Lora meniup-niup telapak kakinya yang berdarah karena tusukkan batu Kolar tajam, belum lagi kepalnya juga berdarah, dan untunglah tak banyak. Sejenak dia menyeka air mata di wajahnya saat ada seorang Ibu dan juga anak gadisnya tengah berjalan bersamaan sembari menenteng tas belanjaan, sepertinya mereka pulang dari pasar.ora tak mengalihkan pandanga dari mereka hingga mereka tak bisa lagi dia lihat karena semakin jauh mereka berjalan.
'' Kalau Ibu masih hidup, kami pasti akan seperti itu kan? Kalau Ibu masih hidup, aku tidak akan kehilangan kesucianku saat usiaku enam belas tahun kan? Aku juga tidak mungkin menikah dengan pria asing itu juga kan? " Lora kembali menangis, sudah tidak tahu akan kemana lagi, pulang kerumah Ibu angkat tidak mungkin, kembali ke rumah pria yang katanya adalah suaminya juga dia tidak mau. Kalaupun mau tidur di jalanan juga akan sangat berbahaya. Pedesaan disana masih jarang penerangan di jalanan, hanya ada di rumah-rumah warga saja.
" Aduh, non! Kenapa ada disini? Tuan sudah marah karena non pergi tidak pamit. " Ucap wanita yang kira-kira usianya tiga puluh lima sampai empat puluh tahunan itu. Sungguh dia tidak kenal, tapi kalau melihat dari cara bicaranya, tidak mungkin juga dia asal bicara karena dia juga terlihat sangat panik.
" Kau siapa? " Tanya Lora.
" Saya Ita. Saya bekerja di rumah baru tuan Hanzel, dan ini adalah hari kedua saya bekerja. " Jawab wanita itu yang dapat dilihat oleh Lora jika wanita itu seperti orang yang jujur.
" Tuan Hanzel yang Bibi maksud siapa? "
Ita melongo bingung, bagaimana sih? Bukannya dia adalah istri ya Hanzel? Kok bisa-bisanya tanya siapa itu Hanzel?
" Non Lora bagaimana sih? Tuan Hanzel kan suami Nona. "
Lora kini terlihat panik, segera dia ingin bangkit karena tidak ingin kembali ke rumah itu lagi. Cukup, sudah cukup harga dirinya di obrak-abrik seperti seorang jal"ng yang tidak memiliki harga diri. Pertama-tama Ayah angkatnya, lalu pria asing itu, bukan tidak mungkin kalau akan ada pria lagi yang melakukan hal brengsek semacam itu kan?
" Aku tidak mau! Aku tidak ingin berada di rumah pria itu! " Lora berusaha untuk berjalan menjauh, tapi sialnya kaki yang tidak mengenakan alas itu lagi-lagi tertusuk batu Kolar.
" Ah! " Pekik Lora yang semakin merasakan sakit saat lukanya kembai tertusuk hingga berdarah lebih parah dari sebelumnya.
" Ya ampun non Lora! " Segera Ita berjalan menghampiri Lora, lalu membantu Lora untuk bangkit perlahan-lahan.
" Non, kemana sendal non Lora? Lukanya lumayan dalam, harus segera dibersihkan dan di pakaikan obat, non Lora biar saya bantu dan kita obati lukanya dulu ya? "
Lora menggeleng, bukannya akan sama saja hasilnya? Dia akan tetap kembali ke rumah itu kan?
" Aku tidak mau kembali kesana, aku mohon lepaskan aku, tolong lepaskan aku ya? "
Ita menatap Lora dengan tatapan tak tega, tapi melihat bagaimana kondisi Lora, dia semakin tak tega kalau harus melepaskannya. Tidak tahu apa yang membuat istri dari majikanya itu ketakutan setengah mati seperti ini, tapi saat mengendus bau darah dari rambut Lora, sepertinya dia harus segera mencari tahu sendiri.
" Non Lora, percuma saja kalau non Lora ingin kabur. Tuan Hanzel adalah pemilik perusahaan teh, perkebunan teh juga sudah menjadi miliknya, kebanyakan warga kan adalah karyawan Tuan Hanzel, jadi lebih baik jangan membuang banyak tenaga, non Lora bersembunyi di lubang semut pun adalah hal mudah bagi Tuan Hanzel kalau ingin menemukan Non Lora. "
Lagi, Lora tak bisa banyak bicara dan menentang. Benar, kalau di lihat dari penampilan, juga rumah yang ditempati sudah jelas jika Hanzel adalah orang kaya. Wajahnya juga tidak seperti penduduk lainnya karena Hanzel blasteran Eropa. Wajar jika Lora tidak mengenal banyak orang di kampung ini, selain sekolahnya sangat dekat dengan rumah, Lora juga hampir tidak pernah keluar dari rumah, apalagi kalau ada Ayah angkatnya, dia akan diam seharian di kamar dan mengunci pintu kamar rapat-rapat.
Sesampainya di rumah Hanzel.
Lora hanya bisa diam saja saat Ita mengobati luka di kakinya.
" Non Lora, kepala Non Lora terluka juga kan? Biar saya obati ya? Takut nanti infeksi, Non Lora bisa demam, bahkan bisa meninggal juga. Jadi biarkan saya mengobatinya ya? "
" Jika boleh, aku malah ingin meninggal saja. "
Ita terdiam tak bisa lagi berkata-kata. Entah penderitaan apa yang membuat gadis muda itu sampai depresi seperti ini, yang pasti dia sada benar jika Gadi yang kini tengah dia obati memiliki trauma yang sangat berat.
" Kau pikir nyawamu adalah milik mu? " Suara pria yang Lora tahu benar jika itu adalah pria yang sudah menjadi suaminya.
" Kau pergi seperti pencuri yang takut tertangkap, lalu pulang seperti seorang pel*cur yang ketahuan menggoda suami orang lalu dipukuli warga. Apakah kau begitu menyukai kegiatan itu? " Hanzel, pria itu menatap dengan tatapan menghina. Sejujurnya dia sama sekali tidak mengerti bagaimana cara berpikir gadis kecil yang ia nikahi kemarin itu, di usia delapan belas tahun saja sudah tidak suci, bukan tidak mungkin juga kalau dia suka menggoda lelaki di luar sana dan terbiasa berhubungan badan kan?
Lora, gadis itu hanya bisa terdiam menahan tangis. Tidak perlu rasanya membela diri, di usianya yang masih begitu muda tapi sudah tidak suci, tentu saja dia tahu kalau gunjingan seperti ini cepat atau lambat akan dia dengar juga. Memang rasanya menyakitkan, tapi apakah orang akan perduli, memahami, dan bisa membantunya? Tidak! Selama ini begitu sedikit, bahkan hampir tidak ada orang yang bisa mengerti dirinya, apalagi untuk perduli, tentu hal itu hanya akan ada di dalam mimpi saja.
" Ita, bersihkan tubuhnya, sebentar lagi Ayahku akan datang, jadi aku ingin melihat bagaimana responnya. "
" Baik, Tuan Hanzel. "
Setelah mendapatkan perintah dari Hanzel, Ita dengan segera membantu Lora untuk membersihkan tubuhnya dengan hati&hati karena terdapat beberapa luka yang tidak boleh terkena air dulu.
" Non Lora, setelah saya lihat-lihat, Non Lora itu mirip seorang aktris ya? "
Lora terdiam tak tertarik untuk menjawab, sementara Ita yang sedang menyisir rambut Lora, wanita itu terus saja mengoceh menceritakan tentang beberapa film yang dibintangi oleh aktris yang sedang ia ceritakan.
" Tapi sepertinya dia itu bibirnya disuntik deh, lipatan matanya juga lebih tegas. Aduh, lihat tuh! Nona Lora sudah rapih dan cantik, jadi benar-benar mirip seperti aktris favoritku, Nora Q. "
Deg!
Lora terkejut, dan dengan segera menatap Ita.
" Bibi bilang siapa namanya? "
" Eh? Aktris Nora Q Maksudnya? hehe, mirip juga namanya dengan Nona Lora ya? Hampir aku mengira kalian kembar loh. "
" Kalau mau lihat wajah aktris itu, bagaimana caranya? "
" Aku mengikuti akun media sosialnya kok, lihat nih! "
Lora terdiam sembari mengepalkan tangan dengan kuat.
Nora Queenera, jadi kau hidup dengan sangat bahagia ya?
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
mantap 😍
2022-07-08
0
Lee
Semangat kak othor..
q msih nyicil yaa
2022-06-09
1
Vera ladista
lanjut kaka author
2022-06-07
0