Satria baru akan mulai bekerja lagi, setelah tadi pusing karena ulah bos absurd nya, ia lalu memilih menyeduh kopi lebih dulu.
Dengan sambil mengomel soal Windi yang tidak berangkat tapi tak ijin dan hp nya juga tak bisa dihubungi, Satria kembali ke meja kerjanya.
Nania, yang satu kantor dengannya hanya berulangkali menghela nafas.
"Sudahlah, nanti aku yang akan mampir ke rumahnya, sapa tahu Windi sakit, kemarin kan dia lembur."
Kata Nania.
"Jadi kunci serep dia yang bawa?"
Tanya Satria,
"Yaiyalah, orang dia yang lembur, aku kan pulang cepet kemarin, mau ke salon sama Mamah."
Kata Nania.
"Oh."
Satria akhirnya mantuk-mantuk.
Tampak ia kemudian menyeruput kopinya, mencoba menghilangkan pusing dan juga kantuk.
Satria baru akan menyalakan laptopnya lagi, saat tiba-tiba terdengar suara knalpot berisik di pelataran kantor,
"Siapa tuh?"
Tanya Satria.
Nania mengedikkan bahu.
Belum lagi Satria beranjak dari duduknya, tampak pintu kantor terbuka dan masuk seorang remaja laki-laki yang menggunakan helm full face.
Satria berdiri, begitu juga Nania, karena tamu kantor mereka kali ini tampaknya bukan tamu yang ingin membuat pengajuan kredit rumah.
Remaja laki-laki itu lantas menghampiri Satria, ia tanpa basa-basi menarik kerah kemeja Satria.
Tubuh Satria yang kurus dan tak terlalu tinggi, kalah jauh dengan remaja laki-laki yang badannya tampak tinggi tegap itu.
"Siapa yang melakukannya?!"
Suara Remaja laki-laki yang tak lain adalah Dani itu menggelegar.
"Hey, apa-apaan ini?!"
Nania mencoba melerai.
Tapi Dani tampak menoleh dan mengacungkan tangannya ke arah Nania.
"Diam, atau aku jambak!"
Ancam Dani, yang tentu saja langsung membuat Nania lebih memilih mundur, meskipun ia kasihan juga melihat Satria yang kini didorong dengan kasar oleh Dani ke tembok.
"Kak Windi, siapa yang melecehkannya!!!"
Geram Dani rasanya ingin membantai semua laki-laki yang ia kenal ada di sekitar Kakaknya.
"Ap... apa maksudmu?"
Satria yang memang tak tahu apapun jelas bingung, suaranya terdengar gagap karena melihat Dani sudah seperti orang kerasukan.
"Ki... Kita bicarakan semuanya baik-baik, ad... ada apa sebetulnya?"
Kata Satria,
Nania yang juga ikut panik tapi juga penasaran pelan-pelan menggeser posisinya berdiri agar lebih dekat dengan Dani yang kini menahan tubuh Satria ke dinding.
"Lep... Lepaskan aku dulu Dan... Lep... Lepaskan aku dulu."
Satria berusaha membuat Dani mau melepaskan dirinya,
Dani yang melihat tubuh Satria yang kecil dan kurus, lalu sedikit ngondek, memang rasanya tak mungkin dia yang melakukan kejahatan semacam itu pada Kakaknya.
Dani akhirnya melepaskan kerah kemeja Satria dengan kasar, dan untuk menumpahkan emosinya yang terlanjur menggunung, Dani meluapkannya dengan meninju tembok yang ada di samping Satria hingga rasanya jantung Satria nyaris melompat.
"Kak Windi, ada yang melecehkannya semalam."
Lirih Dani dalam kesedihan dan juga kemarahan yang begitu dalam.
Satria dan Nania tampak sama terkejut, mereka saling berpandangan tak percaya Windi harus mengalami peristiwa yang semenyakitkan itu.
"Kapan kejadiannya? Kau yakin?"
Tanya Satria yang masih sulit menerima dan percaya,
Dani menatap tajam Satria yang dipikirnya ia sedang bercanda atau apa?
"Kau ingin mati? Pertanyaan apa itu?!
Geram Dani.
"Sabar Dan, sabar..."
Nania memberanikan diri mendekati Dani dan menyentuh lengannya,
"Jam berapa kalian terakhir bersama Kak Windi kemarin?"
Tanya Dani akhirnya.
Nania dan Satria berpandangan lagi, lalu...
"Aku keluar sebelum asar, karena ada survei lokasi."
Kata Satria.
"Aku pulang sebelum jam lima sore, aku ada janji ke salon sama Mamah, jadi aku pulang duluan, Windi bilang akan lembur, jadi dia aku tinggal sendirian."
Ujar Nania.
"Bos kalian?"
Tanya Dani kemudian,
"Pak Andra? Kemarin tidak datang ke kantor sama sekali, pagi tadi baru pulang dari Bandung langsung ke sini dan akan pergi lagi ke Bali, dia datang ke kantor hanya untuk membulli ku, kalau tidak ya dia tidak pernah ke kantor."
Kata Satria kemudian.
Dani lantas melepaskan helm nya, matanya mengawasi sekitar ruangan,
"CCTV... aku ingin melihatnya."
Dani meminta Satria memutarkan rekaman CCTV untuknya.
"Aku harus mendapatkan orang itu, aku akan membunuhnya dengan tanganku sendiri."
Geram Dani.
Satria pun akhirnya cepat menuju meja nya,
"Ikut aku."
Kata Satria yang lantas langsung diikuti Dani dan juga Nania.
"Aku akan putarkan rekaman hari kemarin, tenanglah dulu."
Ujar Satria, tampak Dani mengangguk.
Satria duduk di kursi depan mejanya dan mulai membuka file yang berisi rekaman kamera pengawas kantor di hari kemarin.
Rekaman sejak pagi, di mana semua baru datang, lalu sibuk dengan kegiatan masing-masing, hingga akhirnya Satria benar keluar sebelum Asar.
Satria tampak wajahnya yang semula tegang jadi sedikit berkurang, karena akhirnya ia bisa membuktikan bahwa ia tak tahu apapun.
Kemudian sampai di mana Nania juga pulang sebelum jam lima sore sebagaimana yang ia katakan, dan Windi juga masih terlihat bekerja, persis seperti yang Nania ceritakan.
Dan kini, gantian Nania yang tampak lega karena ia setidaknya juga bisa membuktikan bahwa ia sama sekali tak tahu siapa yang telah berbuat jahat pada Windi, dan bahkan ia juga tak tahu apapun karena ia pulang lebih dulu.
Rekaman CCTV terus diputar, Dani tampak terus mengawasi gerak-gerik kakaknya, dan...
**------------**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Yuli Eka Puji R
dani dani km malah buka aib kamu sendiri, seharusnya bicara baik" klo kaya begitu nanti pas kamu sembuhkan jd malu
2022-09-24
0
Putrii Marfuah
lanjut lagi
2022-08-14
0
Sis Fauzi
Satria ngondek?😂
2022-07-05
2