Part 9

"Ini pak pesanan anda," kata Bayu sambil menyerahkan kopi yang ia belikan.

"Taruh saja di atas meja," kata Devon. Ia masih mengetik sesuatu memakai keyboardnya.

"Pak tadi saya bertemu dengan nona Cindy," lapor Bayu. Devon menghentikan aktivitasnya.

"Oh ya?" jawabnya lalu kembali mengetik.

"Apa anda tidak tertarik pada nona Cindy pak?" Tanya Bayu lagi.

Kali ini Devon menutup laptopnya."Dia memang wanita yang cantik, masih muda dan optimis, tapi entahlah aku belum tertarik padanya," kata Devon.

"Sampai kapan anda melajang pak? sudah sepantasnya anda memiliki pasangan," saran Bayu.

Devon menghembuskan nafasnya panjang. "Entahlah."

"Pak cinta itu dicari bukan menjemput bola, kalau anda tidak mencari kapan akan menemukannya."

Devon menatap tajam ke arah Bayu. "Aku tidak punya waktu untuk mencari wanita Bayu," jawabnya.

"Wanita itu sudah ada di depan mata pak, nona Cindy sangat serasi dengan anda."

"Emm apa menurutmu dia pantas untukku?" tanya Devon meminta pertimbangan asistennya.Devon memang sudah menganggap Bayu seperti sahabat sekaligus keluarganya. Sejak Darren berumah tangga ia tidak memiliki orang yang bisa diajak curhat jadi selama Bayu bekerja dengannya Devon menceritakan semua masalahnya pada Bayu.

"Kesempatan tidak datang puluhan kali pak, lupakan masa lalu anda kejar masa depan yang sudah di depan mata kecuali anda tidak menginginkan nona Cindy,ingat pak nona Cindy itu cantik banyak lelaki yang meninginkan dirinya." Bayu mengompori Devon.

"Ya kau benar pasti banyak yang akan jadi sainganku, eh aku tidak berniat mendekatinya," elak Devon. Bayu tahu kalau bosnya itu berbohong.

...***...

Sementara itu Cindy masih di mall bersama Dio.Mereka mencoba berbagai macam pakaian."Aku rasa pakaian ini cocok dengan karaktermu," Cindy menempelkan setelan kaos dengan luaran kemaja kasual.

Dio melihat hang tag yang tergantung di baju itu. "Tidak nona ini terlalu mahal," tolak Dio.

"Aku yang bayar tapi dua stel saja ya, nanti kamu bisa menabung dengan uang hasil kerjamu supaya kamu bisa membeli pakaian yang lebih keren," ucap Cindy dengan halus.

"Terima kasih nona anda banyak membantu saya," kata Dio merasa sungkan.

"Sama-sama Dio, bukankah kita sekarang partner kerja sama," kata Cindy dengan menampilkan senyumnya yang menawan.

Dio tersipu malu saat melihat senyuman gadis berambut pendek itu.

"Oke habis ini kita pulang ya Dio aku capek banget, besok kita mulai shooting," kata-kata Cindy diartikan lain oleh Dio.

"Apa aku akan jadi artis?" tanya Dio polos. Cindy hanya membalasnya dengan senyuman.

...***...

Cindy dan Dio kembali ke kantor biro jodoh karena motor Dio masih terparkir di sana.

"Kalian lama bener belanjanya," gerutu Alan.

"Dih kaya gak pernah beli baju aja, kamu biasanya lebih lama kalau beli baju, kaya cewek aja," ledek Cindy tidak mau kalah.

"Eh eh eh mami berani ya sama Alana," protes Alan yang sengaja memplesetkan namanya. Dio terkekeh mendengar percakapan absurb mereka.

"Ren, besok kita mulai shooting ya," kata Cindy.

"Siap mam, buat vlog nya mulai darimana?" tanya Irene.

"Gimana kalau kita kenalin Dio dan pekerjaannya, Dio kita besok mau ke tempat kerja lo," kata Irene.

"Owh oke," jawab Dio dengan gugup. "Sebenarnya aku tidak enak karena tempatnya jauh dari kata nyaman," imbuh Dio kemudian.

"Iya nggak apa-apa."

"Eh mam ada yang lupa deh, kacamatanya gimana?" tanya Alan.

Cindy menepuk jidatnya. "Gue ko bisa lupa, ya udah besok gue beliin kontak lens," kata Cindy memberikan solusi cerdasnya.

"Duh banyak keluarin modal, misi harus berhasil nih," gumamnya.

Setelah briefing selesai Dio diminta pulang. Cindy dan yang lainnya juga pulang. Cindy pulang menaiki ojek online seperti biasa menuju ke kosannya.

Ketika berhenti di lampu merah Cindy tak sengaja melihat Devon di dalam mobilnya. Senyumnya mengembang berharap laki-laki tampan yang ia taksir itu menoleh ke arahnya. Namun, ia kecewa saat lampu lalu lintas berubah menjadi hijau.