagaimana keadaan rumah disana agar dia menyerah saja? Tapi kala dipikirkan kembali, membawa Lora juga adalah hal yang menguntungkan, karena dengan begitu akan mudah baginya membuat Ayahnya cemburu dan marah. Heh! Pasti menyenangkan melihat ayahnya kesal, batin Hanzel.

" Kemas barang-barang mu kalau begitu. "

" Baik! "

Setelah beberapa saat.

" Apa ini? " Tanya Hanzel kepada Lora karena Menyerahkan sekarung plastik berwarna hitam, dan ukurannya sedang.

" Itu bajuku, Tuan. " Ucap Lora dengan tatapan polos.

Hanzel mengernyit, lalu mengangkat kantung plastik itu dengan tatapan bingung. Sekantung plastik berukuran sedang yang ia duga hanya bersisi dua setel baju, beserta pakaian dalam saja.

" Hanya ini barang mu? " Tanya Hanzel dan segera mendapatkan anggukan dari Lora.

Hanzel melihat Lora yang tak memakai tas, atau bahkan memegang batang seperti para remaja lainnya.

" Ponselmu dimana? "

" Tidak punya ponsel, Tuan. "

Hanzel semakin menjadi bingung, barang hanya ada sedikit, ponsel tidak ada, pakaian yang digunakan lusuh, sendal juga sangat jelek, bukan hanya jelek, bisa di ilang sudah tida pantas di pakai lagi.

" Ita, berikan satu sendal mu untuk Lora, sekalian baju juga. "

" Baik. "

Seperti yang dikatakan Hanzel, kini Lora sudah memaki pakaian Ita, dan mereka langsung masuk kedalam mobil untuk menuju ke kota, dan Hanzel juga sudah membuang barang-barang Lora yang ia yakini kalau itu juga pakaian yang sudah sangat lusuh.

" Tuan, rumahnya tidak apa-apa di biarkan kosong begitu saja? " Tanya Ita yang kini duduk di belakang, sementara Lora duduk didamping Hanzel yang tengah menyetir mobil sesuai perintah Ita.

" Tidak apa-apa, sebulan sekali aku akan datang bersama Doni untuk mengecek kebun teh, kalau jadwal padat mungkin dia bulan sekali. Nanti aku juga minta orang untuk menjaga rumah, jadi tidak akan apa-apa. "

Sebenarnya ini adalah kali pertama Hanzel mengemudi sendiri di perjalanan jauh, tapi hanya karena ingin merebut pengantin Ayahnya, apa saja dia lakukan hingga dia sendiri juga keheranan.

" Kita berhenti dulu disini. " Ucap Hanzel seraya menggerakkan tangan, juga tubuhnya karena pegal setelah dua jam lebih mengemudi. Ita, dia dibelakang terus memberikan kode kepada Lora untuk memijat Hanzel, untunglah Lora cepat tanggap dan mengikuti sarannya.

" Tuan, biarkan saya melihat punggung anda. "

" Tidak perlu. "

Lora melihat ke arah Ita, dan Ita mengatakan paksa! Tanpa adanya suara. Lora mengangguk, dan kembali mencoba.

" Tuan, biarkan saya memijat punggung anda. " Hanzel tidak menjawab, dan itu karena dia bingung dengan Lora yang agak berani dari sebelumnya. Hanzel memilih diam mengikuti saja tangan Lora mengatakan punggungnya kemana, dan pijitan Lora benar-benar membuat pegal yang ia rasakan mereda. Tak hanya punggung, tapi juga kedua lengan Hanzel Lora pijat bergantian.

" Bagaiman, Tuan? Apa masih pegal? "

Hanzel menelan salivanya sendiri, benar-benar hilang rasa pegalnya.

" Sudah lumayan, kita jalan lagi saja. " Ucap Hanzel, lalu segera melajukan lagi mobilnya.

Satu jam kemudian, Hanzel, Lora dan Ita sudah sampai di rumah pribadi Hanzel. Tadinya sih Hanzel ingin membawa Lora ke rumah Ayahnya dulu, tapi melihat penampilan Lora, dia urungkan niatnya, dan baru akan membawa Lora kesana setelah membelikan Lora pakaian dan kebutuhan wanita seperti pada umumnya.

Lora menatap kagum rumah yang kini lantainya ia pijak. Memang tidak sebesar rumah tetangga Hanzel, tapi saat masuk rumah Hanzel memang terlihat sangat rapih, juga sangat mewah. Pengharum ruangan juga ada di beberapa sudut ruangan, lampu hias yang tergantung di atap juga terlihat begitu indah, maklum saja, Lora biasanya hanya melihat di televisi saja rumah-rumah bagus seperti itu.

" Ita, istirahat saja hari ini, kalau lapar pesan antar saja ya? Kau, ikuti aku. " Ucap Hanzel kepada Lora setelah selesai berbicara kepada Ita.

" Baik, Tuan. " Ucap Ita dan Lora bersamaan.

Hanzel membawa Lora kesebuah ruangan, dan itu adalah kamarnya Hanzel yang mulai sekarang akan ada Lora juga yang tidur di sana.

" Kau istirahat saja dulu, nanti kalau lapar minta saja pada Ita untuk memesan makanan. " Ucap Hanzel seraya meletakkan barang-barangnya dan seperti ingin pergi lagi.

" Baik, apa Tuan akan pergi? " Setelah bertanya Lora terkejut karena merasa dia sudah lancang bertanya tentang hal itu, bahkan sudah dua kali.

" Iya. "

Lora terdiam lalu mengangguk setelahnya.

" Hati-hati dijalan, Tuan. " Ucap Lora tapi sayangnya tak mendapat tanggapan dari Hanzel yang kini sudah berjalan semakin jauh untuk keluar dari rumah.

Lora menghela nafas seraya menutup pintu kamar.

" Semua akan segera dimulai. " Ucap Lora dengan tatapan penuh arti.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Dinda arimbi

Dinda arimbi

lamjut

2022-07-01

1

rosediana

rosediana

😭😭😭

2022-06-17

0

rosediana

rosediana

miris bgt

2022-06-17

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!