19. In Memory Of

" Ayo diminum kopinya, keburu dingin", ucapku karena sejak tadi Bian terus menatapku tak berkedip, aku khawatir Bian tidak bisa mengontrol diri dan menciumiku lagi seperti tadi sore. Tapi mungkin pikiranku yang berlebihan, mana berani Bian melakukan hal itu disaat kedua orang tuaku berada di dalam rumah.

" Iya nanti aku minum, kalau sudah nggak terlalu panas. Ra.... kamu tahu nggak, sejak tadi waktu aku sampai di rumah, entah kenapa pikiranku terus tertuju sama kamu. Rasanya aku ingin cepat-cepat menghalalkan kamu, jadi besok aku tidak pergi ke restoran. Aku mau ke rumah orang tuaku malam ini juga, pulang dari sini".

" Mungkin lebih cepat aku menyampaikan niatan ku pada ayah dan ibu, akan lebih baik. Aku sudah tidak sabar ingin hidup bersama satu atap dengan kamu".

Aku sangat tahu yang Bian rasakan, dia sama sepertiku yang saat ini perasaannya sedang meluap-luap, karena perasaan yang terpendam selama belasan tahun, akhirnya berani di ungkapan, tentu membuat dirinya menjadi sangat bersemangat.

Kadang aku merasa takut karena Bian begitu mencintaiku, karena sesuatu yang berlebihan itu sebenarnya tidaklah baik. Apa yang akan terjadi jika Bian tahu jika ayah kandung Shaka adalah orang yang dikenalnya.

Mengapa dunia ini menjadi terasa begitu sempit sejak aku mengetahui bahwa Yoga dan Bian saling mengenal satu sama lain. Meski Bian sudah tahu tentang keadaanku yang sebenarnya, tapi mungkinkah dia bisa menerima jika ternyata yang merenggut mahkotaku adalah temannya sendiri?.

" Jadi nanti kamu langsung ke rumah orang tuamu sepulang dari sini?, bawa motor?", tanyaku sambil melongok ke luar rumah menuju motor yang dipakai Bian.

Motornya sama dengan motor Yoga, hanya berbeda warna saja, milik Yoga tadi berwarna merah, sedangkan motor Bian berwarna hijau. Apa mungkin mereka juga masuk klub motor yang sama?, sedekat apakah mereka berdua?, aku masih terus bertanya-tanya.

Bian mengangguk, " Iya nanti ke rumah ibu mau bawa motor saja biar bisa nerobos, jadi cepet sampai, sudah lama sekali tidak membawa motor, tadi terasa aneh waktu menaikinya".

" Harus dibiasakan lagi bawa motor, biar bisa ajak kamu jalan-jalan naik motor seperti anak-anak muda lainnya", ucap Bian sambil cengengesan.

" Kamu tahu nggak Ra...?, dari dulu waktu masih SMA, setiap kali liat teman-teman SMA bawa motor, dan boncengan sama pacar mereka, aku tuh pengen banget bisa ketemu kamu lagi, dan melakukan hal yang sama seperti mereka, boncengan motor sama kamu, menyusuri jalanan sambil kamu memeluk punggung aku", ucap Bian sambil tatapannya menerawang jauh, mungkin dia sedang membayangkan apa yang sedang diucapkannya.

" Kedengaran aneh ya keinginanku itu?, pasti kamu mengira masa remajaku sangat bahagia dan penuh warna. Tapi sayangnya nggak seperti itu Ra... sejak pindah sekolah dan nggak ketemu kamu lagi, aku juga membatasi mengenal teman cewek. Kebanyakan teman-temanku itu cowok. Dan Riko sengaja ngajak aku gabung dengan Mapala di SMA ku, selain kebanyakan anggota Mapala itu cowok, waktuku juga jadi ku habiskan untuk hal-hal yang positif, seperti mengenal alam lebih dekat".

" Bukan untuk jalan-jalan ke mall, dan godain temen-temen cewek kayak ABG-ABG labil".

Baru kali ini Bian menceritakan masa lalu nya padaku, sekaligus menyampaikan keinginannya yang terpendam untuk bisa ber boncengan motor denganku. Bian memang paling pandai berkata-kata, seolah aku menjadi satu-satunya, membuat aku makin meleleh.

Seandainya saja kami bisa bersatu sedikit lebih awal. Mungkin saat ini aku dan Bian sudah hidup bahagia menjadi pasangan suami istri.

Aku tidak berpikir terlalu jauh kan?, tentu saja tidak, karena tujuan aku dan Bian menjalin hubungan adalah untuk menuju ke jenjang pernikahan. Usia kami berdua sama-sama sudah tidak muda, dan kami tahu berpacaran terlalu lama juga tidak akan baik bagi kami yang sama-sama saling mencintai.

Mungkin hanya akan menambah banyak dosa dan dosa... dari dosa kecil hingga yang besar.

" Jadi kamu ikut Mapala?, sering naik turun gunung dong Bi?, apa ada cewek yang ikut Mapala juga?", tanyaku pura-pura tidak tahu, padahal tadi baru saja ku lihat fotonya bersama semua teman laki-laki.

" Kalau anggota ada sih yang cewek, cuman jarang ikut kalau naik gunung. Kalau kamu gimana Ra?, suka naik gunung nggak?, kalau kamu suka, kapan-kapan aku ajak kamu ikut naik, pas ada acara camp".

" Biasanya para alumni akan mengadakan acara naik gunung bersama saat peringatan ulang tahun terbentuknya organisasi. Apa kamu mau ikut?, kalau mau pasti bakalan seru banget Ra..., nanti aku kenalin kamu sama teman-temanku, Riko juga selalu ikut, karena dia aktif di Mapala. Jadi nanti kamu nggak kaya orang ilang, ada aku dan Riko yang kamu kenal".

Aku mengangguk setuju, meski aku belum pernah naik gunung, tapi jangan ditanya, kekuatan kakiku melebihi mereka yang biasa naik gunung. Karena aku terbiasa berjalan cukup jauh dan naik turun tangga sambil membawa box makanan setiap kali kebagian jatah mengirim delivery order ke perusahaan-perusahaan yang bergedung tinggi tapi liftnya sering rusak.

" Tapi harus ijin sama mama dan papa dulu kalau mau ikut acara kamu. Aku nggak bisa janji bisa ikut, soalnya tergantung ijin dari mama dan papa", jawabku.

" Benar juga, pasti mama dan papa kamu akan khawatir jika anak perempuannya diajak naik gunung sama laki-laki yang statusnya hanya teman biasa. Aku berharap saat ada acara naik gunung, status kita sudah ada peningkatan lagi. Entah kita sudah menikah atau sudah bertunangan. Biar aku bisa ngajakin kamu dan dapat ijin dari kedua orangtuamu".

Aku hanya mengangguk dan mengamini dalam hatiku. Berharap semuanya akan dipermudah jalannya oleh Yang Maha Kuasa.

" Apa kamu juga punya hobi Ra?, selama ini aku perhatiin, kamu nggak pernah melakukan hal-hal yang lebih spesifik", ujar Bian.

Tentu saja aku tidak pernah melakukan apapun yang aku sukai sering-sering, waktuku habis untuk bekerja dan beristirahat di rumah. Tapi sebagai wanita normal aku juga punya hobi, meski jarang aku lakukan.

" Punya", jawabku singkat.

" Apa?, masak?, bahkan kamu tidak pernah masak di restoran", gumam Bian.

" Bukan masak, kalau masak jelas bukan hobi aku, itu keahlian kamu, mungkin masakan ku dan masakan kamu masih enak masakan mu Bi...".

Tentu saja, Bian sangat jago masak, masakannya sudah persis dengan masakan koki restoran yang sangat enak, itu mengapa Bian membuka usaha di bidang kuliner, karena dia jago masak.

" Terus apa dong hobi kamu?".

Aku menatap Bian lekat, " Aku kasih tahu tapi jangan ketawa ya Bi...".

Bian mengangguk setuju, namun sambil tersenyum karena melihatku malu-malu mengatakannya.

" Sebenarnya aku suka main piano, nggak tau kenapa, dulu tiap kali Bu Retno guru seni musik mengajarkan kita bermain piano, aku senang sekali. Tiap kali menekan tuts piano dan menghasilkan alunan musik yang indah, rasanya hati ini jadi tenang dan damai".

" Sayangnya aku tidak mampu untuk membeli barang mahal semacam piano itu, jadi aku tidak pernah lagi bermain piano semenjak sekolahku selesai. Bisa main juga cuma beberapa lagu saja, yang dulu diajarkan Bu Retno saat praktek seni musik".

Bian menatapku lekat, dia itu terus memperhatikan aku setiap kali aku berbicara. Seolah dunianya tertuju dan hanya fokus kepadaku.

" Di rumah ibuku ada piano milik ibu, dulu ibu juga suka memainkan piano saat aku masih remaja, tapi sekarang sudah jarang ku dengar karena kami sudah tidak tinggal bersama", ujar Bian.

" Aku ingat betul Ra, waktu penilaian praktek seni musik pas kenaikan kelas 7, kamu bermain piano dengan lagu India, sampai semua orang bertepuk tangan mendengar permainan jarimu yang sangat lincah, lagu apa dulu ya?, yang terus akhirnya kamu disuruh tampil di panggung waktu acara kelulusan kakak kelas 9, karena kamu pandai banget main pianonya".

Aku mengangguk membenarkan ucapan Bian, memang dulu aku pernah tampil di panggung saat masih kelas 7, memberi persembahan di perpisahan siswa siswi kelas 9. Dua lagu luar negeri yang aku bisa, satu instrumen lagu berjudul 'Khushiyaan Aur Gham' dari India yang menjadi soundtrack film Man, dan satu lagi instrumen dari lagu berjudul 'From the Beginning till Now' dari Korea Selatan yang menjadi soundtrack drama Korea yang berjudul Winter Sonata.

Tidak akan pernah aku lupakan kenangan itu, dimana semua orang menatap kagum ke atas panggung saat jari-jariku memainkan tuts piano dengan lincahnya.

Sayangnya masa indah itu hanya sebentar saja, karena kebodohanku sendiri, aku merusak masa remajaku yang seharusnya sangat indah menjadi masa remaja penuh tangis dan sindiran dari tetangga.

Episodes
1 1. Prolog
2 2. Positif
3 3. Dua Butir Pil
4 4. Ketahuan
5 5. Menyesal
6 6. Sejarah Singkat
7 7. Baby Boy
8 8. Permintaan Maaf
9 9. Was Born
10 10. Super Mom
11 11. Insecure
12 12. Mas Bos
13 13. Lunch
14 14. Pernyataan Cinta
15 15. Pengakuan 1
16 16. Pengakuan 2
17 17. Tamu Malam Minggu
18 18. Emosi Mama
19 19. In Memory Of
20 20. Mencari Alasan
21 21. Budget
22 22. Tukar Tempat
23 23. Cerita Serem
24 24. Meet
25 25. Tukang Tipu
26 26. Kisah Cinta Yang Mirip
27 27. Gerak Cepat
28 28. Malu
29 29. Jalan Hidup Masing-masing
30 30. Dunia Yang Berbeda
31 31. Bertemu Lagi
32 32. 1001 Alasan Aku Membencimu
33 33. Menunggu
34 34. Naik Kelas
35 35. Sudut Pandang
36 36. Belum Saatnya 'Mendaki Gunung'
37 37. Servis Pertama
38 38. Tamu Pagi Hari
39 39. Memulai Perjalanan
40 40. Debat
41 41. Perjalanan Menuju Puncak
42 42. Bermalam di Gunung
43 43. Melihat Bintang Bersamamu
44 44. Tersesat
45 45. Akhirnya Ku Menemukanmu
46 46. Cerita Masa Lalu
47 47. Ketahuan
48 48. Menghapus Tanda
49 49. Tanggung Jawab
50 50. Mba Bos
51 51. Fitting Baju Pengantin
52 52. Double Date
53 53. Menyibukkan Diri
54 54. Transferan Masuk
55 56. Dilema
56 57. Dengan Caramu
57 58. Tulang Punggung
58 59. Pesan Panjang
59 60. Hobi Gosip
60 61. Suntik Vaksin
61 62. Tamu Pengganggu
62 63. Bakat Turunan
63 64. Masak di Perkemahan
64 65. Perubahan Sikap
65 66. Kabur
66 67. Adu Akting
67 68. Tamu Mencurigakan
68 69. Api Unggun
69 70. Mengesampingkan Ego
70 71. Dimana Aku?
71 72. Daerah Pesisir
72 73. Mimpi
73 74. Motivasi
74 75. Mimpi 2
75 76. Adik yang Baik
76 77. Di Butik
77 78. Kebetulan yang Direncanakan
78 79. Perubahan Sikap
79 80. MKKB
80 81. Sandiwara 1
81 82. Sandiwara 2
82 83. Tak Ingin Usai
83 84. Habis Kesabaran
84 85. Kado Istimewa
85 86. Mengungkap Rahasia
86 87. Mantan Teman
87 88. Karma
88 89. Dimana Shaka?
89 90. Menemukanmu
90 91. Ungkapan Perasaan Shaka
91 92. Opname
92 93. Hari H
93 94. Pesan Masuk
94 95. Mengambil Keputusan
95 96. Selamat Tinggal Masa Lalu
96 97. Rapuh
97 98. Suasana Baru
98 99. Big Mouth
99 100. Kuat Mental
100 101. Tempat Baru Pembawa Keberuntungan
101 102. Keadaan Tak Terduga
102 102. Kejadian Tak Terduga
103 102. Kejadian Tak Terduga
104 103. Syarat
105 104. Pro & Kontra
106 105. Negosiasi
107 106. Keputusan Raya
108 107. Ijab qobul
109 108. Pesta Pernikahan
110 109. Cincin di Jari Manis
111 110. Sudah Ada Yang Punya
112 111. Asalkan Bersamamu
113 112. Sosok Pria Idaman
114 113. Belajar Membuka Hati
115 114. Orang Spesial
116 115. Tiba Saatnya
117 116. Hamil
118 117. Rumah Baru
119 118. Dilema
120 119. Wali Murid
121 120. Mangga Muda
122 121. Kompak
123 122. Belanja
124 123. Mendekati HPL
125 124. Kontraksi
126 125. ' IBU '
127 126. Khawatir
128 127. Tinggal Kenangan
129 128. Puncak
130 129. Mantan Calon
131 130. Kelewat Baik
132 131. Berkenalan dengan ART
133 132. Kisah Rahasia
134 133. Kejutan Ulang Tahun
135 134. Kolaborasi Memasak
136 135. Salah Kira
137 136. Level Tertinggi Dalam Mencintai
138 137. Curhat 1
139 138. Mantan
140 139. Mencari Alasan
141 140. Curhat 2
142 141. Sikap Yoga
143 142. Kesungguhan
144 143. Orang Beruntung
145 144. Gagal Camping
146 145. Berbanding Terbalik
147 146. Apa Adanya
148 147. Bangga
149 148. Shopping
150 149. Merajuk
151 150. Saatnya Pergi
152 151. Bonus Bab
153 152. Bonus Bab
Episodes

Updated 153 Episodes

1
1. Prolog
2
2. Positif
3
3. Dua Butir Pil
4
4. Ketahuan
5
5. Menyesal
6
6. Sejarah Singkat
7
7. Baby Boy
8
8. Permintaan Maaf
9
9. Was Born
10
10. Super Mom
11
11. Insecure
12
12. Mas Bos
13
13. Lunch
14
14. Pernyataan Cinta
15
15. Pengakuan 1
16
16. Pengakuan 2
17
17. Tamu Malam Minggu
18
18. Emosi Mama
19
19. In Memory Of
20
20. Mencari Alasan
21
21. Budget
22
22. Tukar Tempat
23
23. Cerita Serem
24
24. Meet
25
25. Tukang Tipu
26
26. Kisah Cinta Yang Mirip
27
27. Gerak Cepat
28
28. Malu
29
29. Jalan Hidup Masing-masing
30
30. Dunia Yang Berbeda
31
31. Bertemu Lagi
32
32. 1001 Alasan Aku Membencimu
33
33. Menunggu
34
34. Naik Kelas
35
35. Sudut Pandang
36
36. Belum Saatnya 'Mendaki Gunung'
37
37. Servis Pertama
38
38. Tamu Pagi Hari
39
39. Memulai Perjalanan
40
40. Debat
41
41. Perjalanan Menuju Puncak
42
42. Bermalam di Gunung
43
43. Melihat Bintang Bersamamu
44
44. Tersesat
45
45. Akhirnya Ku Menemukanmu
46
46. Cerita Masa Lalu
47
47. Ketahuan
48
48. Menghapus Tanda
49
49. Tanggung Jawab
50
50. Mba Bos
51
51. Fitting Baju Pengantin
52
52. Double Date
53
53. Menyibukkan Diri
54
54. Transferan Masuk
55
56. Dilema
56
57. Dengan Caramu
57
58. Tulang Punggung
58
59. Pesan Panjang
59
60. Hobi Gosip
60
61. Suntik Vaksin
61
62. Tamu Pengganggu
62
63. Bakat Turunan
63
64. Masak di Perkemahan
64
65. Perubahan Sikap
65
66. Kabur
66
67. Adu Akting
67
68. Tamu Mencurigakan
68
69. Api Unggun
69
70. Mengesampingkan Ego
70
71. Dimana Aku?
71
72. Daerah Pesisir
72
73. Mimpi
73
74. Motivasi
74
75. Mimpi 2
75
76. Adik yang Baik
76
77. Di Butik
77
78. Kebetulan yang Direncanakan
78
79. Perubahan Sikap
79
80. MKKB
80
81. Sandiwara 1
81
82. Sandiwara 2
82
83. Tak Ingin Usai
83
84. Habis Kesabaran
84
85. Kado Istimewa
85
86. Mengungkap Rahasia
86
87. Mantan Teman
87
88. Karma
88
89. Dimana Shaka?
89
90. Menemukanmu
90
91. Ungkapan Perasaan Shaka
91
92. Opname
92
93. Hari H
93
94. Pesan Masuk
94
95. Mengambil Keputusan
95
96. Selamat Tinggal Masa Lalu
96
97. Rapuh
97
98. Suasana Baru
98
99. Big Mouth
99
100. Kuat Mental
100
101. Tempat Baru Pembawa Keberuntungan
101
102. Keadaan Tak Terduga
102
102. Kejadian Tak Terduga
103
102. Kejadian Tak Terduga
104
103. Syarat
105
104. Pro & Kontra
106
105. Negosiasi
107
106. Keputusan Raya
108
107. Ijab qobul
109
108. Pesta Pernikahan
110
109. Cincin di Jari Manis
111
110. Sudah Ada Yang Punya
112
111. Asalkan Bersamamu
113
112. Sosok Pria Idaman
114
113. Belajar Membuka Hati
115
114. Orang Spesial
116
115. Tiba Saatnya
117
116. Hamil
118
117. Rumah Baru
119
118. Dilema
120
119. Wali Murid
121
120. Mangga Muda
122
121. Kompak
123
122. Belanja
124
123. Mendekati HPL
125
124. Kontraksi
126
125. ' IBU '
127
126. Khawatir
128
127. Tinggal Kenangan
129
128. Puncak
130
129. Mantan Calon
131
130. Kelewat Baik
132
131. Berkenalan dengan ART
133
132. Kisah Rahasia
134
133. Kejutan Ulang Tahun
135
134. Kolaborasi Memasak
136
135. Salah Kira
137
136. Level Tertinggi Dalam Mencintai
138
137. Curhat 1
139
138. Mantan
140
139. Mencari Alasan
141
140. Curhat 2
142
141. Sikap Yoga
143
142. Kesungguhan
144
143. Orang Beruntung
145
144. Gagal Camping
146
145. Berbanding Terbalik
147
146. Apa Adanya
148
147. Bangga
149
148. Shopping
150
149. Merajuk
151
150. Saatnya Pergi
152
151. Bonus Bab
153
152. Bonus Bab

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!