...Chapter 02. Kazuo dan Pohon Iblis (Rev I)...
Sesuai makan Eulalia pergi bersama Marsha menuju pohon Iblis tempat Kazuo menebang pohon. Eulalia telah mendengar cerita dirinya yang di tolong oleh Kazuo dari Kepala desa.
Sebelum sampai di tempat Kazuo, Eulalia sudah melihat pohon cemara yang tingginya hingga menembus awan.
“Jadi itukah pohon Iblis?!” ujar Eulalia.
Marsha menganggukan kepalanya, “Ya. Itu adalah Pohon Iblis,” jawab Marsha.
Dalam perjalanan Marsha menceritakan tentang pohon Iblis itu.
Pohon itulah yang mengakibatkan warga desa tidak bisa membuat perkebunan dan kekurangan makanan lantaran cahaya matahari yang tidak bisa menyinari perkebunan.
Sedangkan Kazuo adalah turunan yang keempat yang bertugas untuk menebang pohon tersebut. Karena pohon itu sudah berumur 200 tahun.
Dang ... Dang ... Dang.
Saat Eulalia dan Marsha sudah dekat di pohon itu, terdengar suara kapak yang menebang pohon.
Sesampainya disana terlihatlah sosok pria berambut pirang yang sedang menebang pohon di pohon yang sangat besar.
“Kak Kazuo ....” teriak Marsha.
Kazuo yang sedang menebang menghentikan pekerjaannya dan menoleh ke belakang. Dia melihat Marsha dengan sosok wanita yang diselamatkannya.
“Marsha,” jawab Kazuo.
Sesaat kemudian, Marsha dan Eulalia tiba dihadapan Kazuo.
“Maaf, Kak Kazuo. Kami menganggu pekerjaan kakak,” ucap Marsha.
“Tidak apa-apa,” jawab Kazuo.
Eulalia pun maju satu langkah dan menundukkan kepalanya.
“Terima kasih telah menyelamatkan saya dan membawa ke desa,” ucap Eulalia.
“Sudah seharusnya manusia untuk saling tolong menolong. Tidak perlu dipermasalahkannya,” ucap Kazuo.
Eulalia mengembalikan posisi berdirinya dan tersenyum kepada Kazuo.
“Kamu memang pria yang baik,” ucap Eulalia dengan tersenyum kepada Kazuo.
Kazuo yang mendengar ucapan dari Eulalia membuat dirinya malu dan menggarukan kepala belakangnya disertai dengan senyuman lebar.
“Kamu terlalu memuji,” jawab Kazuo.
Eulalia dan Kazuo pun saling bertukar senyum.
“Oiya, kak. Ini bekal kakak dari Kepala Desa,” ucap Marsha seraya memberikan keranjang makanan.
“Terima kasih, Marsha,” ucap Kazuo dan menerima keranjang makanan tersebut.
Kazuo pun beristirahat dan memakan bekal yang dibawakan Marsha serta mengobrol kecil dengan Eulalia.
Dia bertanya penyebab Eulalia berada di hutan dan Eulalia menjawab sama seperti yang dijawabnya kepada Kepala Desa bahkan Kazuo pun percaya Eulalia di iseng kan oleh Dewa Hades.
Setelah makan Kazuo melanjutkan pekerjaannya dan Eulalia serta Marsha menemani Kazuo di pohon Iblis tersebut untuk menikmati pemandangan hutan.
Beberapa saat kemudian, Marsha yang sudah tidur di bahu Eulalia dan Kazuo yang sedang sibuk menebang.
Sesaat kemudian, Exoma memberikan sebuah saran.
Kling!
[Nona, saya sarankan anda untuk menebang pohon itu.]
Mendengar itu, Eulalia mengerutkan keningnya. "Pohon sebesar itu, apakah aku bisa melakukan nya?"
Kling!
[Poin System Anda saat ini tersisa 250. Saya rasa cukup untuk membuat sihir. Selain itu, jika Nona berhasil maka nona akan mendapatkan 500 poin.]
Mendengar itu, Eulalia pun menghitung-hitung yang mana 50 poin untuk sihir telekinetik dan 100 poin untuk sihir penyimpanan. Lalu, Eulalia berpikir sihir yang tepat untuk menebang pohon dan didapati lah satu sihir.
"Baiklah, Exoma. Mari kita buat sihir nya!" seru batin Eulalia.
Kling!
[Dimengerti!]
Setelah berhasil membuat satu sihir, Eulalia membuka matanya dan melihat Kazuo yang sudah menyelesaikan pekerjaannya karena matahari sudah akan terbenam.
Kazuo mengusap keringatnya dan berjalan ke arah Eulalia.
Eulalia yang melihat itu, dia pun membangunkan Marsha dan berdiri kehadapan Kazuo.
“Kamu sudah selesai, Kazuo?” tanya Eulalia.
“Iya, aku akan melanjutkannya besok pagi,” jawab Kazuo.
Setelah itu mereka pun kembali kedesa. Dalam perjalanan, Kazuo menceritakan dirinya yang mewarisi tugas langit dari kakeknya kakek hingga dirinya.
Eulalia yang mendengarkan itu membuat dirinya prihati dengan hidup yang dijalankan Kazuo.
Sesampai di desa, ada seorang pria yang membawa pedang sedang berjaga di perbatasan desa dan menegur kami.
“Yo, Kazuo! Bagaimana tugas langitmu memuaskan dan adakah kesenangan disana? Haha,” ucar ledek penjaga.
“Kak Koi, hentikan itu tidak lucu!” seru Marsha.
“Aku berkata yang sebenarnya dan Nona Eulalia, mengapa kamu dekat dirinya? Lebih baik denganku. Aku akan mengajarkan kesenangan yang sesungguhnya,” ucap Koi.
Eulalia hanya tersenyum mendengar dan melihat Kazuo yang terdiam dengan menundukan kepalanya.
“Hei, Tuan Koi. Memang tugas langitmu lebih mulia?” tanya Eulalia.
“Tentu, aku adalah seorang ksatria pedang. Tentu lebih kuat dan mulia dibandingkan dengan Kazuo dan memang apa tugas langitmu, Nona?” ujar Koi.
“Penyihir,” ucap bangga Eulalia yang menolak pinggang tangan kanannya dan tersenyum kepadanya.
Koi yang mendengarkan ucapan Eulalia meminta dirinya untuk menguji coba kekuatannya. Mereka pergi ke halaman perbatasan yang disana merupakan tempat latihan Koi.
“Baiklah, Nona Eulalia. Sekarang bakar kayu itu!” seru Koi yang menunjuk kayu dengan ukiran orang-orangan.
“Oke,” jawab Eulalia.
Eulalia pun menutup matanya dan mengambil tongkat sihir kecilya dari kotak penyimpanan. Dengan cahaya biru ditangannya, muncul tongkat sihir kecil di tangannya.
“Itu ...” ucap Marsha.
Eulalia tidak mendengarkan ucapan Marsha dan dia membidik tongkat kearah kayu dan berkonsentrasi untuk merapalkan mantra.
"System Call. Fire Bullet."
Beberapa saat kemudian, tongkat itu melesatkan satu tembakan bola api yang membakar kayu.
“Belum cukup!” Eulalia pun merapalkan perintah sistemnya. "System Call. Modification."
Eulalia pun merubah api itu menjadi warna biru hingga pembakaran lebih cepat dan panas yang membuat kayu dengan cepat menjadi abu.
Kazuo dan lainnya terkejut saat melihat kemampuan dari Eulalia.
“Luar biasa!” seru Kazuo.
Setelah berhasil Eulalia menghela nafasnya dan kembali kepada Kazuo dan lainnya.
“Bagaimana, Koi? Cukup memuaskan, bukan dan aku bisa lebih menyenangkan lagi,” ucap Eulalia dengan senyum sinisnya.
“Hehe, iya. Maaf Nona Eulalia,” ucap Koi.
Setelah itu mereka kembali berjalan masuk desa. Eulalia yang ditawarkan untuk tinggal di rumah kepala desa, dia menolaknya dan lebih memilih tinggal di klinik.
Marsha yang mengetahui Eulalia tinggal di Klinik, dia pun memutuskan untuk tinggal bersamanya.
Ditengah malam, Eulalia masih belum mengantuk dan dia melamun dengan menatap bulan dari luar jendela.
“Kak Eulalia, belum tidur?” ucap Marsha.
Eulalia yang mendengar itu, dia membalikan badannya kehadapan Marsha.
“Aku belum bisa tidur, mungkin aku sudah terlalu lama tidur,” ucap Eulalia.
“Ohh, begitu,” jawab Marsha.
Eulalia pun mengelus-ngelus rambut Marsha hingga dia tertidur.
Eulalia yang melihat itu, dia pun tersenyum. "Besok, aku akan menebang pohon Iblis itu. Aku harap desa bisa lebih makmur."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
ɪᴍ᭄ꦿRIZAL_VAN_BRAMASTA
emang pingsan ini Eulalia padahal gda scan di cerita sebelum sebelumnya tapi kenapa dia berterima kasih kepada siapa tadi
2022-07-24
0
John Singgih
yah masih besok nebangnya
2022-07-17
0
Lily
inimah bener bener referensinya dari sao, mulai dari penyebutan skill sampai story awal mirip
2022-06-04
0