Kenzo yang melihat dari CCTV entah mengapa ia merasa puas, melihat Zizi menjadi lebih berani sekarang.
"Niko, susul dia jangan sampai dia membuat keributan di kantor."
Niko juga tidak percaya melihat Zizi yang dulu gadis lemah lembut sekarang jadi gadis bar-bar. [Apa mungkin karena nyonya Zizi mengandung anak Tuan Kenzo, jiwa brutalnya jadi ikut mengalir.]
"Baik Tuan, saya akan menyusul nyonya Zizi."
Tapi Zizi telah berdiri di depan pintu sambil membawa secangkir kopi, dengan wajah cemberut.
"Tidak usah menyusul ku, aku lebih baik pulang saja disini hanya membuat mood ku berantakan."
Kenzo melihat tangan Zizi memerah karena bekas di siram tadi.
"Obati tangan mu, ini kotak P3K." Kenzo menyerahkan itu kepada Zizi ia merasa bersalah.
"Tidak perlu, ini hanya kecelakaan kecil. Di banding kan dengan apa yang kamu lakukan kepada ku."
Niko berdehem karena suasana menjadi sangat tegang, di tambah mulut Zizi yang semakin hari semakin lancang.
"Hmmm…Biar saya yang mengobati tangan Anda nyonya."
Zizi yang terlanjur Kesal pergi begitu saja.
"Biarkan saja Niko, sampai di mana dia berani menentangku,"
"Tapi Tuan bagaimana kalau nyonya Zizi berniat kabur lagi??"
"Dia akan pulang, kita lihat saja."
Zizi menyetop taksi ia menunjukkan kepada sopir taksi tempat tujuannya.
"Antar ke tempat ini ya Pak!"
Sopir itu heran melihat alamat yang Zizi tunjuk-kan. Namun, ia tetap mengantar Zizi.
......................
"Ini Pak, kembaliannya Bapak ambil saja."
Sopir taksi itu juga ikut kagum, sama seperti Zizi yang baru pertama kali datang ke mansion.
"Pak, ini ambil!" Zizi tahu sopir taksi itu kagum.
"Timaksasih Non, saya pergi dulu, rumah Anda seperti istana di negeri dongeng."
"Ini rumah suami saya Pak. Saya masuk dulu."
Zizi masuk ke mansion para pelayan menyambut Zizi.
"Jesi, kemana dia kenapa tidak pernah kelihatan dari kemarin."
"Nyonya, Jesi sedang sakit ia sekarang sedang terbaring lemah di kamarnya."
[Kenapa aku tidak tahu, sakit apa dia??]
Zizi menghampiri Jesi. Benar kata para pelayan tadi Jesi sedang terbaring lemah.
"Jesi… " Suara Zizi membuat Jesi membuka matanya.
"Nyonya, saya…Sedang tidak enak badan." Jesi berusaha untuk duduk tapi ia tidak bisa. Zizi mendekati Jesi ia merasa ada sesuatu yang aneh.
"Sudah Jesi. Kamu istirahat saja,"
Jesi memegang perutnya yang terasa sangat sakit. "Nyonya bisa pergi, biarkan saya sendiri."
Jesi tidak ada pilihan lain selain mengusir Zizi dengan halus. Ia tidak mau Zizi tahu yang sebenarnya.
"Kamu mengusir aku??" Zizi menatap Jesi dengan tatapan menyelidik sebelum ia melihat bercak darah di selimut Jesi.
"Jesi…kamu berdarah, apa yang terjadi?"
Zizi memekik karena Jesi mengeluarkan darah.
"Kita harus pergi ke rumah sakit secepatnya!" Zizi memapah Jesi, meski Jesi menolaknya. "Saya hanya datang bulan nyonya."
Alasan Jesi tidak di tanggapi Zizi ia tidak percaya darah orang datang bulan tidak mungkin sebanyak itu.
"Keselamatan mu lebih penting Jesi. Aku akan tetap membawa mu kerumah sakit."
......................
Zizi terus saja menatap ruangan dimana Jesi sekarang sedang ditangani.
[Semoga Jesi tidak apa-apa tuhan]
Zizi lalu berdiri setelah melihat Dokter itu keluar.
"Dok, apa yang terjadi kepada teman saya?"
"Kita bisa bicara di ruangan saya nyonya, mari!"
Zizi lalu mengikuti Dokter itu.
"Silahkan duduk dulu nyonya!!"
"Bisa jelaskan sekarang Dok?" Zizi tidak sabar mendengar penjelasan Dokter tersebut.
"Apa teman Anda sudah melakukan aborsi secara ilegal?" Zizi melongo, karena selama ini Jesi hamil pun ia tidak tahu.
Lalu kenapa sekarang menjadi membahas aborsi.
"Saya tidak salah dengar kan Dok??"
Dokter itu kemudian menyerahkan hasil USG pada Zizi.
"Ada bisa melihatnya sendiri nyonya, ini hasil USG pasien atas nama Jesi mengalami pendarahan yang hebat."
Zizi masih belum percaya.
[Mana mungkin Jesi hamil, laki-laki mana yang sudah tega berbuat begitu kepada Jesi.]
"Nyonya apa masih ada lagi yang ingin Anda tanyakan?"
Zizi tidak habis pikir Jesi bisa merahasiakan kehamilannya dengan sangat sempurna. Hingga Zizi yang selalu bersama nya pun tidak tahu.
"Tidak ada Dokter, saya mau menemani teman saya dulu permisi."
"Tunggu dulu nyonya, teman Anda juga tidak bisa lagi memiliki anak."
Zizi berhasil meneteskan kristal bening dari matanya.
[Jesi aku rasa kamu harus kuat menerima semuanya.]
Zizi melangkah gontai, ia tidak bisa membayangkan bagaimana hancurnya Jesi setelah tahu semuanya.
"Tuhan, aku percaya rencanamu jauh lebih baik."
Zizi masuk keruangan Jesi. Jesi ternyata sudah sadar setelah tadi sempat pingsan.
"Nyonya…." Mata Jesi berembun yang akan sebentar lagi menumpahkan air matanya.
"Jesi aku sudah tahu semuanya, kenapa kamu tega Jesi!!"
"Nyonya, maafkan saya."
"Siapa laki-laki itu Jesi katakanlah?"
Jesi menggeleng, ia tidak mau Niko akan mendapat masalah.
"Aku mohon, hanya kita berdua!" Pinta Zizi.
Akhirnya Jesi mau jujur.
......................
Jesi kemudian mengingat kejadian dua hari yang lalu.
"Niko, sama siapa dia?"
Jesi melihat Niko sedang berduaan dengan wanita yang terlihat begitu seksi. Ia terus mengikuti kemana saja Niko pergi meski ia sempat kehilangan jejak Niko. Ia melihat Niko masuk ke sebuah kamar hotel dengan membawa wanita itu. Dari sanalah Jesi marah ia tidak menyangka Niko selingkuh di belangkang nya setelah Niko menghamilinya. Dan sekarang malah berduan dengan wanita lain.
"Dasar penghianat, ternyata kamu mempunyai selingkuhan Niko. Pantas saja kamu tidak betah di mansion."
Jesi menghapus lelehan air matanya ia tidak sanggup lagi. Jesi kemudian menuju apotik terdekat untuk membeli pil lalu meminumnya agar bayi yang ada di perutnya mati tapi tidak berhasil, sebelum ia memutuskan untuk melakukan aborsi secara ilegal.
"Apa Anda yakin?"
Pertanyaan dokter gadungan itu membuat Jesi langsung mengangguk tanpa ragu.
"Lakukanlah, aku tidak mau menampung anak laki-laki yang sudah menghianati cinta ku." Jesi sudah terlanjur cemburu buta tanpa tahu kebenarannya.
"Nyonya lihat dulu wajah anak Anda begitu tampan, pasti Ayahnya juga tam…."
"Cepat…Aku masih ada urusan." Jesi sama sekali tidak mau melihat anaknya untuk yang terakhir kalinya. Meski air mata membanjiri pipinya ia berusaha tetap teguh dengan pendiriannya.
Meski ia mengalami pendarahan yang hebat, karena tanpa ia duga dokter itu membuka praktek secara ilegal.
......................
Kedua lutut Zizi merasa lemas, setelah mendengar penuturan Jesi.
"Nyonya saya mohon jangan memberitahu Tuan Kenzo."
Zizi mengusap air mata Jesi. Jujur Ia tidak tega melihat Jesi begini.
"Tenang saja, aku tidak akan memberitahu siapa-siapa."
Niko yang diam-diam mendengar obrolan Jesi dan Zizi mengeraskan rahangnya.
Ia tidak bisa tinggal diam. Niko masuk tanpa permisi.
"Ibu macam apa kamu Jesi yang tega membunuh anaknya sendiri!!"
Serentak Zizi dan Jesi menatap Niko.
"Kenapa Jesi…." Niko begitu terpukul setelah tahu anaknya sudah tidak ada.
"Kembalikan anakku Jesi, ia tidak bersalah."
Niko duduk lemas, tidak bisa berkata apa-apa lagi. Selama ini yang selalu membuatnya bersemangat untuk kerja karena ia yakin suatu hari nanti bisa hidup bahagia bersama istri dan anak-anaknya. Tapi sekarang harapan itu sirna begitu saja.
"Kamu pembunuh Jesi!!"
Zizi berpikir, tidak mungkin Niko akan terlihat begitu terluka seperti ini jika memang benar Niko selingkuh.
"Jangan katakan ini hanya karena sebuah kesalah paham-an."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Juan Sastra
thorr kok ceritanya jadi .....
2023-04-20
3
Novi Wati
ya
2022-08-26
1
Rice Btamban
tega nya Jesi mengugurkan kandungan nya
2022-08-20
1