Setelah malam pertama kemarin, kini Lora hanya tinggal dirumah itu sendiri. Entah kemana semua orang, yang pasti sekarang Lora harus lari dan mendatangi Ibu angkatnya untuk meminta pertolongan, kalaupun memang dia di manfaatkan, setidaknya dia masih berharap akan mendapatkan belas kasih dan di bebaskan dari pernikahan tidak masuk akal itu.
Lora berjalan cepat dengan begitu buru-buru sampai dia tidak berani mengambil sendalnya yang terlepas karena takut akan di tangkap dan dikurung di rumah itu. Sebentar dia memegangi kakinya yang gemetar, juga merasakan perih karena laki-laki yang entah bagaimana ceritanya bisa menjadi suaminya. Sesampainya di rumah Ibu angkat, Lora duduk di kursi teras dengan pelan tak bersuara karena takut ada Ayah angkatnya. Sebentar dia meniup telapak kakinya yang berdarah karena tertusuk batu. Maklum saja, Lora tinggal di pedesaan yang belum banyak fasilitas mewah, jalanan juga masih menggunakan batu Kolar agak tidak licin saat hujan. Setelah dia rasa sedikit berkurang rasa perih di bagian inti juga kakinya, perlahan dia bangkit dan mengetuk pintu meski dia sendiri ketakutan.
Tok Tok
Cukup lama Lora mengetuk pintu, hingga akhirnya pintu terbuka.
" Kak Lora? "
" Arzum? "
" Kakak kemana saja? Aku lapar kak, tidak ada yang menyiapkan sarapan untukku. " Keluh Arzum si bocah yang kini berusia sepuluh tahun.
" Ibu kemana? " Tanya Lora sembari celingukan karena dia takut kalau sampai ada Ayah angkatnya disana.
" Sedang beli makanan, baru saja pergi. Ayo masuk kak, kakak kenapa berdiri di depan saja? " Ajak Arzum lalu menggenggam tangan Lora untuk membawanya masuk. Arzum adalah anak kedua dari orang tua angkatnya, sedangkan anak pertamanya yang bernama Resa bersekolah di kota, kabarnya sih Resa tinggal bersama Bibinya disana dan di sekolahkan hingga kini kuliah karena Bibinya tidak memiliki keturunan.
" Kak, kemarin aku ada PR sekolah dan aku lupa mengerjakannya. " Keluh Arzum yang memang sangat dekat dengan Lora. Dia juga sering menghubungi kakaknya, bahkan sesekali Resa juga pulang untuk mengunjungi orang tuanya, tapi Arzum memang hampir tidak pernah akur dengan kakaknya sendiri.
" Kakak kan sudah bilang Arzum, sepulang sekolah kau harus segera mengerjakan tugas rumah mu supaya kau tidak lupa dan nilai mu tidak kosong. " Baru saja Lora akan bertanya dimana Ayah angkatnya, tapi yang akan ditanyakan malah sudah lebih dulu muncul dengan wajah bajingan menjijikkan.
" Oh, ada Lora ya? "
Lora menelan salivanya dengan wajah ketakutan. Dia ingin bangkit dan lari, tapi sungguh kakinya terasa begitu perih dan sakit. Belum lagi bagian intinya juga terasa ngilu, dan juga perih membuatnya sulit untuk berjalan bebas seperti biasanya.
" Arzum, cepat masuk ke kamarmu! "
Lora semakin ketakutan, melihat wajah Ayah angkatnya menatap dengan penuh maksud membuatnya tak mau lagi berlama-lama. Dengan sekuat tenaga dia bangkit dari duduknya, tapi secepat itu juga Ayah angkatnya menekan pundaknya agar ia tak bisa bangkit.
" Mau kemana, hem? " Dia tersenyum, tapi itu sungguh menakutkan bagi Lora.
" Ayah, aku ingin mengerjakan tugas sekolahku dengan kak Lora. " Ucap Arzum.
" Jangan membantah! Masuk ke kamarmu, atau Ayah akan memukulmu! "
Melihat bagaimana Ayahnya melotot dan menatap dengan tajam, Arzum tidak lagi ingin membantah, segera dia mengikuti perintah Ayahnya dan segera masuk ke dalam kamar nya.
" Kau pasti tidak terpuaskan oleh kakek tua itu kan? Bagaimana kalau Ayah yang baik hati ini memuaskan mu? "
Lora mengernyit bingung. Kakek tua? Apa maksudnya? Bukankah yang dia nikahi adalah seorang pria matang? Sejenak Lora berpikir, tapi merasakan tangan Ayah angkatnya mulai berjalan ingin menyentuh bagian dadanya, segera dia menepis dengan kuat dan kasar.
" Ayah mau apa?! " Sungguh Lora ingin menatap pria bajingan yang sudah menghancurkan harga dirinya itu dengan marah dan berani, tapi dia takut, sungguh sangat takut hingga tak berani menatap lama kedua bola mata Ayah angkatnya.
" Mau apa? Jangan terlalu takut, Ayah hanya ingin memuaskan mu. Kakek tua itu pasti sudah tidak sanggup melayani kan? Sekarang biarkan Ayah yang membuatmu puas. "
" Jangan! " Lora bangkit seraya menepis tangan Ayah angkatnya yang ingin menyentuh bagian dadanya.
" Kau mau pulang, tolong menyingkir dari jalanku, Ayah. "
Pria paruh baya itu justru tersenyum miring dan teru saja menatap Lora dari ujung kaki hingga ujung kepala. Cantik, juga sangat membuat sesuatu dari seorang pria bangkit dengan cepat. Sejujurnya Lora tidaklah secantik gadis cantik yang hidup di kota karena dia sama sekali tak pernah sekalipun merasakan yang namanya perawatan wajah. Bahkan baju yang ia kenakan tak lebih dari tiga lembar untuk cuci kering pakai saja.
" Menyingkir? Tentu saja, tapi biarkan Ayah menyentuh sebentar. "
" Brengsek! Lepaskan aku, bajingan! " Berontak Lora yang dengan kasar menepis tangan Ayah angkatnya yang dengan cepat menyentuh bagian dadanya. Melihat Lora terus memberontak, Ayah angkat menjadi kesal dan menahan tangan Lora dengan satu tangan, lalu satu tangan lagi ia coba gunakan untuk melucuti pakaian yang di gunakan oleh Lora.
Brak!
" Apa-apaan ini?! " Ibu angkat menatap kaget juga marah melihat Lora dan suaminya seperti sepasang orang yang akan melakukan hubungan suami istri. Dengan cepat Ayah angkat menepis tangan Lora yang sedari tadi ia cengkram dengan kuat.
" Dia! Gadis sialan ini yang merayuku! Dia membuka bajunya untuk menggodaku! Dia bilang tidak puas dengan si kakek tua itu dan meminta tolong untuk aku puaskan! Aku sudah menolak, tapi dia terus memaksa. "
" Bohong! Aku tidak melakukan itu, Ibu! Aku datang bukan untuk menggoda, aku- "
" Jangan mengelak! Kalau bukan, untuk apa kau datang kesini huh?! Kau ini pel*cur! "
" Tidak, aku tidak melakukannya, Ibu. Aku benar-benar tidak begitu. "
" Dasar gadis sialan! Tidak tahu malu! " Ibu angkat yang marah karena lebih mempercayai ucapan suaminya menarik rambut Lora dengan kuat, menyeretnya keluar rumah dengan paksa dan mengabaikan saja rintihan Lora yang kesakitan.
Bruk!
" Dasar gadis kotor! Kalau kau tidak terpuaskan dengan kakek tua itu, jangan suamiku juga yang kau incar! Pergi sana! Jangan berani-berani nya datang ke rumahku lagi! "
" Tidak, jangan Ibu! " Lora bangkit dari posisi duduk karena memang dia terjatuh duduk saat di hempas oleh Ibu angkatnya tadi. Segera dia berlutut memegangi kedua kaki Ibu angkatnya dan memohon.
" Ibu aku mohon, aku tidak menggoda Ayah, aku datang karena aku- "
" Banyak omong! " Ibu angkat mendorong tubuh Lora, lalu mengambil sebuah batu dan melempar ke kepala Lora.
" Ah! " Pekik Lora yang jelas ia merasakan sakit karena batu Kolar di lepas ke kepalanya.
" Kau sudah di beri makan dan tempat tinggal, jadi kau harus menerima kakek tua itu sebagai upah untuk kami. "
Kenapa? Padahal dia bersekolah lewat jalur prestasi, uang saku juga hampir tidak pernah dia minta, lalu pekerjaan rumah sudah dia kerjakan hampir semua, tapi kenapa masih harus membayar sesuatu yang dia tidak tahu menahu?
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
langsung favorit ❤️
2022-07-08
0
Vera ladista
lanjut ah
2022-06-07
0
Vera ladista
selalu bisa menguras air mata deh kamu thor
2022-06-07
0