BAB 4

Lora terdiam sembari memikirkan betapa menderita hidupnya kalau dibandingkan dengan saudari kembarnya, yaitu Nora Q atau Nora Queenera. Dia hidup dengan begitu menyedihkan, dilecehkan saat remaja, dipukuli, dihina, dimaki, dijauhi teman-teman sekolah karena dia terlalu miskin juga dekil, bahkan sekarang dia malah sudah dinikahkan dengan orang yang namanya saja tidak bisa di ingat meski sudah beberapa kali mendengarnya.

Lora mengepalkan tangannya semakin erat karena lagi-lagi mengingat photo-photo Nora di media sosial yang menunjukkan wajah cantik dengan senyum bahagia seperti tak memiliki beban hidup, juga seperti berlimpah kebahagiaan. Kenapa? Padahal mereka adalah saudara kembar, kenapa tidak mencarinya kalau sudah kembali ke negara ini? Apakah dia sudah dilupakan? Apakah dia sudah di anggap tidak ada, dan akan lebih baik kalau tidak ada jejak sama sekali?

Nora, kenapa kau hidup dengan bahagia, kau bahkan menjadi seorang artis. Lalu aku? Kenapa aku begini? Kenapa aku begitu menderita?

Lora memandangi luka ditubuhnya, terutama di kaki dan kepala yang sangat nyeri dan perih hingga melakukan apapun serasa tidak nyaman.

" Jangan memasang wajah sok sedih, sebentar lagi Ayahku akan datang, laki-laki yang tadinya kan menikah denganmu akan segera menemui mu. Bagaimana? Kau pasti senang kan? Oh, ataukah sangat sedih karena gagal menikahi Ayahku? " Ucap Hanzel yang entah sejak kapan sudah berada di ambang pintu seraya menatap Lora dengan tatapan mengejek.

Lora, gadis itu hanya bisa mengepalkan tangannya semakin kuat hingga gemetar, padahal bukan salahnya, juga bukan urusannya, kenapa dia harus dihina? Kenapa dia harus menanyakan itu lagi, dan lagi? Dan tentu itu bukan salahnya karena dia juga tidak tahu menahu tentang situasi ini.

" Keluarlah, aku akan bersiap dulu. "

Tak menjawab ucapan Hanzel, Lora perlahan bangkit dari duduknya, lalu berjalan keluar tanpa suara. Kakinya yang tertatih tatih bahkan bahkan tak dia abaikan demi menghindari Hanzel. Sementara Hanzel sendiri, pria itu malah menggeleng dengan senyum mengejek seolah menuduh apa yang dilakukan Lora saat ini hanyalah akting semata. Jangan tanya kenapa Hanzel tidak mencari tahu soal Lora, karena Hanzel merasa Lora tidaklah penting meski statusnya adalah istri sahnya.

Sesampainya di luar kamar, Lora kini pelan menuju dapur karena merasa haus. Untunglah disana ada Ita, dan membuatnya tak perlu jalan sampai ke lemari pendingin karena Ita sudah lebih dulu mengabulkan untuknya.

" Non Lora, duduk saja ya? jangan banyak bergerak nanti lukanya terbuka lagi. " Ujar Ita seraya membantu Lora untuk berjalan menuju sofa tak jauh dari sana.

" Duduklah disini, biarkan saya ambilkan roti dan susu dulu ya siapa Non Lora ada tenaga. " Ucapnya lalu segera berjalan ke dapur untuk mengambil apa yang dia tawarkan tadi.

" Ini, Non Lora. " Ucap Ita seraya meletakkan roti dan segelas susu di meja tepat di hadapan Lora.

" Terimakasih. "

Sebenarnya sungguh Lora tidak terlalu memahami keadaan sekarang ini, tapi satu hal yang ingin dia lakukan adalah, lari sejauh mungkin, lalu mencari Nora dan juga Ayahnya di kota.

" Hanzel! Bajingan, dimana kau?! "

Lora bangkit dari posisi duduknya, karena terkejut dengan kedatangan dua orang pria tak dikenal. Satu seorang pria muda, satu lagi seorang pria yang mungkin lebih tua dari Ayahnya sendiri, pria tua itu memakai setelah jas berwarna black navi, kaca mata, dan juga menggunakan tongkat sebagai pengokoh jalannya.

Pria itu sebentar melihat ke arah Lora, lalu setelah mengeryit beberapa saat dia berjalan mendekati Lora yang kini tengah menunduk tak berani menatap mata pria tua itu.

" Kau Lora? " Tanya pria tua itu dengan tatapan aneh yang jujur saja sangat membuat Lora tidak nyaman. Tidak tahu apa yang dipikirkan oleh pria tua itu, tapi jika boleh memilih, Lora sungguh tidak ingin bertemu dengannya.

" Iya. " Ucap Lora menahan rasa tertekan, bahkan sekujur tubuhnya juga gemetar tanpa sebab yang pasti.

Pria tua itu tersenyum, dia berjalan semakin mendekat, bahkan Lora yang sedari tadi menu Duk tak berani menatap tidak menyadari tangan pria itu sudah sampai ke pipinya, dan mengusapnya lembut.

" Cantik juga, sayang sekali anak kurang ajar itu malah membuat ulah dengan menikung mu dariku, tapi kau tenang saja sayang, aku akan segera mengurus segalanya dan menjadikanmu istriku. "

Lora menaikkan tatapannya seolah menghilang rasa takut dan tertekan yang sedari tadi ia rasakan. Apa-apaan ini?! Kenapa bicaranya pria itu tidak masuk akal? Tapi begitu Lora mengingat ucapan orang tua angkatnya, sekarang dia mulai memahami sedikit keadaannya. Ternyata awalnya pria tua inilah yang akan menikahinya, tapi karena anaknya membuat ulah, jadi anaknya yang menggantikan untuk menikahinya.

" Gadis cantik, baik-baik jaga tubuhmu ya? Aku tida ingin kecewa saat malam pertama kita. "

Plak!

Lora menepis tangan pria tua yang seharusnya lebih pantas ia sebut Ayah mertua. Gila! Sungguh gila dan tidak waras! Dia baru di nikahi oleh anaknya, bahkan dengan buas katanya binatang dia juga dipaksa untuk berhubungan badan dengannya, lalu sekarang mertuanya akan menjadikannya istri, dan sudah membahas malam pertama? Lora mengepalkan tangannya kuat, matanya menatap tajam hingga memerah.

Apakah bagi kalian aku ini mainan yang bisa digunakan saat suka, lalu di uang saat bosan? Apakah di mata kalian aku ini tidak ada harga diri sama sekali, Ayah, dan juga anak ingin bergantian menggunakan satu wanita? Kenapa kalian malah seperti anjing?!

" Kenapa? Kau marah karena aku tidak datang di hari pernikahan kita? Maaf gadis cantik, saat itu ada masalah tiba-tiba dengan perusahaan ku, aku terpaksa membatalkan rencana menikahi mu, tapi sialnya Hanzel malah megambil kesempatan itu. Jangan marah lagi, aku akan segera membebaskan mu dari Hanzel, dan kau bisa tinggal baik-baik menjadi istri ku ya? " Bujuk pria itu.

" Kalian brengsek! " Ucap Lora dengan tatapan marah, marah sekali hingga dia menangis.

" Wah, seru juga ya mendengarkan obrolan kalian? " Hanzel tersenyum seolah baru saja menyaksikan adegan komedi seraya berjalan menuju Lora dan Ayahnya berada.

" Kau anak brengsek! Kau tidak ada otak ya?! Sudah tahu dia calon istriku, berani-beraninya kau merebutnya! " Hampir saja tongkat ya g dipegang oleh Ayahnya Hanzel melayang ke kepala Hanzel, tapi untunglah dia sangat sigap hingga terhindar dengan selamat.

" Ayah, dua istrimu saja selalu bertengkar dan membuat kepala sakit setiap waktu, masih ingin menambah satu lagi? Lagi pula aku sudah memakainya, apa Ayah mau pakai barang bekas di pakai olehku? " Hanzel tersenyum dengan maksud mengejek tentunya.

Kalian brengsek! Aku akan membalasnya suatu hari nanti. Batin Lora.

" Kau anak durhaka! Kau brengsek! "

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

keren 😍

2022-07-08

0

Eka ELissa

Eka ELissa

astaga ini bp ank sama gilanya..😏😈😈kirain ank y baik eh tau nya sama aja gila😏kasian lora udh masuk kndang macan eh mo di mkn buaya pula....😱😱🙈

2022-06-08

2

Vera ladista

Vera ladista

nexttt aja lah

2022-06-07

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!