Hari ini Dio datang ke kantor Cindy. "Mbak Cindy ada?" tanya Dio pada Irene.
"Ada, masuk aja ke dalam," kata Irene.
"Mbak Cindy," panggilnya pada Cindy. Gadis itu pun menoleh."Oh Dio, ada apa? bukannya hari ini ada jawdal temu kamu dengan calon pasangan kamu ya?"
"Iya, bisakah mbak Cindy menemani saya, saya ingin membatalkan pertemuan ini," kata Dio bersikekeh.
Cindy menghela nafas. Laki-laki itu sudah sering mengatakannya sehingga Cindy merasa lelah. Mau tak mau ia mengikuti kemauan Dio. Dio tersenyum tipis.
"Ya sudah ayo!" Cindy menyambar tas lalu mengikuti Dio.
"Ren aku mau keluar bentar nememin Dio," kata Cindy pada sahabatnya. Irene mengangguk mengerti.
"Kita naik motor aku aja ya biar cepet," kata Dio memberi saran. Cindy pun menurut.
Setelah itu Dio menyalakan mesin motornya. Tapi Cindy heran jalan yang dilewati Dio bukanlah jalan menuju ke restoran yang ditentukan.
"Dio kita mau kemana? Ini kayaknya nyasar deh," kata Cindy sedikit panik. Dio tidak menjawab. Cindy merasa ada yang aneh dengan lelaki yang memboncengnya itu.
Lalu ia sampai di sebuah lahan kosong yang jauh dari lokasi kantornya. Cindy bergidik ngeri. "Dio kita salah tempat ayo kita pulang," ajak Cindy.
"Aku ke sini hanya untuk mengambil sebagaian peralatanku yang tertinggal, kamu mau masuk apa tunggu di luar?" tanya Dio. Ia tahu gadis itu akan memilih masuk dibanding menunggu di luar yang ia rasa tidakalah aman untuk wanita seperti dirinya.
Cindy melangkah cepat menghampiri Dio. Setibanya di dalam gudang itu, Cindy merasa ada yang aneh. Ruangan itu kosong dan Cindy tidak bisa melihat apapun.
"Em em." Mulutnya dibekap oleh seseorang. Matanya mulai sayu. Cindy kehilangan kesadarannya.
...***...
"Bu Cindy belum datang ya Ren?" tanya Devon yang saat itu datang terlambat.
"Tadi udah datang terus pergi sama Dio, kamu ko baru datang sih?" protes Irena.
"Maaf ada urusan yang harus aku selesaikan pagi ini, aku sudah izin sebelumnya sama Bu Cindy," kilah Devon.
Padahal pagi tadi ia memeriksa semua lapran yang dikirim oleh Bayu. Gara-gara penyamarannya, Devon harus mengerjakan pekerjaannya diam-diam.
Setelah itu mereka melanjutkan pekerjaan mereka masing-masing. Devon agak khawatir karena Cindy tidak juga datang ke kantor.
"Ren mami Cindy kok handphonenya gak aktif ya, padahal hari ini kita harusnya gajian lho," protes Alan pada Irene.
"Gak tahu tuh diculik Dio kemana,"Irene menggedikkan bahu. Niat Irene adalah bercanda tapi Devon mengartikan lain.
"Ini benar-benar mencurigakan sejak pagi Cindy pergi dan tidak memberi kabar sama sekali, handphonenya juga tidak aktif," batin Devon yang merasa cemas.
Laki-laki itu mencium gelagat tidak beres dengan kepergian Cindy. Ia pun meminta bantuan pada seseorang.
Tolong kirim lokasi nomor ini sekarang juga
Begitulah pesan singkat yang ia kirim pada orang suruhannya. "Pulang gak?" tanya Irene pada Devon yang masih mematung di tempatnya. Devon tersenyum membalas pertanyaan dari teman sekantornya itu.
Mereka pun berpisah di depan kantor. Devon menelepon Bayu. "Kita ketemuan di kafe XX, ada yang ingin aku sampaikan," perintah Devon pada Bayu melalui sambungan teleponnya.
Devon pun melajukan motor maticnya ke kafe yang ia ingin kunjungi. Bayu sudah tiba di sana lebih dulu. "Ada apa Pak?" tanya Bayu.
"Cindy menghilang sejak tadi pagi, Irene bilang dia pergi bersama Dio."
Bayu mengerutkan keningnya seperti pernah mendengar nama itu.Bayi mengingat-ingat lagi. "Apakah dia laki-laki yang berkacamata?" tanya Bayu.
"Entahlah aku belum pernah bertemu dengannya," kata Devon.
"Aku sudah mendapatkan lokasinya dari Julian, tolong kerahkan anak buahmu untuk mencari lokasi tersebut, aku akan mengirim lokasinya ke ponselmu," perkataan Devon dituruti oleh asistennya.
...***...
Bayu mulai mencari lokasi yang dimaksud oleh Devon. Setelah menemukan lokasi tersebut Bayu pun melapor pada atasannya. "Pak, saya sudah mengetahui lokasi nona Cindy. Tampaknya anda benar, nona Cindy kemungkinan diculik karena lokasinya ada di sebuah bangunan tua yang jauh dari pemukiman penduduk," lapor Bayu memulai sambungan telepon.
"Baik bisakah kau tunggu di sana aku akan segera menyusulmu," kata Devon. Setelah itu ia menutupnya.
Devon keluar dari rumah kontrakannya malam-malam di saat semua orang telah tertidur. Ia menuju ke lokasi dimana Cindy disekap.
...***...
Saat ini Dio sedang mengawasi Cindy. Ia membuka penutup mata yang dipakaikan beberapa saat lalu. Sedangkan posisi Cindy terikat di kursi.
Perlahan Cindy membuka mata. "Aku dimana?" Ia menyipitkan matanya untuk melihat keadaan di sekitar.
"Dio kenapa kamu diam saja, tolong lepasin aku!" Mohon Cindy dengan muka memelas.
Dio mendekat ke arah Cindy. Bukannya melepas ikatan tersebut Dio memegang dagu gadis itu agar mendongak. "Akmu masih belum sadar sayang?" tanyanya dengan nada yang genit.
"Apa maksud kamu Dio? Aku tidak mengerti kenapa kamu malah mengikatku seperti ini? Sadar Dio ini bukan kamu," teriak Cindy.
Dio mengeluarkan sebuah belati. Cindy bergidik ngeri melihat benda tajam yang Dio pegang. Ia menahan air matanya agar tidak tumpah. Cindy sudah mulai ketakutan.
"Aku akan lepaskan ikatanmu, tapi apa kau mau terikat denganku?" tanya Dio.
"Aku tertarik padamu Cindy, sejak pertama kali bertemu denganmu aku sudah terpesona denganmu."
"Omong kosong, lepaskan aku Dio lepaskan!" Cindy bergerak-gerak hingga kursi yang ia duduki terjatuh.
Dio berjongkok. "Jangan banyak bergerak sayang, itu akan menyakitimu," kata Dio seraya membelai pipi Cindy yang halus.
Ia melepas ikatan Cindy dengan belati yang ia pegang. Cindy pun menggunakan kesempatan itu untuk bangun dan berusaha melarikan diri.
Namun, tangannya ditarik paksa oleh Dio. Cindy pun jatuh ke dekapan Dio. "Dapat," Dio tersenyum menyeringai.
Cindy berusaha mendorong tapi tenaganya tidak kuat. Hingga seseorang mendobrak pintu gudang tersebut dengan kasar.
Brak
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 197 Episodes
Comments
AdindaRa
Aku ngebayangin Dio begini jadi geli sendiri dah kaaaak. Wkwkwkwk
2022-10-11
2
Phoetry Punya
wah si Dio ternyata....
2022-07-22
1
Lhia
aduh bikin deg degan serrr
2022-06-13
1