Jangan Mimpi

Pintu ruang rawat Megan dan Erick kembali terbuka didatangi beberapa pengunjung. Siapa lagi kalau bukan anggota keluarga Megan yang penasaran akan kondisi wanita itu.

Seakan tak percaya akan pemandangan dihadapannya, mereka kompak terperanga. Pasalnya Megan yang mereka kenal adalah seorang wanita berhati dingin dan jarang menunjukkan drama manis dihadapan keluarga.

Megan tengah menangisi seorang remaja tampan seolah anak itu sudah mati.

Salah seorang menyeret sang nenek untuk menanyakan beberapa hal.

"Nek, ada apa dengannya? Dia tidak terlihat seperti Megan."

"Entahlah, tapi ini lebih baik. Dia terlihat seperti manusia. Biasanya sepupumu itu bagaikan malaikat pencabut nyawa saat berinteraksi."

"Maaf, demi kenyamanan pasien harap semuanya tidak terlalu lama berada di ruangan ini." Morgan sebagai dokter yang sedari tadi hanya diam menyaksikan kembali bersuara. Ini juga demi kenyamanan putranya.

Semua orang pun keluar termasuk sang nenek.

"Maaf, jangan terlalu lama berada di dekat pasien. Dia bisa terganggu." Morgan meminta Megan menyudahi tangisannya.

"Maaf, Dok, dimana anggota keluarganya? Bisa tolong panggilkan mereka?"

"Saya keluarganya."

"Ya? Ap-apa?" Megan menyapu sisa-sisa airmatanya.

"Saya ayahnya. Ada yang ingin anda bicarakan?"

"Ayahnya? Do-Dok, benarkah itu? Maafkan saya, Dok. Jika tidak menghampiri saya yang sedang kebingungan malam itu Erick tidak mungkin terluka separah ini." Megan terlihat sangat menyesal.

"Apa hubungan Anda dengan putraku?" tanya Morgan dengan tatapan datar namun nada suaranya penuh ketegasan.

"Hu-hubungan?" Megan terdiam sejenak.

"Jawab aku."

"Dok, kami tidak ada hubungan apapun. Mobil saya tidak sengaja menabrak pohon lalu dia muncul dan menawarkan bantuan. Itu saja."

"Lalu kenapa kalian berpegangan tangan saat dibawa ke rumah sakit?"

"Berpegang tangan?" Megan terlihat sedang menggali ingatannya. "Kami tidak berpegang tangan. Saya yang memegang tangannya. Itu bukan berarti apa-apa. Sebelum kesadaran saya menghilang, saya berniat menyalurkan energi padanya karena dia langsung tak sadarkan diri ditempat."

Menyalurkan energi? Memangnya orang ini manusia listrik?

"Hanya itu saja?" Morgan merasa sedikit legah. Ternyata benar dugaannya bahwa putranya tidak mungkin berkencan dengan Megan.

"Hanya itu, Dok. Anda boleh tanyakan kalau anak itu sudah bangun."

"Baiklah, terima kasih. Saya permisi karena ada pasien lain yang harus ditangani." Morgan melangkah keluar ruangan.

Megan pun menyusulnya.

"Dok,"

"Ya? Ada lagi?"

"Dok, saya akan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap Erick. Saya akan membiayai sampai dia sembuh."

Morgan menarik napas dalam lalu menghembusnya perlahan.

"Jangan merasa paling bertanggungjawab atas hal ini. Tidak perlu merasa bersalah. Ini juga kelalaian saya sebagai orang tua. Permisi,"

Dasar pak Dokter sombong, memang ya, bapak-bapak selalu jaga image soal duit. Dia pikir aku tidak mampu mengeluarkan uang berapapun?

"Megan Megan Megan Megaaan!"

Baru saja Megan hendak masuk kembali ke ruang rawat, muncul ketiga sepupunya.

"Eh, ada apa?" Megan melirik ketiganya dari atas sampai ke bawah. Tidak ada satu pun yang membawa buah tangan untuknya.

"Megan, jadi kau benar tidak kenapa-kenapa? Aku sangat penasaran. Eh, bukan. Kami sangat khawatir tentangmu."

"Khawatir? Kalian bahkan tidak membawa apapun. Tapi sudahlah, aku tidak apa-apa jadi kalian bisa pulang."

"Pup-pulang? Megan, biarkan kami menjenguk pria itu."

"Pria? Hei! Apa yang kalian pikirkan? Dia bukan pria. Dia hanya seorang bocah SMA kelas 2." Megan mematahkan praduga ngelantur yang bersarang di otak ketiga saudarinya itu.

"Jadi benar kau tidak ada hubungan spsial dengannya?" ketiganya kompak mengelus dada.

"Ya! Tentu saja. Seleraku bukan berondong." ketus Megan. "Pulanglah dan jangan mengganggu anak itu sedang istirahat total."

Ketiganya pun mengangguk polos lalu balik kanan sambil saling berbisik. Megan sangat mengenal ketiganya. Mereka bukanlah orang yang tulus megkhawatirkan kondisinya. Ketiga orang itu akan menjadi orang yang diam-diam senang jika dirinya berada dalam kondisi seperti saat ini.

Dalam lingkaran keluarga Megan, tidak ada yang benar-benar tulus menyayangi satu sama lain. Semuanya saling bersaing, saling menjatuhkan dan sibuk mencari muka di depan nenek untuk mendapatkan jatah warisan sang nenek. Itu sebabnya Megan selalu menampilkan sikap tegas dan berani agar tidak mudah ditindas oleh mereka.

.

.

.

Beberapa pekan berlalu, Erick belum juga menunjukkan tanda akan bangun, sementara Megan sudah bisa beraktifitas seperti biasa meski tangan kirinya masih terpasang gips. Megan tetap memantau kondisi Erick melalui telepon dengan dokter yang ia khususkan untuk anak Remaja itu.

Terkadang Megan merasa terheran dengan dirinya sendiri kenapa ia dengan rela berkorban untuk orang yang telah membawanya menemui bahaya yang hampir saja membuatnya menyusul kedua orang tuanya ke surga. Atas izin Sang Pencipta lah ia masih diberikan kesempatan untuk menikmati hidup di dunia yang penuh sandiwara ini.

Hari ini adalah jadwal kembali ke rumah sakit untuk melepas gips ditangannya. Megan pun mengatur waktu dengan dokter Morgan.

Penasaran, kira-kira bagaimana wajah dokter dingin itu?

Dari awal pertemuannya dengan Morgan, pria itu selalu mengenakan masker yang menutup setengah wajahnya.

*Perasaan pak Presiden sudah mengumumkan bebas masker, tapi dia bahkan tidak pernah sekali pun melepas penutup mulutnya itu. Tapi ... apa dia mirip dengan Erick?

Gila, mengapa aku jadi memikirkan pak dokter? Ini tidak benar*.

Setibanya di rumah sakit. Megan terlebih dahulu mengunjungi Erick.

"Rick, kenapa tidurmu sangat lama? Apa kau tidak merindukan sekolah?"

Pintu ruangan itu terbuka. Megan kemudian menoleh kearahnya.

Tertegun.

Megan mematung mendapati dua sosok manusia di depannya. Kedua orang itu pun berhenti melangkah dan balas menatap dirinya.

Rasanya baru kali ini aku melihat ada manusia setampan ini.

Matanya menatap sosok pria tinggi di depannya. Kulit putih, hidung mancung dan kaki panjang yang mengenakan setelan casual. Benar-benar pemandangan yang indah.

"Kau sedang lihat apa?"

Asik melamun dengan pikiran kemana-mana, Megan dikagetkan dengan suara dokter Morgan.

"Oh, ma-maaf, dok."

Jadi dia pak dokter jutek yang selama ini aku temui? Luar biasa! Wujudnya sungguh bertolak belakang dengan karakternya.

Megan berusaha rilex dengan menampilkan sedikit senyuman.

Senyuman apa itu? Apa dia sedang menggodaku? Wanita agresif.

"Oia dok, saya sudah selesai menjenguknya. Kalau begitu saya lebih dulu ke ruangan anda. Anda tidak lupa, kan? Kita sudah jan-"

"saya belum amnesia." sahut Morgan. Megan bahkan belum selesai barkata-kata.

Megan pun pergi dari sana.

"Tante siapa?"

Hampir saja Megan berteriak kaget. Baru saja ia menutup pintu ruangan itu, siapa sangka sudah berdiri seseorang didepannya. Entah bagaimana anak yang tadi ia lihat berada di dalam ruang yang datang bersama dokter Morgan, kini sudah berada di luar ruangan. Ketidakfokusannya membuat Megan tidak sadar bahwa pria yang masih sangat muda ini menghilang dari ruangan Erick.

"Kenapa tante berada di ruangan kak Erick?" tanya remaja yang terlihat sedingin freezer itu.

Tidak salah lagi. Anak ini pasti putranya pak dokter. Mereka berdua bagaikan pinang dibelah dua. Baik wajahnya maupun sikapnya.

"Maaf, saya hanya salah satu pasien ayahmu." Megan menunjuk gips tangannya.

"Hanya pasien? Lalu kenapa sampai menjenguk kakak? Tante menyukai ayahku?" Langsung menuduh tanpa ragu.

Megan terdiam dengan wajah tak percaya.

"Jangan mimpi bisa mengencani ayahku."

Remaja itu berlalu dan masuk ke ruang rawat kakaknya meninggalkan Megan yang masih terdiam ditempatnya.

.

.

Terima kasih sudah membaca ya guys...

Yuk bantu akak buat otor ngembangin cerita ini, makasih🥰🙏

Terpopuler

Comments

Sweet Girl

Sweet Girl

bwahahaha coba aja di buka tengkorak pala nya dok.

2024-10-11

0

Ingka

Ingka

Aku br mampir nih Teteh othor...tertarik kyknya ceritanya seru...bikin penasaran...lanjut yaaa....

2023-01-04

2

Ingka

Ingka

Dokter jutek amat sih...kena karma cinta br tau rasa lho...hihihi. Megan yg sabar ya...nanti jg Kang dokter kalo udh meleleh hatinya pdmu...bakalan nempel terus kyk cicak nemplok di dinding. Biasa kalo awal mah jaim dulu, tp nanti ke sananya...beuh...nano-nano deh...🤪😁

2023-01-04

1

lihat semua
Episodes
1 Insiden
2 Dimana Erick?
3 Jangan Mimpi
4 Uluran Tangan
5 Kediaman Nenek
6 Nenek Pingsan
7 Reyhan
8 Jauhi Erick
9 Jadi Salah Lagi?
10 Ayo, Menikah
11 Lelah Menguntit
12 Pernikahan
13 Tante? Panggil Bunda!
14 PERGI DAN PANGGIL AYAHKU!
15 Kesepakatan
16 Ingin Membuangku?
17 Tempat Apa Ini?
18 Mereka Milikku
19 Membuatku Berdebar
20 Wanita Serakah
21 Kau Berkhianat?
22 Genggaman Erat
23 Jangan Menghilang
24 Momen Romantis
25 Ini Masalahmu
26 Megan Sayang
27 Pelan - pelan, Dok
28 Waw! Bukan Main
29 Kami Bukan Anak-anak
30 Sayang?
31 Tergila-gila Padaku...
32 Jaga Bundamu
33 Dua Teman David
34 Kekerasan di Depan David
35 Aku Menyukai Kalian
36 Mengantar David
37 Full Service
38 Dua Ronde
39 Pamer?
40 Mobil Sport
41 Menjelang Perayaan ULTAH Buyut
42 Tangkapan Besar
43 Keluarga Harus Bersama
44 Semakin Akur
45 Tidak Berperasaan?
46 Tersangka
47 Interogasi
48 Kerinduan
49 Bebas
50 Perdebatan
51 Ayo Bersama
52 Paniknya Seorang Megan
53 Ke Bali
54 Hal Mudah Pun, Tak Bisa
55 Gelang Nama.
56 Bunda
57 Salah Jalur
58 Tugas Baru Riko
59 Rumah Lama
60 Marah!
61 Setelah 10 Tahun Pergi
62 Kedatangan Yana
63 Pregnant, Ini gawat ayah!
64 Pelukan Pertama
65 Buka Hati Untuknya
66 David yang Penurut
67 Rindu Sepanjang Hari
68 Diabaikan
69 Kejutan
70 Harinya Erick Erlangga
71 Baby M Baby M Baby M!
72 Menasihati Baby M
73 Baby M atau Bunda..
74 Baby M Lahir
75 Banyak Cinta Katanya
76 Jangan Sakit Lagi, Bunda
77 Masih Bisa Dibicarakan
78 Mervi
79 Terusir
80 Puasa Bicara
81 Sorry Bunda
82 Aku Meniru Bunda
83 Nomor Dirahasiakan
84 Tiada, baru terasa.
85 Hot Duda & Perawan Tua
86 Setelah Tiga Hari Pernikahan
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Insiden
2
Dimana Erick?
3
Jangan Mimpi
4
Uluran Tangan
5
Kediaman Nenek
6
Nenek Pingsan
7
Reyhan
8
Jauhi Erick
9
Jadi Salah Lagi?
10
Ayo, Menikah
11
Lelah Menguntit
12
Pernikahan
13
Tante? Panggil Bunda!
14
PERGI DAN PANGGIL AYAHKU!
15
Kesepakatan
16
Ingin Membuangku?
17
Tempat Apa Ini?
18
Mereka Milikku
19
Membuatku Berdebar
20
Wanita Serakah
21
Kau Berkhianat?
22
Genggaman Erat
23
Jangan Menghilang
24
Momen Romantis
25
Ini Masalahmu
26
Megan Sayang
27
Pelan - pelan, Dok
28
Waw! Bukan Main
29
Kami Bukan Anak-anak
30
Sayang?
31
Tergila-gila Padaku...
32
Jaga Bundamu
33
Dua Teman David
34
Kekerasan di Depan David
35
Aku Menyukai Kalian
36
Mengantar David
37
Full Service
38
Dua Ronde
39
Pamer?
40
Mobil Sport
41
Menjelang Perayaan ULTAH Buyut
42
Tangkapan Besar
43
Keluarga Harus Bersama
44
Semakin Akur
45
Tidak Berperasaan?
46
Tersangka
47
Interogasi
48
Kerinduan
49
Bebas
50
Perdebatan
51
Ayo Bersama
52
Paniknya Seorang Megan
53
Ke Bali
54
Hal Mudah Pun, Tak Bisa
55
Gelang Nama.
56
Bunda
57
Salah Jalur
58
Tugas Baru Riko
59
Rumah Lama
60
Marah!
61
Setelah 10 Tahun Pergi
62
Kedatangan Yana
63
Pregnant, Ini gawat ayah!
64
Pelukan Pertama
65
Buka Hati Untuknya
66
David yang Penurut
67
Rindu Sepanjang Hari
68
Diabaikan
69
Kejutan
70
Harinya Erick Erlangga
71
Baby M Baby M Baby M!
72
Menasihati Baby M
73
Baby M atau Bunda..
74
Baby M Lahir
75
Banyak Cinta Katanya
76
Jangan Sakit Lagi, Bunda
77
Masih Bisa Dibicarakan
78
Mervi
79
Terusir
80
Puasa Bicara
81
Sorry Bunda
82
Aku Meniru Bunda
83
Nomor Dirahasiakan
84
Tiada, baru terasa.
85
Hot Duda & Perawan Tua
86
Setelah Tiga Hari Pernikahan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!