8. Tak Biasa

Prang!!

Cermin di kamar vila milik Andra pecah berantakan begitu remote AC melayang dan Andra menghindar.

Andra menatap gadis di atas tempat tidurnya yang kini benar-benar dalam kondisi marah.

"Kau ini kenapa?"

Tanya Andra kesal.

Dan nada suara Andra yang tinggi jelas semakin membuat gadis berambut coklat itu melempar Andra lagi dengan bantal.

"Harusnya aku yang tanya!! Kau ini kenapa?!"

Gadis cantik itu wajahnya benar-benar merah, tampak sekali ia menahan amarah karena sesuatu yang tak bisa ia lampiaskan.

Andra menggelengkan kepalanya lalu mengibaskan tangannya ke udara dengan malas.

Laki-laki tampan yang kini tampak menggunakan kolor abu-abu dan kaos warna putih itu lantas beranjak meninggalkan gadis yang kini mulai menatapnya dengan putus asa.

Andra berjalan keluar kamar vila, membawa langkahnya ke ruangan dekat ruang TV di mana ada mini bar di sana.

Memilih satu botol anggur favoritnya, lalu meraih gelas kosong untuk tempat menuang anggur.

Andra duduk di kursi depan meja mini bar, memasukkan tangannya ke saku kolor, mengambil satu bungkus rokok dan meletakkannya di atas meja mini bar vila nya bersampingan dengan botol dan gelas anggur, serta ponselnya.

Ada yang terasa aneh, biasanya ia akan begitu menikmati kebersamaannya dengan Rachel.

Gadis blasteran Jerman itu, yang ia pacari sudah sangat lama, yang meskipun kedua orangtuanya menentang hubungan mereka. Tapi Andra tetap nekat terus menjalin hubungan dengan Rachel entah atas nama apa.

Cinta?

Tentu saja Andra tidak dalam tahap itu.

Dia terlalu tengik untuk merasakan cinta pada seseorang. Hatinya terlalu dingin dan kotor untuk ditempati perasaan yang hangat dan suci semacam cinta.

Ya... Ya... Ya...

Andra hanya ketergantungan dengan urusan ranjangnya dengan Rachel, hanya itu, tak lebih.

Meskipun Andra juga tak ada niat untuk menikahinya.

Ah, pernikahan, terlalu jauh membahas pernikahan bagi Andra.

Cinta saja ia tak tahu dan tak merasa perlu memilikinya, apalagi sebuah pernikahan.

Hubungan yang mengikat satu sama lain, apa bagusnya? Begitulah Andra berpikir.

Andra meraih gelas dan menuang sedikit anggur ke dalam gelas, lalu meneguknya hingga habis.

Otaknya semrawut, karena ia baru kali ini tiba-tiba hilang selera dengan Rachel.

Entah di mana letak salahnya, Andra bahkan tidak mengerti.

Di kamar vila masih terdengar beberapa barang dibanting, Andra tahu Rachel kesal karena ia sudah dalam kondisi butuh tapi Andra tak bisa melakukannya lagi.

Andra menuang sedikit anggur lagi, dan akan meneguknya lagi, manakala dering hp nya yang menandakan ada panggilan masuk kini membuatnya terpaksa menghentikan kegiatannya.

Andra meraih ponselnya, ditatapnya layar ponsel yang kini menampilkan nama Satria.

Sebetulnya Andra agak malas jika harus menerima telfon si cerewet itu, karena sudah jelas yang ia bahas adalah masalah pekerjaan dan Andra sedang tak berminat membicarakan soal pekerjaan.

Tapi...

Andra kemudian ingat soal tanah yang ia incar, yang sempat ia sampaikan pada Satria untuk mengurusnya.

Andra pun akhirnya mengangkat panggilan Satria,

"Kamu di mana dodol?!"

Dan suara cempreng Satria yang berisik pun langsung terdengar.

Andra mendengus pelan,

"Ada apa? Aku di puncak."

Sahut Andra malas-malasan,

"Haiish untunglah kau belum terbang ke Bali, cepatlah ke sini."

Kata Satria.

"Apa? Ke mana? Ini jam berapa pe'a!"

Andra melirik jam dinding ruangan vila nya, sudah hampir jam sepuluh malam.

"Rumah Windi, cepatlah!"

Ketus Satria.

"Hadeeeh, buat apa ke rumah Windi? Kau pikir aku kurang kerjaan atau apa?!"

Andra geleng-geleng kepala, dia yang minum anggur, tapi Satria yang mabuk.

"Kau ini bos macam apa? karyawan meninggal tidak datang! Cepatlah datang!!"

Kesal Satria mengomel.

Mendengar kalimat Satria yang terakhir, Andra sejenak terdiam,

Apa tadi?

Meninggal?

Siapa?

Andra sejenak otaknya loading.

"Siapa yang meninggal? Orangtua Windi bukannya memang sudah meninggal?"

Tanya Andra.

"Ya Tuhan... Ndra! Kamu pasti sedang mabuk, atau memang sudah bolot akut, Windi yang meninggal Ndra!!!"

Satria benar-benar dibuat tak sabar,

Dan...

Andra turun dari kursi mini bar nya, berdiri dengan wajah terbengong-bengong,

"Windi, meninggal?"

Andra seolah sulit menerima kabar dari Satria itu.

Ah yah, siang tadi ia sempat berseloroh ia akan mencari pengganti Windi karena Satria terus mengomel soal Windi yang bolos kerja, tapi ia tentu tak sungguh-sungguh akan mencari pengganti Windi.

Windi adalah aset, sama seperti Satria, yang merupakan kaki sekaligus tangan perusahaan Andra.

Yah, Andra, anak orang kaya manja yang tak pernah becus melakukan apapun, Ayahnya terlalu memanjakan karena Ibu Andra meninggal sejak Andra kecil.

Tumbuh hanya bersama uang, Andra hanya tahu bagaimana caranya bersenang-senang, bahkan sampai di usianya yang kini sudah seharusnya mulai serius menjalani kehidupan, ia masih main-main dan tak tahu tujuan hidupnya.

"Mumpung aku masih di rumah Windi, cepatlah, aku tunggu sampai jam dua belas malam."

Kata Satria.

Andra yang bagai kerbau dicucuk hidungnya, langsung tampak berjalan menuju kamarnya, namun di dalam kamar yang kini benar-benar berantakan tampak Rachel duduk di atas tempat tidur dengan hanya memakai kemeja atasan Andra.

Kedua matanya yang menatap ke arah Andra terlihat tajam menghujam, maskaranya yang luntur karena air matanya, kini membuat wajah Rachel jadi seperti hantu.

"Apa yang kau lakukan? Kenapa menghancurkan kamarku?"

Tanya Andra kesal.

"Siapa perempuan itu?"

Tiba-tiba Rachel bertanya dengan nada suara menusuk,

Andra terkesiap.

"Sudah jelas kau jatuh cinta pada orang lain, ya kan Ndra?"

Rachel berteriak, Andra akhirnya melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar yang kini banyak pecahan vas, cermin dan sebagainya di atas lantai, yang berserakan di atas lantai, yang sedikit saja lengah, kaki Andra bisa jadi korbannya.

"Kau ini bicara apa? Kau mabuk? Kau berhalusinasi?"

Tanya Andra sinis, yang lantas begitu telah dekat dengan Rachel tampak tangannya meraih wajah Rachel dengan kasar.

Menengadahkan wajah itu ke atas, agar Andra bisa melihatnya dengan jelas.

"Katakan sekali lagi, apa tadi kamu bilang?"

Tanya Andra.

Rachel berusaha memalingkan wajahnya ke arah kanan, menghindari tatapan mata elang Andra yang selalu ia sukai.

Nyatanya ba**ngan itu terlalu tampan, dan Rachel sudah terlalu dalam jatuh ke dalam perasaannya sendiri pada Andra.

Begitu murahan mungkin kesannya, tapi Rachel sudah tak mau peduli akan hal itu, ia nyatanya sangat memuja Andra tanpa syarat.

Tak peduli bagaimana Andra menunjukkan ia tak pernah serius dengan hubungan mereka, tak peduli meski Andra hanya akan ada untuk urusan tempat tidur mereka.

Ya...

Hanya itu...

Hanya itu saja, tak lebih, namun nyatanya Rachel begitu menikmatinya.

Andra selalu memuaskannya, dan juga memanjakannya dengan banyak fasilitas uang kapan saja ia bisa nikmati.

Tapi...

Rachel masih berusaha menghindari tatapan mata Andra, ketika dering ponsel Andra kembali terdengar.

Buru-buru Andra melepaskan tangannya dari wajah Rachel, lalu menjawab panggilan dari Satria lagi.

"Jangan lama-lama!"

Cempreng suara Satria,

"Iya, cerewet lah."

Kesal Andra yang kemudian memutus panggilan Satria.

Andra kemudian berbalik, ia akan ke kamar mandi untuk membersihkan diri sebentar, saat Rachel cepat meraih tangan Andra.

"Kau... Jangan bilang kau akan pergi."

Suara Rachel bergetar,

"Aku harus pergi."

Sahut Andra.

"Aku sendirian di sini, apa kau gila?!"

Teriak Rachel.

"Ada dua pelayan dan satu penjaga vila, bagaimana bisa kau bilang kau sendirian?"

Andra rasanya ingin menonyor kepala Rachel.

"Andra! Aku serius!!!"

Teriak Rachel lagi.

Andra tampak geleng-geleng kepala,

"Kamu pikir aku bercanda?"

"Apa kamu lihat aku sedang bercanda?"

Kesal Andra lagi.

"Aku harus pergi."

Andra bersikeras menuju kamar mandi kamar vila nya, Rachel menjerit dengan keras, membuat Andra akhirnya menghentikan langkahnya.

Rachel akan melompat ke lantai untuk mengambil pecahan cermin, Andra pun segera menangkap tubuh Rachel dan menggotongnya.

"Lepas Andra!! Biar aku mati saja jika kamu sudah bosan denganku!!"

Teriak Rachel putus asa.

Andra membawa Rachel keluar dari kamar dan pindah ke kamar lain.

"Berhentilah merengek, atau aku benar-benar akan membuangmu!"

Bentak Andra kesal sembari melempar Rachel ke atas tempat tidur di kamar yang berbeda.

**-----------**

Terpopuler

Comments

neng ade

neng ade

itu perempuan histeris hanya karena hasratnya tak terpenuhi.. si Andra bkn nya langsung bilang klo ada karyawan nua yg meninggal malah
memperumit keadaan ..
aku penasaran siapa pelaku pelecehan terhadap Windi masih menjadi misteri

2023-08-22

0

Putrii Marfuah

Putrii Marfuah

kebayang muka Rachel dengan maskara yg luntur wkwkwkwkwkwkwk

2022-08-14

1

Annisa alma

Annisa alma

apa jangan2 andra ya biang kerokny

2022-07-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!