Dani membuka pintu kamar kakaknya pelahan, matanya nanar menatap kakaknya yang meringkuk di atas lantai keramik kamar.
Windi, gadis cantik itu rambutnya tampak awut-awutan, pakaian yang dipakainya terlihat sobek di beberapa tempat,
Dengan kaki yang lemas, Dani berjalan pelan mendekati sang kakak, masih terdengar suara rintihan kakak nya yang terus ingin mati saja.
Dani mulai menangis melihat kondisi kakaknya dari dekat.
Dani bersimpuh, tangannya terulur pada wajah sang kakak yang tertutup rambut panjangnya.
Disingkapnya rambut yang menutupi wajah sang kakak, dan tampak wajah kakaknya biru lebam, goresan juga tampak ada di pipinya yang putih.
Air mata Dani yang tak terbendung bercucuran, dadanya kini terasa ingin meledak.
Kemarahan yang teramat terasa begitu menggelegak di dalam dirinya.
"Siapa... Siapa yang melakukan ini padamu Kak? Siapa?"
Tanya Dani dengan suara gemetar karena menahan kesedihan yang terlalu dalam dan juga amarah yang terlalu besar.
"Aku mau mati saja... Bunuh aku! Bunuh aku saja!! Cepat!!"
Tiba-tiba Windu menarik jaket Dani, lalu berteriak-teriak seperti orang gila.
Dani memeluk kakaknya sambil sama menangis,
"Lepaskan aku! Lepaskan aku!!!"
Windi terus berteriak,
"Katakan siapa yang membuatmu begini Kak?! Siapa?! Siapa?!!!!"
Dani terlihat begitu emosional,
Sang kakak tak menjawab malah hanya menjerit-jerit dan juga menangis, ia benar-benar ketakutan.
Keributan itu terdengar hingga keluar kamar di mana Paman dan Bibik mereka berada.
Paman dan bibiknya itu memang tinggal hanya selang lima rumah dari rumah Dani, itu sebabnya keduanya langsung berada di rumah Dani begitu Windi diantar pulang orang tak dikenal.
Windi kini mulai mengamuk lagi, ia mencakari tubuhnya sendiri karena merasa begitu kotor.
Paman dan Bibik membantu menenangkan Windi agar tak terus mengamuk dan histeris.
Dani melepaskan tubuh Windi pelahan, wajahnya telah basah oleh air mata, ia menatap sang kakak yang kini seperti orang gila.
Windi meronta-ronta sambil berteriak dan menangis, Bibik yang sebagai perempuan tentu saja tenaganya tak kuasa menahan Windi.
Bibik terjungkal saat Windi terus berusaha lepas, Dani akhirnya membantu Pamannya menenangkan Windi.
Bibik yang terjungkal ke lantai tampak menangis karena ikut sedih melihat Windi keponakannya jadi begitu.
"Aku akan membunuh laki-laki itu, akan mendapatkannya dan membunuhnya dengan tanganku sendiri."
Ujar Dani geram.
"Dan, sabar Dan, kita laporkan saja ke polisi Dan."
Kata Paman.
Tapi, Dani seolah tak mau dengar, ia yang sudah terlanjur tenggelam dalam amarah yang menggunung kini terlihat melangkah tergesa keluar kamar Windi setelah akhirnya Windi berhasil ditenangkan.
Paman yang khawatir Dani melakukan sesuatu tentu saja langsung bergegas mengejar Dani yang tampak keluar dari rumah menuju motornya.
"Dan... Dani, tunggu Dan, kita jangan gegabah, kita hidup di negara hukum Dan, kita bisa selesaikan ini lewat jalur yang semestinya."
Ujar Paman yang memang seorang Guru di salah satu sekolah menengah tingkat pertama, meskipun sudah sekian puluh tahun mengabdi tak juga diangkat menjadi pegawai negeri.
Dani memakai helm nya, mengabaikan apa yang dikatakan Pamannya, ia naik ke atas motor, distarternya motornya dan langsung terdengar suara bising knalpot motor milik Dani.
"Kita ke kantor polisi saja Dan, ayuk kita pergi ke kantor polisi saja."
Bujuk Paman,
Tapi Dani tetap tak mau dengar, ia membawa motornya mundur dari teras rumah peninggalan orangtuanya yang sederhana, dan kemudian tanpa bicara apapun lagi ia melesat pergi.
Tidak,
Aku tak bisa menunggu terlalu lama untuk melihat laki-laki ban**at itu masuk bui. Biar aku ajari dia bagaimana seorang laki-laki harus hidup. Batin Dani.
**------------**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Alexandra Juliana
Tenang Dan...kamu mau kemana? Kan kamu blm tau siapa yg melakukan hal yg keji itu ke kakakmu
2023-05-10
0
Putrii Marfuah
perlu bantuan...hayukk
2022-07-19
1
Sis Fauzi
membangunkan macan tidur
2022-07-05
2