Windi tampak masih bekerja, saat kemudian ia seperti mendapat telfon dari seseorang. Gadis cantik itu bicara dengan seseorang itu tak lama, hanya sekitar satu menit, lalu setelah itu Windi berkemas.
Windi sempat seperti mengirim pesan lagi, lalu tampak melanjutkan mengetik sesuatu di komputernya. Setelah mengetik sebentar, Windi baru kemudian mematikan komputer di meja kerjanya.
Jam menunjukkan hampir pukul tujuh petang saat Windi akhirnya meninggalkan meja kerjanya dan bergerak keluar sambil menelfon lagi.
Rekaman lantas dari kamera pengawas depan, di mana ada sebuah mobil hitam dengan model mini bus dari salah satu merk ternama bergerak mendekat lalu berhenti di depan kantor.
Dani menajamkan penglihatan, mencoba menangkap nomor plat mobil tersebut, tapi sayangnya nomornya tak begitu jelas karena posisi kamera pengawas yang tidak langsung ke arah jalan di mana mobil itu berhenti.
Saat Windi kemudian masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi bagian belakang, Satria langsung berkata,
"Taksi online, ini jelas taksi online."
Kata Satria.
Dani menatap Satria, lalu kembali ke arah monitor lagi. Mobil sudah tak terlihat karena sudah melaju.
"Bang, putar mundur lagi, aku ingin lihat plat mobilnya."
Kata Dani.
Satria lantas menuruti kemauan Dani, ia memutar kembali rekaman ke saat mobil baru datang dan akhirnya melaju menjauh.
Dani memukul mejanya.
"Sial!!"
Dani kesal bukan main.
Plat nomor tak bisa ditangkap dengan jelas, Dani jadi marah pada Satria,
"Pasang CCTV nya bagaimana sih? Kamera pengawas lebih menyorot ke depan pintu kantor, bagian jalan hanya separuh, sangat tidak profesional."
Omel Dani kesal,
"Lah, kita kan niatnya buat tahu kalau ada maling masuk, bukan mau rekam kendaraan."
Satria balik marah.
"Tapi di mana-mana orang punya CCTV di luar itu ya jangkauannya sampai ke jalan, gimana tahu malingnya lari ke mana kalau dia kabur!"
Dani emosi.
"Ya kan yang penting mukanya ketahuan."
Sahut Satria pokoknya tidak mau disalahkan.
"Haduh, dasar orang kalau udah tua, jadul, kolot, pasti jadinya susah dikasih tahu."
Dani benar-benar tidak habis pikir dengan kantor kakaknya bekerja, terutama teman-temanya dan bos kakaknya apalagi.
"Coba kamu lihat hp kakakmu, siap yang terakhir hubungi dia, chat sama siapa saja dia, atau apalah pokoknya. Kan sekarang ini, sebagian dari seseorang itu ada di hp."
Kata Nania mencoba memberi saran.
Dani mengalihkan pandangannya kemudian pada Nania.
"Aku juga akan jenguk Windi sepulang kerja, mungkin denganku dia akan terbuka."
Kata Nania lagi.
Dani menggelengkan kepalanya,
"Tidak... Dia bahkan tak bisa diajak bicara sama sekali. Ia hanya menjerit dan menangis, kami harus membawanya ke dokter,"
Kata Dani,
Dan itu butuh biaya, sementara aku tidak tahu dari mana uang itu. Batin Dani.
Andai kejadian ini setelah ia manggung dengan teman-teman band nya, mungkin ia hari ini pegang cukup uang untuk membawa kakaknya ke dokter.
Tapi...
Dani akhirnya memutuskan akan menelusuri jalanan dari kantor kakaknya bekerja ke arah mobil yang menjemput kakak pergi.
Entahlah, Dani akan mencoba mencari tahu, meskipun tidak tahu bagaimana caranya.
Ya, tentu saja, sebagai anak kelas tiga SMA yang selama ini hanya tahunya gebuk drum dan belajar juga kalau mau saja, jelas Dani tak tahu harus bagaimana untuk mengetahui siapa yang melakukan kejahatan pada kakaknya sementara Sang kakak depresi.
"Lapor polisi sajalah Dan, mereka yang akan urus."
Kata Satria.
"Polisi juga butuh bukti, kalau tidak mana mau mereka urus."
"Ke Rumah Sakit dong Dan, nanti pihak Rumah Sakit yang akan memberikan keterangan bahwa memang benar kakakmu dilecehkan."
Ujar Nania.
Dani terdiam, ia mencoba berpikir, hingga...
Hp Dani tiba-tiba ada panggilan masuk, Dani pun segera meraih hp nya dari dalam saku jaketnya,
Tampak nama Paman Agus yang menelfon, Dani pun segera mengangkatnya.
"Dan..."
Suara Paman terdengar bergetar, membuat perasaan Dani seketika tak enak.
"Ada apa Paman? Ada apa lagi?"
Tanya Dani.
"Win... Windi Dan..."
Kata Paman gagap.
Satria dan Nania yang melihat wajah Dani seperti langsung pucat jadi ikut panik,
"Ada apa Dan?"
"Kenapa Dan?"
Keduanya mendekati Dani.
Dani terlihat tangannya gemetaran, Nania meraih hp dari tangan Dani, masih terdengar suara sirine ambulance dari seberang sana, lalu...
"Sudah Dan, Paman matikan dulu telfonnya, ini ambulance sudah datang."
Lalu...
Tuuuuut... Sambungan terputus.
Nania dan Satria yang memegangi Dani karena hampir limbung berpandangan,
"Windi sepertinya dibawa ke Rumah Sakit."
Kata Nania lirih,
"Rumah Sakit mana?"
Tanya Satria.
Dani menggeleng-gelengkan kepalanya,
"Tidak, ia tidak akan tertolong. Tidak! Ia tidak akan tertolong. Tidaaaaaaak...!!!!!!!"
Dani berteriak histeris dan mengamuk hingga Satria dan Nania harus susah payah menenangkan.
"Kak Windiiiiii... Katakan siapa baj**gan ituuu..."
Dani meraung seperti kesurupan dan benar-benar menggila.
**-----------**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Putrii Marfuah
trauma yg sangat menyakitkan
2022-08-14
2
Erni Sasa
cuma bisa komen tumben tumben tumben ka cilaᥬ🤣᭄ ᥬ🤣᭄ ᥬ🤣᭄
2022-08-12
1
Anita
kasian 😭😭
2022-07-25
1