" Kak Bian, boleh nggak kapan-kapan Shaka mengajak mama dan papa makan di restoran kak Bian?, kemarin saat kelulusan sekolah, Kak Raya janji kalau Shaka dapat juara pertama Kak Raya mau ngajak kami sekeluarga untuk makan diluar, hanya saja Kak Raya belum dapat libur kerja sampai hari ini, karena itu Shaka pikir mungkin lebih baik makan-makannya di tempat kerja Kak Raya saja, biar nggak perlu nunggu dia libur".
Bian yang niatnya hanya mengantar aku pulang dan tidak mampir akhirnya harus berhenti sejenak dan keluar dari mobilnya karena saat mobil Bian berhenti dan aku keluar dari mobil itu, Shaka yang sedang bermain-main dengan teman-temannya langsung berlari menuju mobil yang kami naiki.
Shaka sengaja mengetuk kaca mobil agar Bian tidak buru-buru pergi.
" Shaka, kamu ini gimana sih, nggak boleh ganggu Kak Bian, dia capek baru selesai kerja, dan harus pulang kerumah buat istirahat, besok Kak Raya libur kok, kan besok hari Jum'at, jadi besok kakak bakalan tepatin janji kakak buat ajak kamu dan mama papa makan di luar".
Aku tidak tahu jika Shaka akan mengatakan hal seperti itu pada Bian, tadi saat ku lihat Shaka berlari ke arah mobil ku kira Shaka hanya ingin menghampiriku. Aku jadi merasa tak enak hati pada Bian.
Bian nampak menyandarkan tubuhnya ke mobil, sepertinya dia memang sudah sangat lelah karena seharian ini dia harus ikut turun tangan membantu kami melayani tamu dan pengunjung restoran yang tiada hentinya.
Sampai sekarang pun tamu dan pengunjung restoran masih banyak, hanya saja untuk shift malam ada karyawan lainnya lagi yang bertugas, dan Bian seringnya berangkat di shift dimana aku mendapatkan jatah berangkat. Entah apa alasannya mungkin agar dia punya teman ngobrol di restoran.
" Jadi Shaka dapat peringkat pertama pas kelulusan kemarin?, wah hebat, padahal dulu kak Raya biasa-biasa saja, nggak pinter-pinter banget, sukanya malah nyontek PR sama kak Bian".
" Shaka boleh kok datang ke restoran Kak Bian, nanti Kak Bian kasih menu spesial yang paling enak di restoran kakak, gratis. Gimana kalau waktunya besok seperti yang dikatakan Kak Raya tadi?".
Ku lihat Shaka langsung mengangguk setuju. " Oke, kalau begitu, Kak Bian janji sama Shaka mau kasih menu yang paling enak loh besok, gratis ya Kak !". Lagi-lagi Shaka bersikap seolah sangat akrab dengan Bian.
" Iya, Kak Bian janji, sebagai hadiah dari kak Bian karena Shaka sudah jadi juara kelas, sampai ketemu besok di restoran kakak, sekarang kakak pulang dulu ya".
Bian kembali masuk ke dalam mobilnya dan melajukan mobilnya meninggalkan aku dan Shaka yang masih berdiri di pinggir jalan raya.
" Shaka kok begitu sih, siapa yang ajarin Shaka buat bersikap seperti itu, nggak bagus Shaka bersikap begitu sama orang lain. Shaka boleh minta sama Kak Raya atau sama mama dan papa saja".
" Kak Bian itu cuma teman kakak, dan Shaka harus bisa jaga sikap Shaka jika bicara dengan orang lain".
Akhirnya sepanjang jalan menuju rumah aku terus menceramahi Shaka yang bersikap kurang sopan dan terlalu sok kenal dengan Bian. Padahal Bian bukan kerabat atau saudara kami. Aku tidak mau jika Shaka terlalu dekat dengan orang lain, hanya merasa khawatir Shaka akan ketergantungan pada orang lain. Karena aku ingin membentuk Shaka menjadi pribadi yang mandiri dan sederhana.
" Kak Raya santai saja dong, jangan berlebihan begitu, kan Shaka nggak minta apa-apa, Kak Bian yang berinisiatif ngasih hadiah. Lagian kan kalau dapat gratisan makan enak di restoran terkenal itu lumayan banget, uang yang seharusnya kak Raya keluarkan jadi bisa di simpan, buat beliin Shaka sepatu baru, hehehehe", Shaka langsung berlari masuk kedalam rumah setelah berani menjawab ceramah dariku.
Ya... memang sikapnya padaku seperti halnya seorang adik pada kakaknya, itu karena Shaka tahunya aku adalah kakaknya, sama seperti Juna yang dianggap kakak olehnya, bukan sebagai pamannya.
Aku hanya bisa menghembuskan nafas panjang, badan ini sudah lelah setelah seharian bekerja, dan aku malas untuk meladeni Shaka yang sekarang sudah sangat pandai mendebat apa yang aku katakan.
Kadang aku berpikir, Shaka sudah besar dan semakin lama wajahnya semakin mirip dengan ayahnya, mungkinkah Yoga akan mengenalinya saat mereka tidak sengaja bertemu di jalan. Entahlah...
Sudah 12 tahun kami tak pernah bertemu, mungkin saat ini Yoga sudah menjadi orang sukses dan mungkin juga sudah berkeluarga. Meskipun kami tinggal hanya beda kecamatan, tapi aku tidak pernah lagi melihatnya. Mungkin karena aku sibuk bekerja dan dunia kami yang berbeda membuat aku dan dia tidak pernah bertemu, meski hanya dalam sebuah kebetulan belaka.
Apalagi yang aku dengar dari salah satu temanku yang mengenal Yoga, keluarganya pindah saat Yoga hendak masuk SMA, karena ayahnya dipindah tugaskan di ibukota. Ku dengar Pak Priyo mendapatkan kenaikan jabatan dan menjadi orang yang pangkatnya lebih tinggi lagi.
Baguslah kalau seperti itu, setidaknya hidupku jadi lebih damai tanpa berurusan lagi dengan keluarga itu. Yang jelas saat ini aku sudah mulai bisa bahagia dengan kehidupanku yang sekarang.
" Kalian ini kenapa sih, setiap hari harus berantem begini, Shaka nggak boleh isengin kak Raya, kasihan... dia kan baru pulang kerja, lagi capek".
Ku dengar mama langsung menegur Shaka yang berlarian masuk ke dalam rumah. Mama keluar dari dapur sambil menyerahkan segelas air putih untuk ku.
" Shaka nggak iseng kok Ma, kak Raya saja yang sensi banget, mau datang bulan kali ma...".
Ku dengar teriakan Shaka dari kamarnya. Ya, Shaka sekarang tidur sendirian di kamar yang dulu ditempati Juna.
" Memangnya ngomong apa dia tadi?".
Mama bertanya sambil mendudukkan dirinya di sampingku yang sedang melepas sepatu kets yang ku pakai.
" Dia nagih janji ku buat ngajak makan di luar, sudah Raya bilang besok, tapi Shaka pakai bilang ke Bian, makanya sama Bian di janjikan mau di kasih menu terenak di restoran nya, gratis pula. Kan Raya jadi makin merasa nggak enak sama Bian ma".
Ku lihat mama tersenyum mendengar penjelasan ku.
" Jadi tadi kamu pulangnya di antar sama Bian lagi?, kenapa nggak disuruh mampir ke rumah?"
Mama malah jadi banyak nanya karena tahu tadi aku nebeng mobil Bian lagi.
" Ngapain nyuruh mampir, kan dia cuma nawarin tebengan pulang, ya sudah Raya ikut sampai jalan besar saja, kan mobil nggak muat masuk ke dalam gang kecil yang mau kesini. Lagian habis kerja, capek, pasti Bian mau istirahat di rumahnya. Jadi nggak Raya tawarin mampir".
" Shaka tuh ma, yang tadi tiba-tiba lari ke mobil, Raya kira cuma mau ngejar Raya, eh pakai ngobrol sama Bian segala, pake ijin mau makan di restoran dia".
Mama mengambil gelas yang isinya sudah ku minimum hingga tandas." Shaka nggak minta kan sama Bian?, dia cuma ngasih tahu saja?, kalau menurut mama sih Bian nya yang memang dasar baik sama kita".
" Ra.... apa Bian pernah ngomong suka sama kamu?".
Aku langsung menatap mama ketika mama tiba-tiba menanyakan hal itu kepadaku.
" Bukannya mama terlalu percaya diri, hanya saja setelah kalian saling bertemu dan bekerja di tempat yang sama, mama merasa Bian itu sangat perhatian sama kamu. Laki-laki itu kalau sudah sangat perhatian biasanya dia punya rasa lebih ke cewek yang diperhatiin nya".
Aku hanya menggelengkan kepala mendengar ucapan mamaku. " Bian itu baik karena dia temanku, dia memang sudah sejak dulu baik seperti itu, mama kan tahu sendiri".
" Lagian untuk urusan berhubungan dengan laki-laki, Raya sepertinya tidak tertarik Ma, apalagi masa lalu Raya yang terlalu rumit, Raya nggak mau membohongi siapapun".
" Terlalu banyak rahasia yang kita simpan, dan jikalau aku berniat untuk berkomitmen dengan laki-laki, aku ingin laki-laki itu tahu semua kebenaran nya. Raya tidak ingin ada rahasia apapun dengan pasangan Raya nantinya".
Aku bisa melihat mama langsung terlihat muram, sepertinya mama juga ingin aku hidup normal seperti orang lain. Hanya saja apakah ada yang mau menerima aku yang penuh dengan kekurangan ini.
Statusku di KTP memang masih lajang, tapi pada kenyataannya aku sudah mempunyai seorang anak laki-laki.
Memang usiaku dibilang sudah sangat cukup umur untuk menikah, 26 tahun. Bahkan teman-temanku yang lain sudah banyak yang menikah dan punya anak. Mereka yang bisa menjalani kehidupan normal, sungguh sangat beruntung. Menikah diusia yang pas, punya suami baik, hamil dan melahirkan didampingi suami dan keluarga mereka.
Sedangkan aku, bahkan untuk menjalin hubungan lagi dengan laki-laki lain aku sudah takut terlebih dahulu, aku khawatir jika aku menceritakan kebenaran tentang diriku, laki-laki itu akan pergi dan menghindar dariku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
dewi
mungkin ini diangkat dari kisah nyata yah...bagus thor
2022-06-11
3