Devon sedang duduk termenung di kursi kebesarannya.Tiba-tiba Bayu mendekat."Pak apa rencana anda selanjutnya?" tanya Bayu.
Devon memicingkan matanya."Maksud kamu apa?" tanya Devon.
"Bukankah anda mulai tertarik dengan nona Cindy?" tanya Bayu.
"Ya kau benar, tapi aku takut mendapat penolakan darinya, kau tahu aku sudah dua kali ditolak oleh wanita yang aku cintai dan itu membuat aku jadi trauma," ungkap Devon.
"Pak bukan saatnya mengenang masa lalu yang pahit tapi lebih baik anda menyongsong masa depan yang manis bersama nona Cindy," Bayu memberi saran.
"Tapi bagaimana caraku mengetahui dia tertarik padaku atau tidak?" tanya Devon meminta pendapat asistennya itu.
"Anda harus out of the box pak."
"Perjelas maksudmu itu!"
"Jadilah orang lain pak, anda bisa saja berpura-pura miskin agar anda tahu nona Cindy termasuk wanita matre atau tidak, kadang cinta itu bisa dinilai dengan cara yang berbeda, kalau dia menyukai anda tentunya dia tidak akan memandang materi bukan?"
Devon mencerna omongan Bayu."Idemu itu memang konyol tapi patut dicoba, yang aku ragukan apa aku bisa berpura-pura miskin, apa kau yakin dia akan menerima keadaanku yang menyedihkan nantinya?" tanya Devon pada Bayu.
"Kita tidak tahu pak maka dari itu kita harus membuktikannya sendiri."
...***...
Keesokan harinya Cindy merasa tidak enak badan setelah kehujanan kemaren.Badannya terasa lemas bahkan ia tak mampu untuk bangun dari tempat tidurnya."Kepalaku," keluh Cindy yang merasakan pusing.
Tak lama kemudian Cindy mendapatkan telepon dari Irene."Kebetulan sekali," gumam Cindy.
"Mam ko datangnya telat sih, udah banyak yang nunggu nih, cepetan ya mam," kata Irene melalui sambungan telepon.
Belum sempat Cindy berbicara Irene sudah memutus sambungan teleponnya.Mau tak mau Cindy pun memaksakan diri untuk bangun.
Cindy berjalan dengan langkah gontai keluar kamarnya.Semua penghuni kos sudah pergi.Cindy pun menaiki taxi karena badannya tidak kuat bila harus membonceng ojol.
Kurang dari setengah jam Cindy sampai di depan kantornya. Kebetulan jalanan tidak macet karena sudah lewat jam kantor.
"Mam udah ditunggu klien noh di dalam," kata Alan.
Cindy pun masuk ke dalam ruangannya.Baru berjalan beberapa langkah Cindy sudah pingsan. Semua orang yang berada di situ menjadi ramai.
Lalu seorang pemuda menggendong tubuh Cindy dan merebahkannya di sofa."Mbak Irene punya minyak kayu putih nggak?" tanya Dio.
Hari ini jadwal temunya dengan calon pasangannya entah kenapa dia ragu melanjutkan perjodohan itu.Dio memutuskan untuk singgah di kantor biro jodoh itu sebentar untuk menyampaikan penolakannya.Tidak disangka Dio malah mendapati Cindy yang jatuh pingsan.Dengan sigap ia mengangkat tubuh Cindy yang seringan kapas baginya.
Irene kemudian mengambilkan minyak kayu putih.Sedangkan Alan mencoba memberi pengertian kepada para pengunjung agar menunda niatnya sementara.
"Terima kasih atas pengertian kalian, silakan daftar melalui online saja untuk saat ini," kata Alan kepada para pendaftar.
Cindy mulai siuman.Ia memegangi kepalanya yang sakit."Nona Cindy anda sudah sadar?" tanya Dio sedikit cemas.
"Mami bikin kita khawatir aja," ucap Alan.
"Maaf ya karena kemarin kehujanan badan aku sedikit nggak enak," kata Cindy.
"Mau saya antar pulang?" kata Dio menawarkan tumpangan.
"Iya sebaiknya Mami pulang aja istirahat!" Irene memberikan saran.
Cindy pun mengikuti saran Irene. Dio senang karena ia dapat mengantarkan Cindy pulang ke kosannya.
Pada saat di jalan raya Devon yang berada di dalam mobil berpapasan dengan Cindy yang sedang dibonceng oleh seorang pemuda yang tidak ia kenal.
Devon pun mengepalkan tangannya.Entah mengapa begitu sakit melihat wanita yang disukai diantar pulang oleh laki-laki lain.
Bayu dapat melihat jelas perubahan raut muka atasannya itu ketika melihat Cindy dan laki-laki itu berboncengan.
"Bayu sepertinya kita harus memulai rencana kita secepatnya," perintah Devon.Ia tersenyum licik.
"Baik Pak saya akan atur skenarionya," kata Bayu yang mendukung keputusan atasannya itu.
...***...
Cindy dan Dio sudah tiba di depan kos-kosannya Cindy."Terima kasih banyak Dio maaf sudah merepotkan kamu,"ucap Cindy yang merasa tidak enak pada Dio.
"Tidak nona,saya senang bisa membantu anda," jawab Dio.
"Baiklah saya masuk dulu pulangnya hati-hati ya," kata Cindy dengan senyum tipis di wajahnya karena wajahnya terlihat pucat.Dio pun mengangguk.
Pemuda itu melajukan motornya menuju ke rumahnya.Mungkin ia akan menyampaikan keinginannya besok apabila Cindy sudah sembuh.
Sementara itu Bayu sudah menyiapkan rencana."Pak bersiaplah kita akan mengadakan konferensi pers, ini hanya bohong jadi anda jangan khawatir, perusahaan akan tetap saya pegang dengan baik," kata Bayu.
Devon pun keluar.Sorot lampu yang begitu banyak dari kamera yang mengambil potretnya membuat matanya silau.
"Pak Devon apa yang menyebabkan perusahaan anda bisa jatuh ke tangan asisten anda sendiri? Apa anda dikhianati selama ini?" tanya salah seorang reporter yang meliput berita tentang info kebangkrutan perusahaan Devon.
"Tidak,ini murni persaingan bisnis, asisten saya memang memiliki sebagian saham di perusahaan kami," jawab Devon dengan bijak.Ia tidak mau menjelekkan nama Bayu.
"Lalu apa yang akan anda lakukan setelah ini?"
Pertanyaan demi pertanyaan diajukan oleh banyak wartawan yang hadir.Berita itu disiarkan di televisi secara langsung.
Cindy yang menghabiskan waktunya di depan televisi tidak sengaja melihat siaran berita itu.Gadis itu begitu terkejut saat ia melihat Devon bangkrut saat ini.
"Pak Devon," Cindy memanggil namanya dengan lirih sambil terisak.Ia merasa sedih atas apa yang dialami oleh laki-laki sebaik Devon.
Ia melihat siaran televisi itu sampai selesai.Lalu Cindy mengambil ponselnya.Ingin sekali dia menelepon Devon di saat seperti ini.
...❤️❤️❤️...
Kira-kira dia berani ngomong langsung gak ya di telepon sama Devon? Baca lanjutan ceritanya di episode selanjutnya ya.
Terima kasih yang udah membaca novel ini dari awal.Novel ini merupakan sequel dari novel Mr. Playboy mampir ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 197 Episodes
Comments