14. Pernyataan Cinta

Seperti rutinitas biasanya, Shaka akan pergi kelapangan bola bersama teman-temannya di sore hari. Shaka memang suka bermain bola, dan aku tidak melarangnya untuk melakukan hal itu. Bermain bola adalah kegiatan yang positif, dan bisa membuat Shaka sehat, juga melatihnya untuk berorganisasi, karena sepak bola juga termasuk olahraga yang melatih kemampuan bekerjasama satu team.

Usai sholat asar Shaka berpamitan pada mama untuk pergi kelapangan, tapi dia hanya melewati ku yang sedang duduk di ruang tengah sambil menonton televisi.

Pasalnya Shaka sedang marah padaku, gara-gara brownies coklat yang tadi sedang dibungkus di restoran lupa tidak dibawa, padahal Shaka sangat ingin mencicipi brownis coklat itu.

" Ini kan ada orang juga, kok nggak di pamitin sih?", tegur ku saat Shaka berjalan melenggang tanpa pamitan padaku.

" Jadi itu orang ya?, aku kira manekin, soalnya nggak ada suaranya sih sejak tadi", ucap Shaka, dia memang suka sekali menggoda ku agar aku marah dan kesal. Rasanya kami berdua itu susah sekali untuk akur dan hidup damai seperti seorang ibu dan putranya.

Sejak paham keadaan, Shaka hanya tahu kalau aku kakak perempuannya. Berbeda dengan Juna yang tidak pernah sekalipun menolak perintahku, dan tidak pernah sekalipun mendebat ucapanku, karena Juna mengerti bagaimana perjuangan dan penderitaan yang ku alami selama ini.

Shaka sangat senang membantah perintahku, dan sering mendebat ucapan ku. Saat Juna masih di rumah, hanya perlu Juna pelototi, Shaka akan berhenti mendebat ku, tapi sekarang Juna tak di rumah, itu membuat aku dan Shaka semakin sering beradu mulut.

" Mana ada manekin yang jerawatan kaya kakak?, semua patung manekin itu mulus dan putih bersih, kalau kamu nyamain kakak kaya manekin, berarti kakak putih dan bersih dong", ucapku sengaja memuji diri sendiri.

" Yaelah... baru kali ini ada orang yang merasa bangga di samain sama manekin. Kak Raya tuh aneh banget jadi orang".

Shaka terus melenggang keluar, tapi tiba-tiba kembali masuk kedalam rumah sambil berlari.

" Assalamualaikum!", kudengar ada suara salam dari depan pintu.

" Kak Raya, ada Mas Bos tuh nyamperin, buruan keluar, dia bawa kantong besar, sepertinya brownies yang tadi ketinggalan dianterin kesini", ucap Shaka dengan mata berbinar.

Aku pun berjalan keluar sambil menggerutu, " Ada tamu, bukannya di bukain pintunya malah ditinggal masuk lagi, kamu ini bagaimana!", ucapku kesal sambil melotot ke arah Shaka.

Kulihat Shaka cengengesan sambil menunjukkan jari telunjuk dan jari tangan bersamaan, tanda damai.

" Peace ", itu ucapan yang keluar dari mulutnya.

" Wa'alaikum salam", ku buka pintu rumahku, benar sekali, ternyata Bian mengantarkan brownies coklat yang tadi lupa tidak dibawa.

" Aku mau nganterin ini, tadi kalian pulangnya buru-buru jadi ketinggalan deh brownies nya, sekalian sama coklat milkshake buat kamu dan Shaka", ucap Bian sambil menyerahkan kantong plastik tebal berwarna putih dengan logo restoran di tengahnya.

Kantong plastik yang menjadi ciri khas dan tanda pengenal restoran tempat ku bekerja, tiap kali aku melakukan delivery order ke kantor-kantor.

" Makasih banyak Bi..., malah jadi ngrepotin kamu, tadinya aku mau minta tolong ke Rita supaya di bawain pas mau pulang, biar nanti aku ngambil ke rumah Rita yang nggak jauh-jauh banget, eh malah sudah kamu anterin, makasih banget ya".

" Soalnya sejak tadi Shaka ngambek gara-gara brownies nya lupa nggak dibawa", ucapku sengaja keras agar Shaka dengar dari ruang tengah.

Dan benar, Shaka langsung keluar dan manyun kepadaku, " Hai Kak Bian yang baik hati... disuruh masuk sama mama, katanya duduk dulu, jangan ngobrol di depan pintu".

Ucapan Shaka membuatku tersadar, sejak tadi aku belum menyuruh Bian masuk, dan masih mengobrol sambil berdiri di pintu.

" Oh iya, maaf, aku sampai lupa nggak ngajak kamu masuk, ayo masuk dulu Bi, duduk dulu, biar aku buatkan kopi, belum sore banget kan?, baru jam setengah 4, nggak buru-buru pulang?", tanyaku.

Bian langsung masuk dan juga duduk di ruang tamu. Aku pun berjalan ke belakang berniat untuk membuatkan kopi, tapi ternyata mama sudah lebih dulu membuatkan kopi untuk Bian.

" Aduh... makasih banyak bu, malah jadi ngrepotin", ucap Bian berbasa-basi.

" Nggak ngrepotin kok, ibu malah seneng kalau ada teman-teman dari anak-anak ibu yang berkenan main kerumah. Dari dulu teman Raya itu yang paling sedikit datang, dibanding teman-teman adiknya".

" Raya memang tidak pintar bergaul, atau karena adik-adiknya laki-laki jadi temannya lebih banyak".

Mama terus bicara sambil memegang nampan ditangan kanannya.

" Ma, Bian ini kesini bukan sengaja mau main, dia nganterin brownies yang tadi ketinggalan di restoran", ucapku menjelaskan, agar mama tidak terus mengajak Bian ngobrol ngalor ngidul nggak jelas.

" Owh begitu, terimakasih banyak kalau begitu, sini biar ibu potong-potong buat teman ngopi nak Bian", ucap mama.

" Nggak usah Bu, ini saja sudah cukup, itu buat Shaka dan keluarga saja, saya sudah sering makan brownis yang sama, jadi saya minum kopi saja".

Bian menolak untuk ikut memakan brownies yang dibawanya. Tentu saja, kan dia bawa kesini untuk Shaka, bukan untuk dimakan sendiri.

" Kak Bian memang sangat murah hati, makasih ya kak, tapi maaf teman-teman ku sudah nyamperin, mau tanding bola di lapangan, jadi Shaka tinggal dulu ya Kak".

Bian mengangguk sambil menunjukkan jempolnya ", Siip... semoga menang ya", ucap Bian sambil tersenyum menatap Shaka dan teman-temannya berjalan menuju lapangan.

" Ya sudah mama tinggal kebelakang dulu, tadi lagi ngasih makan ayam belum selesai, kalian lanjut ngobrol saja", ucap mama sambil berjalan membawa brownies coklat kedalam, dan meninggalkan kami berdua di ruang tamu.

" Apa iya ucapan mama kamu, kalau kamu nggak punya banyak teman?, seingat ku waktu SMP kamu akrab sama Kiki dan Dian, bahkan kalian selalu berangkat dan pulang bareng, sekarang bagaimana kabar mereka?" .

Ternyata Bian masih mengingat Kiki dan Dian, mereka berdua memang teman dekatku tapi sebelum aku berhenti sekolah. Bian juga belum tahu tentang aku yang berhenti sekolah secara tiba-tiba di kelas 3. Sangat banyak yang Bian tidak tahu tentang aku.

" Mereka sudah pergi dari desa ini, mengikuti suami mereka yang orang jauh, Dian dan Kiki merantau setelah lulus SMA, dan mereka menikah dengan orang yang berasal dari lain kota. Sekarang mereka tinggal di kota suaminya, bahkan mereka berdua sudah punya anak", jawabku seperlunya.

Bian nampak mengangguk paham, " Kamu sendiri, kenapa belum menikah, disaat teman-teman seusia mu sudah berkeluarga dan bahkan punya anak?".

Ku tatap Bian yang sedang menatapku, menunggu jawaban dariku.

" Kamu pengen tahu aja apa pengen tahu banget?", candaku, agar suasana tidak menjadi terlalu serius.

Aku bisa melihat sekilas ada bayangan mama dibalik pintu penghubung ruang tamu dan ruang tengah. Mama diam-diam mendengarkan percakapanku dengan Bian.

" Ye.... kamu kalau aku lagi nanya serius pasti begitu jawabnya", Bian terlihat kesal.

Aku hanya tersenyum kecut.

" Aku juga pengen seperti teman-teman yang lain, menikah dan bahagia, tapi selama ini kan nggak ada yang ngajak aku nikah, apa iya harus aku duluan yang ngajak nikah?, aku kan cewek, nggak pantes lah kalau ngajak nikah duluan", ucapku.

Memang benar selama ini belum ada laki-laki yang mengajakku menikah, karena aku selalu mundur terlebih dahulu, membuat jarak saat ada yang berusaha mendekatiku.

" Kamu serius Ra, selama ini belum pernah ada laki-laki yang ngajakin kamu nikah?", Bian nampak tidak percaya dengan ucapan ku.

" Serius...., dua rius malahan. Kenapa?, nggak percaya?".

Bian langsung mengangguk.

" Kamu itu cantik Ra... aku juga tahu dari dulu banyak yang suka sama kamu, tapi kamu yang selalu menghindar dari mereka, karena itulah aku tidak berani terang-terangan menunjukkan kalau aku juga tertarik sama kamu".

" Aku takut kalau kamu juga menghindar dariku jika kamu tahu aku menyukaimu".

Akhirnya kudengar juga kalimat pernyataan perasaan yang sebenarnya Bian rasakan padaku, memang sejak dulu aku sengaja mengalihkan pembicaraan tiap kali Bian berusaha menyatakan perasaan cintanya padaku.

Aku tetap diam tak menanggapi ucapan Bian, aku sebenarnya bingung mau memulai dari mana, aku memang berniat mengatakan yang sejujurnya tentang keadaanku kepada Bian.

Bian orang baik, dia tidak pantas dibohongi, bagaimanapun dia harus tahu seperti apa keadaanku yang sebenarnya, tapi aku merasa takut sekaligus malu untuk mengungkapkan semuanya pada Bian.

" Kenapa kamu malah diam Ra..?, apa kamu tidak merasakan hal yang sama?, atau ada laki-laki lain yang kamu suka?".

Aku langsung menggelengkan kepalaku. " Bukan begitu Bi, kamu itu orang baik, sangat baik malahan..., seharusnya kamu bisa mendapatkan perempuan yang lebih baik dariku yang banyak sekali kekurangan ini".

Akhirnya aku bisa mengatakan sesuatu yang benar dari mulutku ini.

" Apa maksud kamu bicara begitu Ra?, aku tidak melihat kekurangan apapun dari diri kamu, kamu juga gadis yang baik, dari jaman masih SMP aku sudah mengenalmu, dan dari dulu sampai sekarang, aku tahu kamu gadis yang baik, dan sangat cantik".

Aku menghembuskan nafas panjang. " Ada banyak sekali cerita tentangku yang belum kamu tahu Bi... seandainya kamu tahu keadaanku yang sebenarnya, mungkin kamu akan segera pergi dari sini dan tidak akan lagi sudi menyukaiku", jawabku.

Bian menatapku lekat, " Maukah kamu ceritakan semua cerita tentangmu yang belum aku ketahui itu?, biar aku yang memutuskan setelah mendengar cerita darimu, apa benar kamu tidak layak untukku, atau kamu justru sangat layak untuk bersamaku".

Bian memang pandai merangkai kata, dan obrolan kami terjeda saat ku dengar suara motor papa yang berhenti di depan rumah.

Ku dengar papa mengucapkan salam dan masuk kedalam rumah.

" Eh, sedang ada tamu toh, maaf bapak nggak tahu, soalnya nggak ada motor di depan, apa mobil yang dijalan besar itu milik nak Bian?", tanya papa.

Ku lihat Bian mengangguk, " Betul pak, tadi soalnya mampir kesini langsung dari restoran. Tapi maaf, ini sudah mau pamitan, sudah sore, takut waktu Maghrib masih dijalan, jadi Bian pamit dulu", ucap Bian sopan pada papaku.

Mama juga keluar dan ikut di pamiti oleh Bian.

" Besok di restoran, kita lanjutkan obrolan yang belum selesai tadi. Aku harus tahu semua cerita tentang kamu, sepanjang apapun cerita kamu, pasti akan aku dengarkan, aku tunggu kehadiran kamu di restoran besok".

Itu yang Bian ucapkan saat aku mengantarkan nya pulang, dan kami hanya tinggal berdua di teras rumahku. Aku hanya mengangguk menanggapi ucapan Bian.

Episodes
1 1. Prolog
2 2. Positif
3 3. Dua Butir Pil
4 4. Ketahuan
5 5. Menyesal
6 6. Sejarah Singkat
7 7. Baby Boy
8 8. Permintaan Maaf
9 9. Was Born
10 10. Super Mom
11 11. Insecure
12 12. Mas Bos
13 13. Lunch
14 14. Pernyataan Cinta
15 15. Pengakuan 1
16 16. Pengakuan 2
17 17. Tamu Malam Minggu
18 18. Emosi Mama
19 19. In Memory Of
20 20. Mencari Alasan
21 21. Budget
22 22. Tukar Tempat
23 23. Cerita Serem
24 24. Meet
25 25. Tukang Tipu
26 26. Kisah Cinta Yang Mirip
27 27. Gerak Cepat
28 28. Malu
29 29. Jalan Hidup Masing-masing
30 30. Dunia Yang Berbeda
31 31. Bertemu Lagi
32 32. 1001 Alasan Aku Membencimu
33 33. Menunggu
34 34. Naik Kelas
35 35. Sudut Pandang
36 36. Belum Saatnya 'Mendaki Gunung'
37 37. Servis Pertama
38 38. Tamu Pagi Hari
39 39. Memulai Perjalanan
40 40. Debat
41 41. Perjalanan Menuju Puncak
42 42. Bermalam di Gunung
43 43. Melihat Bintang Bersamamu
44 44. Tersesat
45 45. Akhirnya Ku Menemukanmu
46 46. Cerita Masa Lalu
47 47. Ketahuan
48 48. Menghapus Tanda
49 49. Tanggung Jawab
50 50. Mba Bos
51 51. Fitting Baju Pengantin
52 52. Double Date
53 53. Menyibukkan Diri
54 54. Transferan Masuk
55 56. Dilema
56 57. Dengan Caramu
57 58. Tulang Punggung
58 59. Pesan Panjang
59 60. Hobi Gosip
60 61. Suntik Vaksin
61 62. Tamu Pengganggu
62 63. Bakat Turunan
63 64. Masak di Perkemahan
64 65. Perubahan Sikap
65 66. Kabur
66 67. Adu Akting
67 68. Tamu Mencurigakan
68 69. Api Unggun
69 70. Mengesampingkan Ego
70 71. Dimana Aku?
71 72. Daerah Pesisir
72 73. Mimpi
73 74. Motivasi
74 75. Mimpi 2
75 76. Adik yang Baik
76 77. Di Butik
77 78. Kebetulan yang Direncanakan
78 79. Perubahan Sikap
79 80. MKKB
80 81. Sandiwara 1
81 82. Sandiwara 2
82 83. Tak Ingin Usai
83 84. Habis Kesabaran
84 85. Kado Istimewa
85 86. Mengungkap Rahasia
86 87. Mantan Teman
87 88. Karma
88 89. Dimana Shaka?
89 90. Menemukanmu
90 91. Ungkapan Perasaan Shaka
91 92. Opname
92 93. Hari H
93 94. Pesan Masuk
94 95. Mengambil Keputusan
95 96. Selamat Tinggal Masa Lalu
96 97. Rapuh
97 98. Suasana Baru
98 99. Big Mouth
99 100. Kuat Mental
100 101. Tempat Baru Pembawa Keberuntungan
101 102. Keadaan Tak Terduga
102 102. Kejadian Tak Terduga
103 102. Kejadian Tak Terduga
104 103. Syarat
105 104. Pro & Kontra
106 105. Negosiasi
107 106. Keputusan Raya
108 107. Ijab qobul
109 108. Pesta Pernikahan
110 109. Cincin di Jari Manis
111 110. Sudah Ada Yang Punya
112 111. Asalkan Bersamamu
113 112. Sosok Pria Idaman
114 113. Belajar Membuka Hati
115 114. Orang Spesial
116 115. Tiba Saatnya
117 116. Hamil
118 117. Rumah Baru
119 118. Dilema
120 119. Wali Murid
121 120. Mangga Muda
122 121. Kompak
123 122. Belanja
124 123. Mendekati HPL
125 124. Kontraksi
126 125. ' IBU '
127 126. Khawatir
128 127. Tinggal Kenangan
129 128. Puncak
130 129. Mantan Calon
131 130. Kelewat Baik
132 131. Berkenalan dengan ART
133 132. Kisah Rahasia
134 133. Kejutan Ulang Tahun
135 134. Kolaborasi Memasak
136 135. Salah Kira
137 136. Level Tertinggi Dalam Mencintai
138 137. Curhat 1
139 138. Mantan
140 139. Mencari Alasan
141 140. Curhat 2
142 141. Sikap Yoga
143 142. Kesungguhan
144 143. Orang Beruntung
145 144. Gagal Camping
146 145. Berbanding Terbalik
147 146. Apa Adanya
148 147. Bangga
149 148. Shopping
150 149. Merajuk
151 150. Saatnya Pergi
152 151. Bonus Bab
153 152. Bonus Bab
Episodes

Updated 153 Episodes

1
1. Prolog
2
2. Positif
3
3. Dua Butir Pil
4
4. Ketahuan
5
5. Menyesal
6
6. Sejarah Singkat
7
7. Baby Boy
8
8. Permintaan Maaf
9
9. Was Born
10
10. Super Mom
11
11. Insecure
12
12. Mas Bos
13
13. Lunch
14
14. Pernyataan Cinta
15
15. Pengakuan 1
16
16. Pengakuan 2
17
17. Tamu Malam Minggu
18
18. Emosi Mama
19
19. In Memory Of
20
20. Mencari Alasan
21
21. Budget
22
22. Tukar Tempat
23
23. Cerita Serem
24
24. Meet
25
25. Tukang Tipu
26
26. Kisah Cinta Yang Mirip
27
27. Gerak Cepat
28
28. Malu
29
29. Jalan Hidup Masing-masing
30
30. Dunia Yang Berbeda
31
31. Bertemu Lagi
32
32. 1001 Alasan Aku Membencimu
33
33. Menunggu
34
34. Naik Kelas
35
35. Sudut Pandang
36
36. Belum Saatnya 'Mendaki Gunung'
37
37. Servis Pertama
38
38. Tamu Pagi Hari
39
39. Memulai Perjalanan
40
40. Debat
41
41. Perjalanan Menuju Puncak
42
42. Bermalam di Gunung
43
43. Melihat Bintang Bersamamu
44
44. Tersesat
45
45. Akhirnya Ku Menemukanmu
46
46. Cerita Masa Lalu
47
47. Ketahuan
48
48. Menghapus Tanda
49
49. Tanggung Jawab
50
50. Mba Bos
51
51. Fitting Baju Pengantin
52
52. Double Date
53
53. Menyibukkan Diri
54
54. Transferan Masuk
55
56. Dilema
56
57. Dengan Caramu
57
58. Tulang Punggung
58
59. Pesan Panjang
59
60. Hobi Gosip
60
61. Suntik Vaksin
61
62. Tamu Pengganggu
62
63. Bakat Turunan
63
64. Masak di Perkemahan
64
65. Perubahan Sikap
65
66. Kabur
66
67. Adu Akting
67
68. Tamu Mencurigakan
68
69. Api Unggun
69
70. Mengesampingkan Ego
70
71. Dimana Aku?
71
72. Daerah Pesisir
72
73. Mimpi
73
74. Motivasi
74
75. Mimpi 2
75
76. Adik yang Baik
76
77. Di Butik
77
78. Kebetulan yang Direncanakan
78
79. Perubahan Sikap
79
80. MKKB
80
81. Sandiwara 1
81
82. Sandiwara 2
82
83. Tak Ingin Usai
83
84. Habis Kesabaran
84
85. Kado Istimewa
85
86. Mengungkap Rahasia
86
87. Mantan Teman
87
88. Karma
88
89. Dimana Shaka?
89
90. Menemukanmu
90
91. Ungkapan Perasaan Shaka
91
92. Opname
92
93. Hari H
93
94. Pesan Masuk
94
95. Mengambil Keputusan
95
96. Selamat Tinggal Masa Lalu
96
97. Rapuh
97
98. Suasana Baru
98
99. Big Mouth
99
100. Kuat Mental
100
101. Tempat Baru Pembawa Keberuntungan
101
102. Keadaan Tak Terduga
102
102. Kejadian Tak Terduga
103
102. Kejadian Tak Terduga
104
103. Syarat
105
104. Pro & Kontra
106
105. Negosiasi
107
106. Keputusan Raya
108
107. Ijab qobul
109
108. Pesta Pernikahan
110
109. Cincin di Jari Manis
111
110. Sudah Ada Yang Punya
112
111. Asalkan Bersamamu
113
112. Sosok Pria Idaman
114
113. Belajar Membuka Hati
115
114. Orang Spesial
116
115. Tiba Saatnya
117
116. Hamil
118
117. Rumah Baru
119
118. Dilema
120
119. Wali Murid
121
120. Mangga Muda
122
121. Kompak
123
122. Belanja
124
123. Mendekati HPL
125
124. Kontraksi
126
125. ' IBU '
127
126. Khawatir
128
127. Tinggal Kenangan
129
128. Puncak
130
129. Mantan Calon
131
130. Kelewat Baik
132
131. Berkenalan dengan ART
133
132. Kisah Rahasia
134
133. Kejutan Ulang Tahun
135
134. Kolaborasi Memasak
136
135. Salah Kira
137
136. Level Tertinggi Dalam Mencintai
138
137. Curhat 1
139
138. Mantan
140
139. Mencari Alasan
141
140. Curhat 2
142
141. Sikap Yoga
143
142. Kesungguhan
144
143. Orang Beruntung
145
144. Gagal Camping
146
145. Berbanding Terbalik
147
146. Apa Adanya
148
147. Bangga
149
148. Shopping
150
149. Merajuk
151
150. Saatnya Pergi
152
151. Bonus Bab
153
152. Bonus Bab

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!