3. Dua Butir Pil

Sampai di rumah aku kembali merasa bingung, memang ada benarnya apa yang dikatakan Bu Herni tadi, jika sampai ada yang mengetahui aku hamil, bukan hanya aku yang akan malu, tapi papa mamaku, juga ayah dan ibunya Yoga juga akan malu, apalagi mereka dari keluarga terpandang. Aku bisa mencoreng nama baik keluarga mereka.

Ku dengar obrolan Papa dengan Yoga di ruang tamu, semuanya terdengar normal.

Papa juga terlihat semakin menyukai Yoga, karena Yoga adalah teman ngobrol yang asyik dan nyambung, meski mereka berbeda usia.

Papa belum tahu saja, apa yang sudah dilakukan pemuda itu pada putri semata wayangnya ini, kalau Papa tahu, mungkin saat ini wajah Yoga sudah babak belur habis di jadikan pengganti samsak oleh papa.

Sekarang yang aku pertanyakan, apa Yoga tahu dengan rencana ibunya untuk menggugurkan janin dalam kandungan ku ini?. Kalau iya, berarti dia juga setuju membunuh darah dagingnya sendiri?. Dan aku bisa berbuat apa kalau mereka semua tidak menginginkan kehadiran anak ini.

Aku masih terus berpikir antara menuruti keinginan Bu Herni untuk mengugurkan janin dalam perutku, atau tidak. Seandainya mamaku tahu, mungkinkah mama akan berpikir sama dengan Bu Herni?.

Sampai pagi aku belum meminum pil pemberian ibunya Yoga itu. Aku bahkan semalam sampai bermimpi ada seorang anak kecil memohon-mohon padaku agar diselamatkan saat ular besar hendak menelannya. Dan aku berhasil menyelamatkan anak itu, dalam mimpiku anak itu memberikan seekor burung kecil miliknya sebagai tanda terimakasih padaku karena sudah menyelamatkan hidupnya.

Aku terbangun pagi hari, dan menyadari ternyata semua itu hanya sebuah mimpi.

Hari ini hari minggu, Mama ku libur dari pekerjaannya di pabrik. Mama seperti biasa sudah selesai masak sebelum jam 6 pagi, karena biasanya tiap berangkat kerja, semua makanan sudah tersaji di meja makan.

" Ra, nanti temani mama belanja kebutuhan bulanan ya... oh iya kamu butuh apa saja sekalian di catat, biar nanti nggak lupa pas sudah sampai toko".

Aku pun seperti biasa mencatat kebutuhan bulanan ku, ini memang sudah menjadi kebiasaan, mama akan belanja besar untuk kebutuhan selama sebulan di toko langganan kami. Mulai dari kebutuhan dapur, kebutuhan mandi, hingga kebutuhan tak terduga seperti persediaan lilin, dan obat-obatan warung.

Mama membaca daftar yang sudah aku buat. Aku mencatat ada sabun wajah, deodorant, bedak, dan juga parfum ku sudah habis. Kulihat mama mengernyitkan keningnya.

" Kenapa Ma?", tanyaku , karena mama nampak menatap aneh ke arahku. Namun sekejap kemudian mama menggeleng dan kembali tersenyum.

Kami berdua belanja seperti rutinitas bulanan kami. Sampai di rumah mama masuk ke dalam kamarku dan tatapannya menyapu seluruh bagian kamar, seperti mencari-cari sesuatu. Tapi aku tidak tahu apa yang mama cari.

Aku melihat tatapan mama berhenti di atas lemari pakaian ku. Di sana adalah tempatku menyimpan pembalut yang biasanya aku pakai. Apa?, pembalut?, jadi ternyata mama menyadari jika aku sudah tiga bulan ini tidak memasukkan pembalut di daftar belanja kami.

Mama mengambil satu pak pembalut persediaan ku yang masih utuh. Bahkan belum di buka sama sekali.

" Kamu belum datang bulan?", tanya mama dengan tatapan menyelidik.

Seketika aku bingung harus menjawab apa, pertanyaan mendadak dari mama tentu saja belum aku prediksikan, dan aku bingung harus menjawab apa.

" Em... anu... ma.... sebenarnya beberapa waktu lalu di sekolah ada sosialisasi dari salah satu produk pembalut wanita, dan semua siswi diberi pembalut secara gratis, cuma-cuma, makanya Raya pakai yang dikasih dari sponsor itu dulu, dan yang dibelikan mama, belum Raya pakai".

Itu adalah kebohongan pertama yang aku sampaikan kepada mamaku, aku sungguh menyesal, tapi aku terpaksa.

Mama percaya begitu saja dengan kata-kata ku tadi, tak sedikitpun mama menaruh curiga. Justru itu yang membuatku semakin merasa bersalah. Mama keluar dari kamarku setelah meletakkan pembalut persediaan ku di atas lemari lagi. Aku merasa kali ini sudah aman, dan aku berharap tidak ada lagi kebohongan yang kedua dan seterusnya.

Aku jadi merasa yakin untuk mengikuti anjuran Bu Herni, sebaiknya aku minum pil pemberian beliau itu, agar semua masalah menjadi selesai. Aku akan baik-baik saja dan begitu juga dengan orang tuaku.

Ku ambil pil pemberian ibunya Yoga yang ku simpan di laci meja rias di kamarku. Masih utuh dua butir. Ku tatap lagi pil itu dengan seksama, " maafkan mama sayang..., semoga kamu memaafkan mamamu yang jahat ini", batinku sambil mengelus perutku yang masih rata.

Ku ambil air putih dari botol yang selalu tersedia di meja rias. Ku telan sebutir pil pemberian Bu Herni dengan sebotol air.

Semoga saja obat ini tidak menyebabkan efek samping apa-apa di tubuhku. Dan jika obat ini bisa meracuniku, itu berarti sudah takdirku untuk mati bersama anakku. Aku sudah pasrah, dari pada membuat malu keluarga, mending mati dan membiarkan mereka bahagia tanpaku yang hanya bikin malu ini.

Aku tunggu reaksi dari obat itu, pintu kamar sengaja ku tutup rapat, tapi tidak aku kunci, karena aku khawatir sesuatu bisa saja tiba-tiba terjadi padaku.

Satu jam aku tiduran di kasur, tidak ada yang aku rasakan. Semua tubuhku masih terasa baik-baik saja. Apa karena harganya mahal, sehingga obat ini bisa menggugurkan janin tanpa efek samping sama sekali?. Aku jadi semakin penasaran.

Dan ku rasakan benar-benar tiap organ dari tubuhku, semuanya masih baik-baik saja. Atau seharusnya aku minum dua pil sekaligus?, tapi kemarin tidak ada pesan apa-apa dari Bu Herni, beliau hanya menyuruhku meminum pil ini, sudah itu saja.

Karena tak ada yang aku rasakan aku pun keluar dari kamarku, tujuanku adalah dapur, aku sudah lapar dan ingin segera makan, ya... justru aku merasa nafsu makan ku jadi meningkat.

Mama melihatku dengan tatapan yang menyelidik, aku yang sedang mengambil makan siang jadi merasa seperti pencuri yang ketahuan sedang mencuri makanan di rumah orang lain.

" Mama kenapa menatapku seperti itu?, apa ada yang salah dengan ku?", tanyaku karena merasa risih dengan tatapan mata mama.

" Kamu laper apa laper banget?, lihat kamu mengambil nasi sampai seperti gunung begitu. Apa bakalan habis itu kamu makan semuanya?".

Ternyata Mama terus menatap karena porsi makan ku yang makin hari makin meningkat. Memang sebentar-sebentar aku merasa lapar, karena itulah aku harus makan banyak biar aku kenyang.

Sebelum ini memang mama tidak pernah melihatku makan, biasanya mama berangkat kerja pagi, dan sibuk dengan berbagai persiapan sebelum bekerja membuat keluarga kami tidak pernah melakukan rutinitas sarapan bersama. Kami makan sendiri-sendiri, begitu juga dengan makan siang dan makan malam, selalu makan sendiri-sendiri. Karena itulah mama sedikit kaget karena ini kali pertama mama melihat aku mengambil nasi dengan porsi yang cukup banyak.

" Pantas saja akhir-akhir ini mama lihat kamu nampak gemukkan, ternyata nafsu makan mu meningkat. Baguslah kalau begitu, jadi nggak kurus banget anak mama ini". Mama mencubit pipiku yang memang makin hari makin chubby.

Seminggu setelah aku meminum sebutir pil pemberian ibunya Yoga. Aku masih tidak merasakan perubahan apapun, saat itu aku kira mungkin aku harus datang kerumah Yoga dan menanyakan apakah janin dalam perutku masih ada atau tidak.

Tapi saat aku sampai di depan rumah itu, ku lihat banyak mobil terparkir di depan rumah, ada beberapa mobil juga yang masuk di halaman rumah. Ternyata sedang ada acara keluarga di rumah Yoga. Ini memang salahku yang tidak mengabari rencana kedatanganku terlebih dahulu kepada Yoga.

Pintu gerbang yang terbuka membuatku bisa melihat sampai ke teras rumah, di sana kulihat Yoga sedang bercanda dengan beberapa anak sepantarannya, cowok dan cewek bergurau bersama, bahkan ku lihat Yoga merangkul pundak salah satu gadis cantik seusiaku. Aku masih berusaha berpikir positif, mungkin dia saudaranya.

Dan ku hubungi ponsel Yoga, untuk memberi tahu keberadaan ku di sini, telepon aktif, dan nyambung, tapi tak kunjung diangkat, kulihat Yoga masih bercanda dengan teman-temannya di teras, mungkin saja ponselnya di kamar sehingga Yoga tidak tahu aku meneleponnya.

Aku bingung, sudah tanggung sampai disini apa iya aku harus pulang tanpa bertemu dengan Yoga?. Tapi kalau masuk begitu saja, pasti akan sangat terkesan tidak sopan saat di rumah besar itu sedang ada acara keluarga.

Kuputuskan mengirim pesan pada Yoga dengan mengirim foto pintu gerbang rumahnya yang terbuka. Memberi tahu Yoga jika aku sempat datang, tapi tidak berani masuk ke dalam karena di rumahnya sedang banyak tamu.

Akhirnya aku pulang ke rumah, rencana ku untuk menanyakan keadaan janin dalam perutku akhirnya tertunda. Aku tidak berhasil bertemu dengan ibunya Yoga.

Esok harinya sepulang sekolah Yoga datang ke sekolahku, dia menjemputku untuk pulang sekolah bersama dan meminta maaf karena kemarin tidak tahu jika aku datang kerumahnya. Aku memaafkannya, karena semua penjelasan yang Yoga katakan sangat masuk akal.

Kami pulang bersama. Dan saat di motor Yoga menanyakan bagaimana keadaanku. Aku pun mengatakan aku baik-baik saja, dan mengatakan ingin bertemu dengan ibunya lagi untuk menanyakan sesuatu, tapi kata Yoga, sang ibu sedang dinas di luar kota selama seminggu. Berangkat tadi pagi, karena itu aku baru bisa bertemu beliau saat beliau pulang nanti.

Empat minggu semenjak aku meminum pil penggugur kandungan, aku masih saja merasa sama, bahkan aku belum berhasil bertemu dengan ibunya Yoga, karena ternyata beliau orang yang sangat sibuk. Akhirnya aku meminta pada Yoga agar menyampaikan pada ibunya, aku ingin bertemu.

Dan akhirnya kami bertemu dua minggu setelah itu. Aku kembali bertemu dan berbicara empat mata dengan Bu Herni di kamar yang sama, ekspresi wajahnya nampak marah.

" Apa kamu tidak meminum pil yang aku berikan!", kalimatnya terdengar sangat marah.

Aku langsung menggeleng dan mengatakan bahwa aku sudah meminum pil darinya. Ku lihat Bu Herni kembali meraba perutku.

" Bagaimana bisa janin ini masih bertahan disini jika kamu sudah meminum pil pemberianku?".

Episodes
1 1. Prolog
2 2. Positif
3 3. Dua Butir Pil
4 4. Ketahuan
5 5. Menyesal
6 6. Sejarah Singkat
7 7. Baby Boy
8 8. Permintaan Maaf
9 9. Was Born
10 10. Super Mom
11 11. Insecure
12 12. Mas Bos
13 13. Lunch
14 14. Pernyataan Cinta
15 15. Pengakuan 1
16 16. Pengakuan 2
17 17. Tamu Malam Minggu
18 18. Emosi Mama
19 19. In Memory Of
20 20. Mencari Alasan
21 21. Budget
22 22. Tukar Tempat
23 23. Cerita Serem
24 24. Meet
25 25. Tukang Tipu
26 26. Kisah Cinta Yang Mirip
27 27. Gerak Cepat
28 28. Malu
29 29. Jalan Hidup Masing-masing
30 30. Dunia Yang Berbeda
31 31. Bertemu Lagi
32 32. 1001 Alasan Aku Membencimu
33 33. Menunggu
34 34. Naik Kelas
35 35. Sudut Pandang
36 36. Belum Saatnya 'Mendaki Gunung'
37 37. Servis Pertama
38 38. Tamu Pagi Hari
39 39. Memulai Perjalanan
40 40. Debat
41 41. Perjalanan Menuju Puncak
42 42. Bermalam di Gunung
43 43. Melihat Bintang Bersamamu
44 44. Tersesat
45 45. Akhirnya Ku Menemukanmu
46 46. Cerita Masa Lalu
47 47. Ketahuan
48 48. Menghapus Tanda
49 49. Tanggung Jawab
50 50. Mba Bos
51 51. Fitting Baju Pengantin
52 52. Double Date
53 53. Menyibukkan Diri
54 54. Transferan Masuk
55 56. Dilema
56 57. Dengan Caramu
57 58. Tulang Punggung
58 59. Pesan Panjang
59 60. Hobi Gosip
60 61. Suntik Vaksin
61 62. Tamu Pengganggu
62 63. Bakat Turunan
63 64. Masak di Perkemahan
64 65. Perubahan Sikap
65 66. Kabur
66 67. Adu Akting
67 68. Tamu Mencurigakan
68 69. Api Unggun
69 70. Mengesampingkan Ego
70 71. Dimana Aku?
71 72. Daerah Pesisir
72 73. Mimpi
73 74. Motivasi
74 75. Mimpi 2
75 76. Adik yang Baik
76 77. Di Butik
77 78. Kebetulan yang Direncanakan
78 79. Perubahan Sikap
79 80. MKKB
80 81. Sandiwara 1
81 82. Sandiwara 2
82 83. Tak Ingin Usai
83 84. Habis Kesabaran
84 85. Kado Istimewa
85 86. Mengungkap Rahasia
86 87. Mantan Teman
87 88. Karma
88 89. Dimana Shaka?
89 90. Menemukanmu
90 91. Ungkapan Perasaan Shaka
91 92. Opname
92 93. Hari H
93 94. Pesan Masuk
94 95. Mengambil Keputusan
95 96. Selamat Tinggal Masa Lalu
96 97. Rapuh
97 98. Suasana Baru
98 99. Big Mouth
99 100. Kuat Mental
100 101. Tempat Baru Pembawa Keberuntungan
101 102. Keadaan Tak Terduga
102 102. Kejadian Tak Terduga
103 102. Kejadian Tak Terduga
104 103. Syarat
105 104. Pro & Kontra
106 105. Negosiasi
107 106. Keputusan Raya
108 107. Ijab qobul
109 108. Pesta Pernikahan
110 109. Cincin di Jari Manis
111 110. Sudah Ada Yang Punya
112 111. Asalkan Bersamamu
113 112. Sosok Pria Idaman
114 113. Belajar Membuka Hati
115 114. Orang Spesial
116 115. Tiba Saatnya
117 116. Hamil
118 117. Rumah Baru
119 118. Dilema
120 119. Wali Murid
121 120. Mangga Muda
122 121. Kompak
123 122. Belanja
124 123. Mendekati HPL
125 124. Kontraksi
126 125. ' IBU '
127 126. Khawatir
128 127. Tinggal Kenangan
129 128. Puncak
130 129. Mantan Calon
131 130. Kelewat Baik
132 131. Berkenalan dengan ART
133 132. Kisah Rahasia
134 133. Kejutan Ulang Tahun
135 134. Kolaborasi Memasak
136 135. Salah Kira
137 136. Level Tertinggi Dalam Mencintai
138 137. Curhat 1
139 138. Mantan
140 139. Mencari Alasan
141 140. Curhat 2
142 141. Sikap Yoga
143 142. Kesungguhan
144 143. Orang Beruntung
145 144. Gagal Camping
146 145. Berbanding Terbalik
147 146. Apa Adanya
148 147. Bangga
149 148. Shopping
150 149. Merajuk
151 150. Saatnya Pergi
152 151. Bonus Bab
153 152. Bonus Bab
Episodes

Updated 153 Episodes

1
1. Prolog
2
2. Positif
3
3. Dua Butir Pil
4
4. Ketahuan
5
5. Menyesal
6
6. Sejarah Singkat
7
7. Baby Boy
8
8. Permintaan Maaf
9
9. Was Born
10
10. Super Mom
11
11. Insecure
12
12. Mas Bos
13
13. Lunch
14
14. Pernyataan Cinta
15
15. Pengakuan 1
16
16. Pengakuan 2
17
17. Tamu Malam Minggu
18
18. Emosi Mama
19
19. In Memory Of
20
20. Mencari Alasan
21
21. Budget
22
22. Tukar Tempat
23
23. Cerita Serem
24
24. Meet
25
25. Tukang Tipu
26
26. Kisah Cinta Yang Mirip
27
27. Gerak Cepat
28
28. Malu
29
29. Jalan Hidup Masing-masing
30
30. Dunia Yang Berbeda
31
31. Bertemu Lagi
32
32. 1001 Alasan Aku Membencimu
33
33. Menunggu
34
34. Naik Kelas
35
35. Sudut Pandang
36
36. Belum Saatnya 'Mendaki Gunung'
37
37. Servis Pertama
38
38. Tamu Pagi Hari
39
39. Memulai Perjalanan
40
40. Debat
41
41. Perjalanan Menuju Puncak
42
42. Bermalam di Gunung
43
43. Melihat Bintang Bersamamu
44
44. Tersesat
45
45. Akhirnya Ku Menemukanmu
46
46. Cerita Masa Lalu
47
47. Ketahuan
48
48. Menghapus Tanda
49
49. Tanggung Jawab
50
50. Mba Bos
51
51. Fitting Baju Pengantin
52
52. Double Date
53
53. Menyibukkan Diri
54
54. Transferan Masuk
55
56. Dilema
56
57. Dengan Caramu
57
58. Tulang Punggung
58
59. Pesan Panjang
59
60. Hobi Gosip
60
61. Suntik Vaksin
61
62. Tamu Pengganggu
62
63. Bakat Turunan
63
64. Masak di Perkemahan
64
65. Perubahan Sikap
65
66. Kabur
66
67. Adu Akting
67
68. Tamu Mencurigakan
68
69. Api Unggun
69
70. Mengesampingkan Ego
70
71. Dimana Aku?
71
72. Daerah Pesisir
72
73. Mimpi
73
74. Motivasi
74
75. Mimpi 2
75
76. Adik yang Baik
76
77. Di Butik
77
78. Kebetulan yang Direncanakan
78
79. Perubahan Sikap
79
80. MKKB
80
81. Sandiwara 1
81
82. Sandiwara 2
82
83. Tak Ingin Usai
83
84. Habis Kesabaran
84
85. Kado Istimewa
85
86. Mengungkap Rahasia
86
87. Mantan Teman
87
88. Karma
88
89. Dimana Shaka?
89
90. Menemukanmu
90
91. Ungkapan Perasaan Shaka
91
92. Opname
92
93. Hari H
93
94. Pesan Masuk
94
95. Mengambil Keputusan
95
96. Selamat Tinggal Masa Lalu
96
97. Rapuh
97
98. Suasana Baru
98
99. Big Mouth
99
100. Kuat Mental
100
101. Tempat Baru Pembawa Keberuntungan
101
102. Keadaan Tak Terduga
102
102. Kejadian Tak Terduga
103
102. Kejadian Tak Terduga
104
103. Syarat
105
104. Pro & Kontra
106
105. Negosiasi
107
106. Keputusan Raya
108
107. Ijab qobul
109
108. Pesta Pernikahan
110
109. Cincin di Jari Manis
111
110. Sudah Ada Yang Punya
112
111. Asalkan Bersamamu
113
112. Sosok Pria Idaman
114
113. Belajar Membuka Hati
115
114. Orang Spesial
116
115. Tiba Saatnya
117
116. Hamil
118
117. Rumah Baru
119
118. Dilema
120
119. Wali Murid
121
120. Mangga Muda
122
121. Kompak
123
122. Belanja
124
123. Mendekati HPL
125
124. Kontraksi
126
125. ' IBU '
127
126. Khawatir
128
127. Tinggal Kenangan
129
128. Puncak
130
129. Mantan Calon
131
130. Kelewat Baik
132
131. Berkenalan dengan ART
133
132. Kisah Rahasia
134
133. Kejutan Ulang Tahun
135
134. Kolaborasi Memasak
136
135. Salah Kira
137
136. Level Tertinggi Dalam Mencintai
138
137. Curhat 1
139
138. Mantan
140
139. Mencari Alasan
141
140. Curhat 2
142
141. Sikap Yoga
143
142. Kesungguhan
144
143. Orang Beruntung
145
144. Gagal Camping
146
145. Berbanding Terbalik
147
146. Apa Adanya
148
147. Bangga
149
148. Shopping
150
149. Merajuk
151
150. Saatnya Pergi
152
151. Bonus Bab
153
152. Bonus Bab

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!