Esok harinya seperti biasa aku berangkat ke restoran jam 8 pagi, restoran memang buka jam 9 pagi, tapi biasanya kami para karyawan akan bersih-bersih restoran terlebih dahulu, dari membersihkan perabot seperti meja, kursi, pajangan, dan lantai, semua dibersihkan.
Sedang bagian koki/ tukang masak, akan mulai mempersiapkan semua bahan masakan, mencuci sayuran, daging dan menyiapkan semua alat tempur mereka, seperti pisau, talenan, baskom, wajan, sodet, alat bakaran, dan alat masak lain yang biasa digunakan.
Restoran memang tempat yang harus selalu terlihat rapi dan bersih karena digunakan sebagai tempat untuk makan. Para pelanggan akan lebih nyaman dan betah jika makan ditempat yang rapi dan bersih.
Biasanya kami akan melakukan briefing jika sudah selesai membersihkan semuanya, dari semua karyawan, baik yang di bagian dapur, bagian kasir, bagian pramusaji dan kebersihan, semuanya akan berkumpul untuk mendengarkan arahan dari Bian sebagai pemilik restoran, atau dari Riko sang manager restoran.
" Hari ini hari sabtu, untuk yang shift pagi nanti sudah ada reserfasi tempat dari 3 kelompok, jam 10 akan ada yang menggunakan ruang A, untuk meeting dari perusahaan TUV, untuk bagian masak, menu makan siang mereka sudah tertera di bagan dapur".
" Jam 11, ruang B sudah di reservasi atas nama Bu Ani untuk acara arisan, pemesanan makanan untuk 30 anggota, dan menu sudah tertulis juga di bagan dapur".
" Untuk kelompok ke 3 ruang A akan kembali digunakan untuk acara ulangtahun, reservasi atas nama Sherly Munafi, jam 2, dekorasi menjadi tanggung jawab kita, jadi jam 1 sebagian karyawan ke ruang A untuk mendekor ruangan itu".
" Jam 11.30, dua pramusaji, Rita dan Raya ada permintaan delivery order di dua tempat, Rita kamu kirim nasi box ke perusahaan DEF, dan Raya mengirim ke SMP Negeri 1. Bisa dipahami semua tugas hari ini?".
Semua mengangguk mengerti, dan meeting pun bubar, karyawan menempatkan diri di bagiannya masing-masing.
Riko sang manager memang selalu teliti dan cekatan dengan pekerjaannya, dia selalu mencatat semua dengan rinci dan detail. Karena bantuannya lah restoran milik Bian jadi semakin maju.
Sebenarnya Riko masih sepupu Bian, dia lulusan D3 manajemen disalah satu universitas swasta di kota Semarang. Dan sekarang dia bekerja di restoran milik Bian sebagai manager restoran sejak awal restoran dibuka.
Riko dan Bian sepantaran, karena itulah sebagai sepupu mereka juga menjadi sahabat yang cukup dekat. Riko menjadi tempat paling aman bagi Bian untuk curhat masalah pribadi, termasuk rasa sukanya pada ku, Riko juga sudah tahu itu.
Tapi Riko teman curhat yang sangat bisa menjaga rahasia, karena itulah Riko tida pernah menyampaikan padaku jika sebenarnya Bian sudah sangat lama naksir padaku.
Rutinitas pun berjalan seperti biasanya, melayani tamu restoran dan menyajikan makanan untuk mereka. Siang hari mengantar delivery order ke SMA negeri 1, kembali ke restoran, membantu pramusaji yang lain menyajikan makan siang yang jika jam makan seperti saat ini restoran akan sangat penuh dengan pengunjung.
Jam setengah dua aku pindah ke ruang A karena ditugaskan untuk membantu mendekorasi ruangan untuk perayaan ulang tahun.
Di ruang A sudah ada dua karyawan lain, dan aku masuk ke dalam membantu meniup dan memasang balon serta pernak-pernik khas ulang tahun.
Ku lihat Bian ikut masuk untuk membantu kami yang sedang mendekorasi ruangan. Dia membawa sekotak kardus berisi box souvenir dengan warna pink dan pita putih diatasnya.
" Apa belum selesai?, sebentar lagi tamunya sudah akan datang", ternyata Bian membawa souvenir berupa mangkuk cantik dengan isi brownis kukus di dalamnya. Sungguh Bian dan Riko memang selalu kreatif dan inovatif, membuat pelanggan tidak cepat bosan dan malah semakin banyak langganan di restoran ini.
" Sudah hampir finish bos, tinggal pasang-pasang saja", jawab salah satu karyawan yang sedang menempelkan balon ke dinding.
" Dekorasi beres, souvernir beres, kue ulang tahun dan makan siang juga sudah siap. Bagus kalian semua memang terbaik" .
Ku dengar Bian memuji kami para karyawan, dia memang paling bisa membuat hati kami senang, karena meski hanya dengan pujian itu kami yang tadi merasa sangat capek seolah jadi fit kembali, rasa capek itu seperti menguap dan hilang begitu saja.
Sang penyewa ruangan sudah datang dan terlihat puas serta bahagia melihat dekorasi yang sudah kami buat. Kue ulang tahun yang cantik dengan angka 9 di atasnya, dan juga souvenir yang cantik.
" Makasih kakak-kakak semua, aku suka dengan semuanya", gadis kecil yang berulang tahun mengucapkan terimakasih pada kami.
" Mami..., tahun depan Sherly mau ulang tahun disini lagi", rengek gadis kecil itu pada ibunya. Kulihat sang ibu mengangguk dan tersenyum kepada kami.
" Terimakasih banyak, kalian semua sudah mempersiapkan semua ini, dan putri saya sangat menyukainya".
Aku berpamitan untuk kembali ke pekerjaanku. Dua karyawan yang tadi bersama kami bersiap-siap menyambut tamu yang datang untuk acara ulangtahun, dengan memberikan topi kerucut dan juga topeng untuk anak-anak kecil yang datang dan masuk ke ruang A.
" Nanti kalau sudah waktunya pulang, jangan langsung pulang ya Ra, aku pengen ngobrol sama kamu, ngelanjutin obrolan kemarin, bisa kan?".
Aku mengangguk menyetujui permintaan Bian. Dia memang bos di restoran ini, tapi dia tidak pernah seenaknya sendiri menggunakan kekuasaannya. Di saat jam kerja, semua karyawan tetap bekerja, sangat menghormati waktu. Hingga ngobrol untuk urusan pribadi pun dilakukan setelah jam kerja usai.
Dan saat jam kerjaku sudah selesai berganti shift dengan yang shift malam, aku keluar dari restoran, Bian mengikuti aku dan mengajakku pulang bareng, membukakan pintu mobilnya agar aku masuk kedalam.
" Nanti kita nggak langsung pulang ke rumah nggak papa kan Ra?, aku penasaran pengen denger cerita kamu yang kamu bilang tidak aku ketahui".
Aku mengangguk setuju, karena memang sudah aku pikirkan semalaman dan memutuskan untuk jujur dan berbicara apa adanya pada Bian.
Bian laki-laki baik, dia juga tampan, keluarganya semuanya baik padaku, hanya perlu memberi tahu keadaanku yang sebenarnya. Entah nantinya Bian akan terus menyukaiku atau justru jadi ilfil dan menjauh dariku, semua keputusan aku serahkan padanya. Yang penting aku sudah berusaha jujur dan terbuka padanya.
Bukankah kejujuran dan keterbukaan adalah hal yang paling penting sebagai awal untuk menjalin hubungan yang baik dan sehat? .
Bian melajukan mobilnya dan sengaja memarkirkan nya di depan salah satu taman yang berada tak terlalu jauh dari restoran miliknya.
" Mau turun, dan bicara di taman, atau mau ngobrol di mana?", Bian bertanya padaku.
" Di sini saja Bi... di dalam mobil", jawabku, sambil membuka seat belt dan mengarahkan tubuhku menghadap Bian yang sejak tadi sudah melakukan hal yang sama, menghadap ke arahku.
Sejenak suasana sunyi, aku masih berpikir mau memulai pembicaraan ini dari mana, apa dari waktu dimana aku mengenal Yoga, atau cerita setelah aku melahirkan Shaka.
" Jadi apa cerita tentang kamu yang tak ku ketahui?, sebanyak apa rahasia kamu?", Bian kembali bertanya.
" Aku... aku bukan perempuan yang baik. Aku sudah berbohong pada banyak orang, termasuk kamu Bi..., Aku sudah tidak virgin, semenjak aku kelas 9 SMP", ucapku, sebuah pengakuan yang membuat ekspresi Bian langsung berubah muram. Tapi kulihat tak lama kemudian dia bisa menetralkan keterkejutannya.
Kulihat Bian menelan ludah sebelum kembali bertanya padaku.
" Siapa laki-laki itu?, apa dia pergi meninggalkan kamu setelah melakukan itu denganmu?".
Aku menggelengkan kepalaku. " Dia bilang akan bertanggung jawab setelah kami melakukannya, tapi sampai sekarang dia tidak pernah kembali", jawabku.
Bian terlihat berpikir, " Sudah selama itu dia pergi, sejak kamu kelas 9, itu berarti 12 tahun yang lalu".
" Apa sekarang kamu sudah bisa mengerti kenapa sampai saat ini aku belum bisa menikah?, aku tidak mau berbohong kepada calon suamiku, tentang statusku yang masih gadis, namun kenyataannya aku sudah tidak perawan lagi", ucapku.
" Cepat atau lambat pasti akan ketahuan juga kan?, aku tidak mau menipu siapapun. Sekarang kamu boleh membenciku Bi... dan mulailah belajar untuk tidak menyukaiku yang tidak baik ini".
Bian nampak menghembuskan nafasnya panjang, kulihat dia memang kaget di awal, tapi kini dia nampak biasa saja.
" Aku tidak mempermasalahkan hal itu kok Ra... justru sebagai seorang wanita, kamu ini termasuk wanita yang hebat. Berani mengakui keadaan kamu yang sebenarnya di awal. Tidak berusaha menutupi kekurangan kamu".
" Jika wanita lain di posisi kamu, mungkin mereka akan bungkam agar tetap di nikahi, toh setelah menikah, hubungan mereka akan lanjut atau bercerai, yang penting sudah menikah. Jika di lanjut dan suaminya nerima itu berarti keberuntungannya. Jika tiba-tiba bercerai, mereka juga tidak rugi, menyandang status janda, mereka diuntungkan dari pernikahan itu. Karena berhasil menutupi kekurangannya yang sudah tidak virgin".
" Jadi aku tidak akan merubah perasaanku, aku masih tetap menyukaimu Ra, apa hanya itu masalahmu?, kamu bilang banyak yang tidak aku ketahui", tanya Bian.
Aku menggelengkan kepalaku, " Bukan cuma itu, masih banyak yang belum kamu tahu".
" Apa lagi?", Bian masih penasaran.
Dan cerita pun ku lanjutkan, karena Bian mengatakan tidak masalah dengan alasan pertama.
" Karena kesalahan yang ku lakukan saat itu, aku hamil dan punya anak Bi", jawabku.
Kali ini Bian nampak melotot sambil menutup mulutnya yang melongo, dia pasti sangat shock mendengar pengakuanku yang kedua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments