Zizi memejamkan matanya. "Tuan maaf, saya tadi tidak melihat semuanya sumpah."
Kenzo menghembuskan nafas di depan wajah Zizi.bb"Mau lari kemana lagi gadis bodoh, tidak melihat lantas kenapa kamu berlari??"
Kenzo memperhatikan bibir mungil Zizi yang berdarah. "Saya…akh….!!"
Kenzo mengusap bibir Zizi yang berdarah dengan kasar.
"Niko! Bawa dia kembali ke mansion!!" Niko mendekati mereka. "Mari nyonya saya antar Anda pulang!"
Zizi mengira bahwa dirinya akan di habisi waktu tiba di mansion, berlari lagi seperti yang tadi ia lakukan.
"Nyonya… Anda mau lari kemana lagi tunggu!!" Kenzo tersenyum sinis. "Apa urus gadis bodoh itu saja kamu tidak becus Niko."
Zizi yang sudah tidak memiliki tenaga untuk berlari, tubuhnya terasa lemas akhirnya terjatuh di pinggir jalan raya yang sepi, kakinya juga terasa sangat sakit.
"Ibu, harus kemana lagi aku akan berlari, kakiku sakit." Zizi menangis terisak. Tapi tidak lama mobil hitam mewah berhenti tepat di depan Zizi. "Zi…."
......................
"Kenapa sampai larut malam begini Kenzo belum pulang??" Salah satu pelayan mansion mendekati Tuan Hercules.
"Tuan, Tuan muda Kenzo sebentar lagi pasti akan pulang."
Tuan Hercules berdecak pinggang. "Anak itu kapan dia akan menikah di usianya yang sudah matang begini." Suara langkah kaki membuat Tuan Hercules menoleh.
"Untuk apa Papa kesini?" Kenzo berada di belakang Tuan Hercules. "Papa kesini hanya mau mengatakan besok kamu harus bertunangan."
"Kenzo tidak mau, dijodohkan dengan gadis-gadis yang hanya gila harta."
"Kenzo, mau sampai kapan kamu begini?"
Kenzo berlalu meninggalkan Tuan Hercules.
"Suruh Papa untuk pergi dari sini, kalau hanya ingin membahas tentang wanita-wanita yang rela tubuhnya dinikmati oleh laki-laki hidung belang."
Niko yang dari tadi bersama Kenzo melangkah keluar. Namun, Jesi menarik tangan Niko. "Nik, mana nyonya Zizi kenapa tidak ikut pulang?" Niko mendekap mulut Jesi.
"Jangan keras-keras, Tuan besar ada di sini, nanti dia bisa tahu semua nya."
Jesi melihat kiri kanan. "Aman, gak ada orang. Sekarang jawab Nik?"
"Nyonya Zizi, kabur setelah melihat Tuan Kenzo melakukan aksi gilanya lagi."
"Serius Nik?" Jesi tampak nya masih ragu untuk percaya. "Dua rius mah aku Jes." Niko meraih tangan Jesi. "Kamu gak usah khawatir, Tuan Kenzo akan menemukan nyonya Zizi dengan sangat mudah."
"Maksud kamu apa Nik?" Jesi belum mengerti. "Cincin yang dipakai nyonya Zizi memiliki GPS." Jelas Niko.
......................
"Zi.…"
Zizi menatap Darel dengan tatapan mengiba. "Rel, tolong aku."
Darel berjongkok di depan Zizi. "Kamu kenapa? Kaki kamu terluka."
Zizi yang merasa kepalanya pusing karena terlalu banyak darah yang keluar dari telapak kaki nya. "Bawa aku pergi sejauh mungkin Rel!!" Setelah mengatakan itu Zizi pingsan.
"Zi…Zi bangun! dia pingsan gawat. Tapi ngapain dia di tempat sepi begini. Kakinya mengeluarkan banyak darah aku harus cepat membawanya."
"Cepat lu kesini!! gua butuh bantuan, posisi gua di apartemen." Darel menggendong Zizi menuju mobil setelah menelpon seseorang tadi. "Apa mungkin kak Kenzo yang melakukan ini semua."
Di perjalanan menuju apartemen Darel terus saja menatap wajah Zizi yang pucat, ia terlihat sangat cemas.
"Sial, macet lagi." Darel beberapa kali membunyikan klakson. "Jangan sampai Zizi kehabisan darah." Darel memutar arah mobilnya menuju jalan tikus yang sempit jalan satu-satunya supaya cepat sampai.
......................
Sesampainya di apartemen Darel merebahkan Zizi dengan sangat hati-hati.
"Meskipun kamu sedang pingsan kamu tetap cantik dimataku."
Darel terus saja memandang wajah Zizi. "Aku akan merebutmu dari Kak Kenzo, bila kamu tidak bahagia bersamanya." Ketukan pintu membuat Darel menoleh.
"Dapat dari mana lu cewek cakep begini?" tanya Dokter Divya. "Nanti gua ceritain cepat periksa dia!"
Divya menuruti perintah Darel, dada nya terasa nyeri, karena selama ini Divya diam-diam menyukai Darel.
"Lu keluar dulu deh, gua mau ganti pakian nya."
Darel mengangguk. "Baiklah, gue tunggu di luar, nanti kalau sudah selesai panggil gua!" Divya membentuk huruf O pada jempol dan jari telunjuk nya.
"Pantesan Darel suka kamu cantik." Sambil mengusap badan Zizi dengan handuk Divya tersenyum getir. "Bunga di hati ku sudah layu, sebelum bermekaran." Divya memasangkan kemeja Darel untuk Zizi karena tidak ada baju yang lain. "Akankah aku kubur dalam-dalam perasaan ini."
Divya mengobati kaki Zizi yang tadi terluka, lalu membalutnya dengan perban. ia sedih cinta nya selama ini sia-sia. "Aku terlalu berharap, mana mungkin Darel tampan kaya mau dengan aku yang hanya seorang Dokter." Divya berjalan ke arah pintu setelah selesai. "Sudah selesai, lu bisa masuk sekarang." "Apa luka di kakinya tidak terlalu dalam?" Divya melihat raut wajah Darel yang begitu panik. "Tenang aja. Lukanya tidak terlalu dalam." Darel belum puas dengan jawaban Divya. "Lu gak usah ngadi-ngadi Div, tadi gua lihat darahnya begitu banyak."
Divya duduk di sebelah Darel. "Gua serius, karena dia memaksakan kakinya yang terluka untuk berlari, makanya tekanan menyuruh kakinya mengeluarkan banyak darah."
"Dia tidak apa-apa kan?
"Lu apain emanya anak orang? sampai bisa kayak gini?"
"Mana gua tau, gua nemuin dia di pinggir jalan."
"Cerita sama gua sekarang! lu masih berhutang penjelasan."
Darel membuang nafas kasar sebelum menceritakan kejadian yang sebenarnya.
......................
Tuan Hercules sudah duduk untuk menikmati sarapannya ia masih berada di mansion.
"Kenzo, Papa tidak mau melihat kamu terus-terusan begini, menikahlah Nak supaya kamu punya keturunan, untuk mewarisi harta yang kamu miliki."
Kenzo tidak menghiraukan ucapan Papanya, masih mengunyah sarapannya dengan santai.
"Papa tahu kamu tidak punya kekasih, biar Papa yang akan mencarikannya untukmu." Tuan Harcules sengaja menekan Kenzo. "Tinggal sebut bagaimana kriteria calon istri yang kamu mau?"
Kenzo berdiri karena tidak tahan mendengar ucapan Papanya yang semakin nyeleneh saja. "Jangan membuat pagi ku yang cerah ini menjadi buruk Pa." Kenzo pergi tanpa berpamitan. "Anak itu keras kepala seperti almarhum Mamanya." Tuan Hercules mengikuti langkah Kenzo. "Kenzo untuk kali ini turuti keinginan Papa!"
Kenzo berbalik. "Pa, lebih baik Papa gak usah kesini, kalau hanya untuk membahas hal yang tidak penting."
"Kamu sudah cukup dewasa, Papa hanya ingin memiliki cucu dari kamu. Sebelum Papa tidak ada." Kenzo yang mendengar itu semua kembali mendekati Tuan Hercules.
"Kenzo sudah menikah Pa."
Niko dan Jesi yang sedang mengintip membuka mulut mereka bersamaan karena tidak menyangka Tuan Kenzo mereka akan mengatakan nya sekarang.
Mata Tuan Hercules berkaca-kaca tidak percaya dengan ucapan putra semata wayangnya itu. "Jangan coba-coba membohongi Papa Kenzo, hanya untuk menolak tawaran Papa."
Kenzo memperlihatkan cincin yang dipakainya. "Ini Pa, hari ini akan ku bawa pulang menantu Papa." Tuan Hercules memeluk Kenzo. "Kenapa kamu tidak memberitahu Papa? dasar anak kurang ajar." Kenzo melepaskan pelukan nya dari Tuan Hercules. "Bukankah Papa yang selalu menyuruh Kenzo untuk menikah, jadi jangan salahkan aku."
"Cepat bawa istrimu ke sini, Papa mau melihat wanita mana yang telah beruntung itu, bisa meluluhkan es kutub utara seperti kamu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Kalo emang kamu tulus pd Zizi,Tolong bawak Zizi kabur yg jauh,Tempat yg Kenzo tdk bisa lacak,Satu lg tanggalkan cincin ditangan Zizi,Biar Kenzo tdk dapat melacak keberadaanya nya..
2025-03-19
0
Qaisaa Nazarudin
Emang kenapa profesi mu sebagai Dokter,Biasanya CEO2 tampan itu suka ngejar2 Dokter lho..
2025-03-20
0
Susi Susiyati
sellu semngat thor
berkarya itu tidaklah mudah bnyk rintangn .udh ssh2 mikir nulis jg eh di tolak blm dr pr pmbaca yg ldng seenknya mengagap karya g msuk akal lah lebay lah.jngn di ambil pusing kak ters semngt bikin karya karya yg lbih keren dan keren
2023-06-04
1