4. Ketahuan

Bu Herni nampak shock, dan kembali menghitung jarinya. " Sudah 16 minggu, itu berarti janin dalam perutku sudah mulai bergerak, dan semakin kuat. Kamu akan ibu beri pil yang lebih kuat lagi, tapi kamu harus langsung meminumnya malam ini juga, sebelum kamu tidur, jika tidak, mungkin bayi dalam perut kamu sudah tidak bisa lagi di gugurkan".

Aku bisa melihat raut kekhawatiran di wajah Bu Herni. Aku sendiri juga tidak tahu kalau ternyata janin itu masih ada di dalam perutku. Apa iya obat dari beliau tidak mempan padaku?.

Aku pulang dengan di antar oleh Yoga, saat itu tepat jam 3 aku sampai rumah. Rumahku sepi, kosong, semuanya sedang melakukan rutinitas seperti biasanya. Yoga yang sudah sangat lama ingin kembali melakukan hubungan **** denganku, kembali merayuku untuk melakukannya.

Memang sejak ketahuan aku hamil, kami sudah tidak pernah melakukannya lagi.

" Kita lakukan sekali lagi ya Ra... nanti malam kan kamu minum pil dari ibuku, berarti apa yang kita lakukan kali ini akan aman. Kamu tidak usah khawatir. Lain kali aku pasti akan memakai pengaman saat kita berdua melakukannya".

Yoga terus merayuku dan kembali membimbingku ke dalam kamar. Melakukan sentuhan-sentuhan lembut di sekujur tubuhku, membuatku lagi-lagi tidak bisa menolak keinginannya.

Jujur aku menikmatinya, aku menyukai cara Yoga memperlakukan aku dan membawaku seolah terbang ke awang-awang. Kami pun melakukannya lagi, ku hitung ini yang ke lima kali kami melakukannya. Masih tetap sama di kamarku. Kali ini bahkan aku sungguh menikmati permainan ranjang kami. Seolah akulah yang menguasai Yoga.

Yoga tahu betul jika aku juga menginginkannya, karena terbawa suasana dan sentuhan melenakan yang Yoga lakukan, kami melakukannya lagi, bahkan kali ini aku yang berada di atas. Aku yang awalnya malu-malu kini menjadi sangat bersemangat.

Suara ******* yang lolos dari mulut kami membuat pergulatan yang kami lakukan menjadi lebih bergairah.

Yoga tersenyum lebar melihat sikapku yang menjadi sangat agresif. Dia memelukku sangat erat usai kami sama-sama mencapai puncak kenikmatan.

Saat itu aku langsung mandi, begitu juga dengan Yoga yang ikut mandi di kamar mandi rumahku. Kami berusaha menghilangkan jejak dari aroma usai bercinta dari tubuh kami.

Yoga pamitan dari rumahku pukul 4 sore saat Juna pulang dari TPQ, dan Papa pulang dari menarik ojek. Semuanya masih baik-baik saja.

Hingga malam tiba, sebelum tidur aku mengambil tiga butir pil yang diberikan oleh Bu Herni tadi siang. Aku juga mengambil sebotol air putih dari dapur dan membawa ke dalam kamarku. Pintu kamar aku tutup rapat agar tidak ketahuan. Namun sepertinya gelagat ku sudah dicurigai oleh mama sejak tadi.

Mama tiba-tiba masuk ke dalam kamar dan melihatku sedang memegang botol dan hendak meminum tiga butir pil pemberian Bu Herni.

" Apa itu Ra..., kamu sakit?, kok minum obat?".

Mama langsung mendekat ke arahku, aku yang panik tentu saja langsung menggenggam tiga butir pil yang hendak ku minum dengan erat.

Ku lihat mama curiga, memintaku membuka genggaman tanganku, dan menunjukkan obat yang hendak aku minum tadi.

Mama nampak mengernyitkan kening karena tidak tahu obat apa yang hendak ku minum. Hanya saja saat mama melihat botol kecil wadah pil itu mata mama langsung melotot, dan merampas tiga pil pemberian Bu Herni dari tanganku. Juga membawa botol kecil tempat dari pil itu.

Tidak ada komentar apa-apa, tiba-tiba mama pergi begitu saja keluar dari rumah, membawa motor matic miliknya.

Saat pulang, aku baru tahu, ternyata mama pergi ke rumah bidan desa dan menanyakan tentang pil itu. Mama sangat shock saat mendengar penjelasan dari bidan desa, jika pil yang hendak aku minum adalah pil penggugur kandungan. Pil itu tidak dijual di sembarang tempat, hanya orang tertentu yang bisa membeli pil itu, dan harga pil itu sebutirnya 750.000.

Aku melihat kemarahan di mata mama, seolah seperti ada api yang menyala di dalam matanya, sampai aku tak berani menatap mata itu lagi.

" Apa kamu hamil Ra...?, tolong jawab pertanyaan mama!", suara mama yang penuh penekanan dan lumayan keras membuat papa yang sedang menonton bola diruang tengah ikut masuk kedalam kamarku.

" Kenapa Ma?, sama anak bicaranya yang pelan, jangan teriak-teriak begitu".

Papa masih membelaku, karena papa belum tahu apa yang sedang terjadi.

Aku menggelengkan kepala, lagi-lagi aku berbohong, dan tidak mengakui jika aku sedang hamil.

Mama tiba-tiba menarik tanganku kasar dan menyuruhku naik ke boncengan motor nya. Mama membawaku kerumah bidan desa yang tadi didatanginya.

" Tolong periksa keadaan Raya Bu Bidan", ucap Mama sambil mendorongku kedepan.

Bu Bidan yang sudah paruh baya itu mengangguk dan menyuruhku merebahkan diri di kasur periksa.

" Sudah sebesar ini janinnya. Mungkin usianya sekitar 15 atau 16 minggu, kalau sudah ada pergerakan berarti sudah 16 minggu lebih", ujar Bu Ara, bidan desa yang memeriksaku.

" 16 minggu?!", tanya mamaku penuh penekanan.

Bu Ara kembali mengangguk. " Coba diingat kapan Raya terakhir datang bulan, mungkin sekitar empat bulan yang lalu", ujar Bu Ara.

Aku semakin menunduk dan tak berani menatap ke arah mamaku.

" Bu Wina, sebaiknya ibu bisa menahan emosi ibu untuk sementara waktu. Karena ibu bisa membuat Raya semakin takut". Ku dengar Bu Bidan mencoba menenangkan mamaku.

" Nak Raya, kalau Bu Ara boleh tahu, siapa yang memberikan pil ini sama Raya?, soalnya pil ini tidak diperbolehkan untuk dibeli oleh orang biasa. Hanya orang-orang tertentu yang diperbolehkan membeli pil ini. Harga pil ini sebutirnya 750.000, jadi Bu Ara yakin bukan Raya yang beli ini".

Aku masih terus menunduk, dan semakin menunduk, tak berani menatap mama maupun Bu bidan yang sedang berdiri di hadapanku.

" Apa Yoga yang melakukannya?, jawab mama Ra...!".

Aku tidak berani menjawab, aku semakin takut dengan kemarahan mamaku.

" Yoga siapa Bu Wina?", Bu Bidan mencoba bertanya.

" Pacarnya Raya namanya Yoga, dia putra Bu Bidan Herni ", jawab Mama masih dengan suara gemetar menahan amarah.

Ku lirik ekspresi Bu Ara, dia nampak sangat shock. Karena aku tahu, sebagai sesama bidan pasti Bu Ara mengenal ibunya Yoga.

" Jadi Yoga pacar kamu?, saya sih datang kerumahnya, pas dia dikhitan sekitar 4 tahun yang lalu, ya Allah, anak jaman sekarang kadang membuat kita jadi harus lebih berhati-hati".

" Pantas saja kamu bisa mendapatkan pil ini, jadi Bu Herni yang memberikan sama kamu?, Bu Herni sudah tahu jika kamu hamil oleh putranya?".

Aku semakin menunduk saat Bu Ara kembali bertanya, seolah dia tahu semuanya. " Tolong jangan beri tahu siapa-siapanya, saya yang bersalah, jangan sampai orang lain tahu", ucapku dengan suara gemetar saking takutnya.

" Masya Allah Raya... mama sudah gagal mendidik kamu, mama sudah gagal menjadi ibu yang baik".

Ku lihat mamaku menangis histeris dan terpuruk di atas lantai. Bu Ara mencoba menenangkannya.

" Biarkan aku meminum pil itu Bu Bidan, aku tidak mau membuat malu mama papa, dan juga keluarga Yoga", tangis ku, sambil memohon di kaki mamaku yang terkulai lemas di lantai.

" Tidak bisa, bagaimanapun bayi dalam kandungan kamu itu sudah bernyawa Ra... dosa besar melenyapkan nyawa bayi yang tidak berdosa!".

" Apalagi dosis pil yang diberikan Bu Herni ini cukup tinggi, selain bisa mengugurkan janin dalam kandungan mu, mungkin juga akan memberikan efek lain pada tubuhmu. Saya khawatir kamu bisa kenapa-kenapa".

Ucapan Bu Ara memang benar, sejak beberapa hari yang lalu bayi dalam perutku sudah mulai bergerak, meski masih pelan, tapi aku bisa merasakan gerakannya. Dan tentang efek samping setelah meminum pil itu, aku memang tidak tahu tentang itu, tapi jika Bu Ara mengatakan pil itu bisa membuatku kenapa-kenapa. Jujur aku juga takut untuk meminumnya.

" Lalu kami harus bagaimana Bu Ara?", mamaku terlihat meminta solusi pada Bu Ara.

" Lanjutkan saja kehamilan ini, biarkan sampai bayi ini lahir, kalau bisa Raya jangan keluar rumah sampai bayi ini lahir. Bu Wina dan Pak Tono bisa mencoba datang dan minta pertanggung jawaban ke rumah Bu Herni. Beliau kan seorang bidan juga, harusnya beliau lebih tahu bahayanya mengkonsumsi pil penggugur kandungan itu, karena efek sampingnya bisa berimbas pada Raya", ujar Bu Ara.

Akhirnya kejadian malam itu menjadi rahasia antara Bu bidan Ara dan keluarga ku.

Wina pun menceritakan semuanya pada suaminya, Tono nampak sangat terpukul mendengar jika anak gadisnya sudah dihamili oleh sang pacar, harapan masa depan cerah seketika berubah menjadi suram. Tono merasa gagal menjadi ayah yang baik, dan merasa gagal karena tidak bisa menjaga putri semata wayangnya itu.

" Kita kesana sekarang Ma!".

Tono nampak sangat emosi dan mengajak istrinya untuk datang ke rumah Yoga. Namun waktu sudah malam, jam dinding menunjukkan pukul 10 malam, tidak pantas seseorang bertamu semalam ini.

Mama Wina pun menahan Papa agar sabar dan mendatangi rumah Yoga esok harinya.

Pagi-pagi Tono sudah siap untuk datang ke rumah Yoga, namun Wina harus berangkat kerja, jadi Wina meminta untuk datang kerumah Yoga malam harinya.

***

Usai maghrib, Mama dan Papa pergi kerumah Yoga. Tentu saja untuk membahas masalah kehamilanku. Aku ikut serta dengan mama dan papa.

Kami bertemu dengan kedua orang tua Yoga, ternyata ayah Yoga, Pak Priyo tidak tahu menahu tentang masalah ini. Ku lihat beliau sangat marah dan langsung menggampar pipi Yoga dengan sangat keras, hingga darah segar mengalir di bibirnya yang sobek.

Adegan yang selama ini aku khawatirkan akhirnya terjadi juga di depan mata kepalaku sendiri. Ku lihat Bu Herni memeluk Yoga sambil menangis dan meminta ampunan pada suaminya.

Semua penghuni rumah itu sangat shock melihat kemarahan sang tuan rumah. Apa lagi saat mamaku mengembalikan pil penggugur kandungan yang diberikan Bu Herni padaku. Ku lihat Pak Prio menatap tajam istrinya.

" Ini semua karena kamu terlalu memanjakan putramu itu, dia jadi nggak tahu diri, nggak bisa jaga kehormatan keluarga, sampai hamili anak gadis orang, bikin malu saja!".

Pak Priyo masih terus berteriak memarahi sang istri. Mama dan Papaku masih diam, hingga pak Priyo merasa tenang dan duduk angkuh di depan kami.

Episodes
1 1. Prolog
2 2. Positif
3 3. Dua Butir Pil
4 4. Ketahuan
5 5. Menyesal
6 6. Sejarah Singkat
7 7. Baby Boy
8 8. Permintaan Maaf
9 9. Was Born
10 10. Super Mom
11 11. Insecure
12 12. Mas Bos
13 13. Lunch
14 14. Pernyataan Cinta
15 15. Pengakuan 1
16 16. Pengakuan 2
17 17. Tamu Malam Minggu
18 18. Emosi Mama
19 19. In Memory Of
20 20. Mencari Alasan
21 21. Budget
22 22. Tukar Tempat
23 23. Cerita Serem
24 24. Meet
25 25. Tukang Tipu
26 26. Kisah Cinta Yang Mirip
27 27. Gerak Cepat
28 28. Malu
29 29. Jalan Hidup Masing-masing
30 30. Dunia Yang Berbeda
31 31. Bertemu Lagi
32 32. 1001 Alasan Aku Membencimu
33 33. Menunggu
34 34. Naik Kelas
35 35. Sudut Pandang
36 36. Belum Saatnya 'Mendaki Gunung'
37 37. Servis Pertama
38 38. Tamu Pagi Hari
39 39. Memulai Perjalanan
40 40. Debat
41 41. Perjalanan Menuju Puncak
42 42. Bermalam di Gunung
43 43. Melihat Bintang Bersamamu
44 44. Tersesat
45 45. Akhirnya Ku Menemukanmu
46 46. Cerita Masa Lalu
47 47. Ketahuan
48 48. Menghapus Tanda
49 49. Tanggung Jawab
50 50. Mba Bos
51 51. Fitting Baju Pengantin
52 52. Double Date
53 53. Menyibukkan Diri
54 54. Transferan Masuk
55 56. Dilema
56 57. Dengan Caramu
57 58. Tulang Punggung
58 59. Pesan Panjang
59 60. Hobi Gosip
60 61. Suntik Vaksin
61 62. Tamu Pengganggu
62 63. Bakat Turunan
63 64. Masak di Perkemahan
64 65. Perubahan Sikap
65 66. Kabur
66 67. Adu Akting
67 68. Tamu Mencurigakan
68 69. Api Unggun
69 70. Mengesampingkan Ego
70 71. Dimana Aku?
71 72. Daerah Pesisir
72 73. Mimpi
73 74. Motivasi
74 75. Mimpi 2
75 76. Adik yang Baik
76 77. Di Butik
77 78. Kebetulan yang Direncanakan
78 79. Perubahan Sikap
79 80. MKKB
80 81. Sandiwara 1
81 82. Sandiwara 2
82 83. Tak Ingin Usai
83 84. Habis Kesabaran
84 85. Kado Istimewa
85 86. Mengungkap Rahasia
86 87. Mantan Teman
87 88. Karma
88 89. Dimana Shaka?
89 90. Menemukanmu
90 91. Ungkapan Perasaan Shaka
91 92. Opname
92 93. Hari H
93 94. Pesan Masuk
94 95. Mengambil Keputusan
95 96. Selamat Tinggal Masa Lalu
96 97. Rapuh
97 98. Suasana Baru
98 99. Big Mouth
99 100. Kuat Mental
100 101. Tempat Baru Pembawa Keberuntungan
101 102. Keadaan Tak Terduga
102 102. Kejadian Tak Terduga
103 102. Kejadian Tak Terduga
104 103. Syarat
105 104. Pro & Kontra
106 105. Negosiasi
107 106. Keputusan Raya
108 107. Ijab qobul
109 108. Pesta Pernikahan
110 109. Cincin di Jari Manis
111 110. Sudah Ada Yang Punya
112 111. Asalkan Bersamamu
113 112. Sosok Pria Idaman
114 113. Belajar Membuka Hati
115 114. Orang Spesial
116 115. Tiba Saatnya
117 116. Hamil
118 117. Rumah Baru
119 118. Dilema
120 119. Wali Murid
121 120. Mangga Muda
122 121. Kompak
123 122. Belanja
124 123. Mendekati HPL
125 124. Kontraksi
126 125. ' IBU '
127 126. Khawatir
128 127. Tinggal Kenangan
129 128. Puncak
130 129. Mantan Calon
131 130. Kelewat Baik
132 131. Berkenalan dengan ART
133 132. Kisah Rahasia
134 133. Kejutan Ulang Tahun
135 134. Kolaborasi Memasak
136 135. Salah Kira
137 136. Level Tertinggi Dalam Mencintai
138 137. Curhat 1
139 138. Mantan
140 139. Mencari Alasan
141 140. Curhat 2
142 141. Sikap Yoga
143 142. Kesungguhan
144 143. Orang Beruntung
145 144. Gagal Camping
146 145. Berbanding Terbalik
147 146. Apa Adanya
148 147. Bangga
149 148. Shopping
150 149. Merajuk
151 150. Saatnya Pergi
152 151. Bonus Bab
153 152. Bonus Bab
Episodes

Updated 153 Episodes

1
1. Prolog
2
2. Positif
3
3. Dua Butir Pil
4
4. Ketahuan
5
5. Menyesal
6
6. Sejarah Singkat
7
7. Baby Boy
8
8. Permintaan Maaf
9
9. Was Born
10
10. Super Mom
11
11. Insecure
12
12. Mas Bos
13
13. Lunch
14
14. Pernyataan Cinta
15
15. Pengakuan 1
16
16. Pengakuan 2
17
17. Tamu Malam Minggu
18
18. Emosi Mama
19
19. In Memory Of
20
20. Mencari Alasan
21
21. Budget
22
22. Tukar Tempat
23
23. Cerita Serem
24
24. Meet
25
25. Tukang Tipu
26
26. Kisah Cinta Yang Mirip
27
27. Gerak Cepat
28
28. Malu
29
29. Jalan Hidup Masing-masing
30
30. Dunia Yang Berbeda
31
31. Bertemu Lagi
32
32. 1001 Alasan Aku Membencimu
33
33. Menunggu
34
34. Naik Kelas
35
35. Sudut Pandang
36
36. Belum Saatnya 'Mendaki Gunung'
37
37. Servis Pertama
38
38. Tamu Pagi Hari
39
39. Memulai Perjalanan
40
40. Debat
41
41. Perjalanan Menuju Puncak
42
42. Bermalam di Gunung
43
43. Melihat Bintang Bersamamu
44
44. Tersesat
45
45. Akhirnya Ku Menemukanmu
46
46. Cerita Masa Lalu
47
47. Ketahuan
48
48. Menghapus Tanda
49
49. Tanggung Jawab
50
50. Mba Bos
51
51. Fitting Baju Pengantin
52
52. Double Date
53
53. Menyibukkan Diri
54
54. Transferan Masuk
55
56. Dilema
56
57. Dengan Caramu
57
58. Tulang Punggung
58
59. Pesan Panjang
59
60. Hobi Gosip
60
61. Suntik Vaksin
61
62. Tamu Pengganggu
62
63. Bakat Turunan
63
64. Masak di Perkemahan
64
65. Perubahan Sikap
65
66. Kabur
66
67. Adu Akting
67
68. Tamu Mencurigakan
68
69. Api Unggun
69
70. Mengesampingkan Ego
70
71. Dimana Aku?
71
72. Daerah Pesisir
72
73. Mimpi
73
74. Motivasi
74
75. Mimpi 2
75
76. Adik yang Baik
76
77. Di Butik
77
78. Kebetulan yang Direncanakan
78
79. Perubahan Sikap
79
80. MKKB
80
81. Sandiwara 1
81
82. Sandiwara 2
82
83. Tak Ingin Usai
83
84. Habis Kesabaran
84
85. Kado Istimewa
85
86. Mengungkap Rahasia
86
87. Mantan Teman
87
88. Karma
88
89. Dimana Shaka?
89
90. Menemukanmu
90
91. Ungkapan Perasaan Shaka
91
92. Opname
92
93. Hari H
93
94. Pesan Masuk
94
95. Mengambil Keputusan
95
96. Selamat Tinggal Masa Lalu
96
97. Rapuh
97
98. Suasana Baru
98
99. Big Mouth
99
100. Kuat Mental
100
101. Tempat Baru Pembawa Keberuntungan
101
102. Keadaan Tak Terduga
102
102. Kejadian Tak Terduga
103
102. Kejadian Tak Terduga
104
103. Syarat
105
104. Pro & Kontra
106
105. Negosiasi
107
106. Keputusan Raya
108
107. Ijab qobul
109
108. Pesta Pernikahan
110
109. Cincin di Jari Manis
111
110. Sudah Ada Yang Punya
112
111. Asalkan Bersamamu
113
112. Sosok Pria Idaman
114
113. Belajar Membuka Hati
115
114. Orang Spesial
116
115. Tiba Saatnya
117
116. Hamil
118
117. Rumah Baru
119
118. Dilema
120
119. Wali Murid
121
120. Mangga Muda
122
121. Kompak
123
122. Belanja
124
123. Mendekati HPL
125
124. Kontraksi
126
125. ' IBU '
127
126. Khawatir
128
127. Tinggal Kenangan
129
128. Puncak
130
129. Mantan Calon
131
130. Kelewat Baik
132
131. Berkenalan dengan ART
133
132. Kisah Rahasia
134
133. Kejutan Ulang Tahun
135
134. Kolaborasi Memasak
136
135. Salah Kira
137
136. Level Tertinggi Dalam Mencintai
138
137. Curhat 1
139
138. Mantan
140
139. Mencari Alasan
141
140. Curhat 2
142
141. Sikap Yoga
143
142. Kesungguhan
144
143. Orang Beruntung
145
144. Gagal Camping
146
145. Berbanding Terbalik
147
146. Apa Adanya
148
147. Bangga
149
148. Shopping
150
149. Merajuk
151
150. Saatnya Pergi
152
151. Bonus Bab
153
152. Bonus Bab

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!