18. Emosi Mama

Aku langsung mundur dari posisiku sebelumnya, dan ku tutup pintu seketika, namun tangan Yoga menahan pintu yang hendak aku tutup.

" Ra... please jangan begini, biarkan aku ngomong sebentar saja, Ra..... Aku mau minta maaf Ra, tadi siang aku datang, tapi mama mu justru mengusirku. Padahal aku datang kesini dengan niat baik, aku mau minta maaf Ra...!", seru Yoga masih menahan pintu agar tidak tertutup.

Mama yang baru keluar dari dalam rumah melihatku berusaha menutup pintu, mama seperti langsung paham dengan situasi yang sedang terjadi saat ini.

" Pergi kamu dari rumah ini, cukup sekali saja kamu menghancurkan hidup putriku, jangan kamu kembali kesini, kami sudah bahagia tanpa kehadiranmu selama ini, jadi pergi kamu dari sini !", teriak mama yang membantuku menutup pintu rumah.

Akhirnya Yoga mengalah dan melepas tangannya yang sedari tadi menahan pintu rumahku.

" Kalau memang kamu perduli pada Raya dan cucuku, tolong sekarang kamu pergi dari sini, jangan ganggu lagi kehidupan kami, kalau kamu tidak mau pergi aku akan teriak minta tolong tetangga untuk mengusir kamu!", lagi-lagi mama berteriak histeris.

Sekarang aku baru tahu kenapa saat aku baru pulang kerja tadi kulihat mata mama yang sembab, dan mama sampai berbohong jika dirinya sedang sakit kepala.

Ternyata tadi siang Yoga sudah datang kerumah mencariku dan Shaka, tapi mama tidak mengatakan dengan jujur padaku. Mama tidak memberi tahuku jika Yoga sudah datang siang tadi.

" Aku tidak bermaksud mengganggu kehidupan ibu dan Raya, aku hanya ingin melihat anakku, sudah sebesar apakah dia?, apa dia mirip denganku?, jadi tolong ijinkan aku menemuinya barang sebentar saja, aku mohon Ra...".

Suara Yoga masih terdengar jelas berada di depan pintu, aku takut dia akan bertemu dengan Shaka, dan aku tidak rela jika sampai hal itu terjadi.

" Anak kamu sudah aku titipkan di panti asuhan, dan dia tidak ada disini, kalau kamu mau bertemu dengannya sebaiknya kamu temui dia di panti asuhan Muara Kasih di kota sebelah!", teriakku terpaksa berbohong, jika aku menitipkan anakku di panti asuhan. Aku harus membuat Yoga segera pergi dari sini, sebelum Bian datang.

" Kamu serius Ra...?, siapa nama anak kita?".

' Anak kita', katanya, pertanyaan Yoga membuat hatiku sangat perih, seolah tersayat sembilu, setelah sekian lamanya dia masih mengakui kalau dia adalah ayahnya Shaka. Ayah macam apa yang meninggalkan anak beserta ibunya yang saat itu sangat butuh dukungan dan pendampingan. Justru dia menghilang bagai asap rokok yang mengepul di udara. Lenyap tak bersisa. Hanya menyisakan sakit bagi yang menghirupnya.

" Kamu cari tahu sendiri siapa namanya, aku meninggalkannya begitu saja di depan panti asuhan, tanya saja bayi yang mereka temukan 12 tahun yang lalu, kamu pasti akan mendapatkan jawabannya!", teriakku kembali berbohong.

Mama langsung membuka pintu dan mendongakkan kepalanya menatap Yoga, sedangkan aku masih berada di balik pintu.

" Cepat pergi, atau aku panggil tetangga untuk mengusir kamu!", ku lihat mama mendorong tubuh tinggi kekar yang masih berdiri tegak di depan pintu. Meski aku tahu Yoga tidak bergeser sedikitpun. Yoga sekarang sudah menjadi laki-laki dewasa yang kuat dan berbadan kekar, sepertinya hidupnya selama ini sangat makmur, hingga pertumbuhannya begitu pesat. Postur tubuh yang mirip dengan ayahnya yang seorang tentara.

" Baiklah ibu, aku akan pergi dari sini, tapi aku tidak bisa berjanji kalau aku tidak akan kembali lagi".

Kulihat dari celah tirai, Yoga pergi dari teras rumah dan menaiki motor ninja warna merahnya dan pergi dari pelataran rumah ku.

" Jangan panggil aku ibu, karena aku tidak sudi menjadi ibumu !", teriak mama saat Yoga melajukan motornya.

Ku peluk mama agar dia sedikit lebih tenang, aku bisa melihat mama yang sangat marah dan emosi, jika bisa digambarkan ada kilatan api di matanya.

" Sudah ma, dia sudah pergi, mama yang tenang ya..., kenapa mama nggak bilang kalau dia datang ke sini siang tadi?", tanyaku sambil merangkul mama mengajaknya masuk ke dalam rumah.

Mama masih mengatur nafasnya yang memburu, aku bisa mengerti jika mama masih berusaha menetralkan emosinya.

" Mama kira dia tidak akan datang lagi kesini, mama sudah mengusirnya tadi siang. Tapi dia tidak kapok juga, dasar anak kurang ajar, tidak tahu diri, enak saja mengatakan mencari anaknya, mana ada bapak yang meninggalkan anaknya saat masih dalam kandungan, dasar sontoloyo!".

Ternyata Mama masih saja berbicara kasar, karena kemarahannya belum reda.

" Assalamualaikum..!".

Ku dengar suara Papa dan Shaka sudah kembali dari masjid.

" Ma, sudah ya, jangan sampai Shaka curiga melihat ekspresi mama begini", pintaku memohon pada mama.

" Mama ke kamar saja, mama takut emosi mama masih meluap-luap, bilang mama capek dan mau istirahat lebih awal".

Tanpa menoleh ke arahku saat bicara, mama langsung masuk ke kamarnya dan menutup pintu kamarnya.

" Wa'alaikum salam", jawabku saat Shaka dan Papa masuk kedalam rumah.

" Widih... ganti baju...pasti mau ada tamu nih malam mingguan, jangan bilang tamunya adalah orang yang sama dengan yang tadi sore nganter kak Raya pulang?".

Tebakan Shaka memang sangat tepat, dia memang anak yang cerdas, dan juga nyebelin, seperti ayahnya. Ups.... apa yang aku pikirkan, kenapa justru aku jadi keinget sama tamu tak diundang yang baru saja membuat darah tinggi mama naik.

Kembali terdengar salam dari depan pintu. Dan ku harap kali ini benar-benar Bian yang datang, bukan Yoga lagi.

" Tuh kan bener Pa, Kak Raya ada yang ngapelin, cie...cie...".

Aku langsung membungkam mulut Shaka, " Jangan berisik, dan jangan bikin malu, ngerti?, kalau Shaka nurut, besok kak Raya kasih uang jajan lebih", bujuk ku pada Shaka.

" Oke deal, janji kelingking", ucap Shaka sambil menyodorkan jari kelingkingnya padaku.

Kami berdua pun saling mengaitkan jari kelingking di tambah cap jempol.

" Biar Shaka bukain pintunya, soalnya Shaka sekalian mau bilang makasih buat milk shake yang dikasih kemarin".

Shaka berlari ke pintu dan membukakan pintunya sambil menjawab salam.

" Kak Raya nya ada Ka?".

Ku dengar suara Bian, syukurlah yang datang Bian, bukan laki-laki menyebalkan tadi.

" Ada Kak... masuk dulu Kak Bian, kak Raya nya lagi di dalam".

Ku dengar Shaka mengajak Bian masuk, dan mengajaknya ngobrol sebentar, mengucapkan terimakasih pada Bian untuk semua traktirannya kemarin.

" Ini kakak bingung Shaka lebih suka rasa apa, jadi kakak belinya yang isi coklat, keju dan kacang", Bian menyerahkan kantong plastik berisi martabak manis yang masih hangat.

" Makasih kak Bian, biar Shaka ambil piring buat tempat martabaknya".

Aku keluar sambil membawa kopi untuk Bian.

" Pakai repot-repot segala bawa jajan, kalau mau main, main saja nggak usah repot-repot begini".

Pantas saja Bian datang agak lama, ternyata dia mampir ke tukang martabak dan membeli martabak terlebih dahulu.

Tapi ada benarnya juga, Bian jadi tidak bertemu dengan Yoga, jika tadi Bian langsung kesini, pasti Bian akan bertemu dengan Yoga, dan mereka kan saling mengenal, apa yang harus aku jelaskan pada Bian jika Bian bertanya tentang Yoga.

" Loh ada tamu, sengaja main kesini apa dari mana nih nak Bian?", papa keluar dan berbasa-basi terlebih dahulu pada Bian.

" Sengaja dari rumah, maaf kalau malam-malam begini bertamu dan jadi ganggu istirahat semuanya".

Shaka keluar membawa piring kosong dan menaruh martabak di piring.

" Nggak papa, masih belum malam banget, ini bapak dan Shaka saja baru pulang dari masjid, kalau malam minggu biasanya ada kultum sebentar habis sholat Isa, makanya pulang ke rumahnya juga agak telat tadi".

Bian mengangguk-angguk paham.

" Silahkan dinikmati kopinya, bapak mau istirahat dulu di dalam, rasanya capek tadi pulang sampai maghrib", ucap bapak sambil masuk kedalam rumah meninggalkan kami bertiga di ruang tamu.

" Kak Bian, Shaka juga mau main di depan sebentar, sudah ditunggu sama teman-teman, maaf ya Shaka tinggal dulu".

Shaka keluar dari ruang tamu, karena teman-temannya sudah menunggu di depan.

Kini hanya tinggal aku dan Bian berdua di ruang tamu.

" Ibu kemana?, kok nggak kelihatan?", tanya Bian saat menyadari sejak tadi tidak melihat keberadaan mama.

" Mama lagi kurang enak badan, sejak aku pulang kerja tadi sore, mama bilang tadi pusing, tapi katanya sudah minum obat dan sudah mendingan, hanya saja masih ingin istirahat, dan sengaja tidur lebih awal hari ini", jawabku mencoba menjelaskan.

Bian mengangguk, " kamu, cantik banget malam ini Ra..., apa kamu sengaja pakai make up karena tahu aku mau kesini?".

Ternyata Bian bisa menyadari jika aku mengoleskan bedak dan lipstik tipis, padahal aku hanya memakai make up sangat tipis.

" Kelihatan ya kalau aku pakai make up?", tanyaku merasa malu.

" Kamu itu nggak pakai make up saja sudah cantik, sekarang kamu sengaja ber makeup karena aku datang, kamu jadi makin cantik. Makasih ya".

Bian menatapku dengan mata berbinar dan penuh cinta, tatapannya begitu dalam membuatku jadi salah tingkah.

Episodes
1 1. Prolog
2 2. Positif
3 3. Dua Butir Pil
4 4. Ketahuan
5 5. Menyesal
6 6. Sejarah Singkat
7 7. Baby Boy
8 8. Permintaan Maaf
9 9. Was Born
10 10. Super Mom
11 11. Insecure
12 12. Mas Bos
13 13. Lunch
14 14. Pernyataan Cinta
15 15. Pengakuan 1
16 16. Pengakuan 2
17 17. Tamu Malam Minggu
18 18. Emosi Mama
19 19. In Memory Of
20 20. Mencari Alasan
21 21. Budget
22 22. Tukar Tempat
23 23. Cerita Serem
24 24. Meet
25 25. Tukang Tipu
26 26. Kisah Cinta Yang Mirip
27 27. Gerak Cepat
28 28. Malu
29 29. Jalan Hidup Masing-masing
30 30. Dunia Yang Berbeda
31 31. Bertemu Lagi
32 32. 1001 Alasan Aku Membencimu
33 33. Menunggu
34 34. Naik Kelas
35 35. Sudut Pandang
36 36. Belum Saatnya 'Mendaki Gunung'
37 37. Servis Pertama
38 38. Tamu Pagi Hari
39 39. Memulai Perjalanan
40 40. Debat
41 41. Perjalanan Menuju Puncak
42 42. Bermalam di Gunung
43 43. Melihat Bintang Bersamamu
44 44. Tersesat
45 45. Akhirnya Ku Menemukanmu
46 46. Cerita Masa Lalu
47 47. Ketahuan
48 48. Menghapus Tanda
49 49. Tanggung Jawab
50 50. Mba Bos
51 51. Fitting Baju Pengantin
52 52. Double Date
53 53. Menyibukkan Diri
54 54. Transferan Masuk
55 56. Dilema
56 57. Dengan Caramu
57 58. Tulang Punggung
58 59. Pesan Panjang
59 60. Hobi Gosip
60 61. Suntik Vaksin
61 62. Tamu Pengganggu
62 63. Bakat Turunan
63 64. Masak di Perkemahan
64 65. Perubahan Sikap
65 66. Kabur
66 67. Adu Akting
67 68. Tamu Mencurigakan
68 69. Api Unggun
69 70. Mengesampingkan Ego
70 71. Dimana Aku?
71 72. Daerah Pesisir
72 73. Mimpi
73 74. Motivasi
74 75. Mimpi 2
75 76. Adik yang Baik
76 77. Di Butik
77 78. Kebetulan yang Direncanakan
78 79. Perubahan Sikap
79 80. MKKB
80 81. Sandiwara 1
81 82. Sandiwara 2
82 83. Tak Ingin Usai
83 84. Habis Kesabaran
84 85. Kado Istimewa
85 86. Mengungkap Rahasia
86 87. Mantan Teman
87 88. Karma
88 89. Dimana Shaka?
89 90. Menemukanmu
90 91. Ungkapan Perasaan Shaka
91 92. Opname
92 93. Hari H
93 94. Pesan Masuk
94 95. Mengambil Keputusan
95 96. Selamat Tinggal Masa Lalu
96 97. Rapuh
97 98. Suasana Baru
98 99. Big Mouth
99 100. Kuat Mental
100 101. Tempat Baru Pembawa Keberuntungan
101 102. Keadaan Tak Terduga
102 102. Kejadian Tak Terduga
103 102. Kejadian Tak Terduga
104 103. Syarat
105 104. Pro & Kontra
106 105. Negosiasi
107 106. Keputusan Raya
108 107. Ijab qobul
109 108. Pesta Pernikahan
110 109. Cincin di Jari Manis
111 110. Sudah Ada Yang Punya
112 111. Asalkan Bersamamu
113 112. Sosok Pria Idaman
114 113. Belajar Membuka Hati
115 114. Orang Spesial
116 115. Tiba Saatnya
117 116. Hamil
118 117. Rumah Baru
119 118. Dilema
120 119. Wali Murid
121 120. Mangga Muda
122 121. Kompak
123 122. Belanja
124 123. Mendekati HPL
125 124. Kontraksi
126 125. ' IBU '
127 126. Khawatir
128 127. Tinggal Kenangan
129 128. Puncak
130 129. Mantan Calon
131 130. Kelewat Baik
132 131. Berkenalan dengan ART
133 132. Kisah Rahasia
134 133. Kejutan Ulang Tahun
135 134. Kolaborasi Memasak
136 135. Salah Kira
137 136. Level Tertinggi Dalam Mencintai
138 137. Curhat 1
139 138. Mantan
140 139. Mencari Alasan
141 140. Curhat 2
142 141. Sikap Yoga
143 142. Kesungguhan
144 143. Orang Beruntung
145 144. Gagal Camping
146 145. Berbanding Terbalik
147 146. Apa Adanya
148 147. Bangga
149 148. Shopping
150 149. Merajuk
151 150. Saatnya Pergi
152 151. Bonus Bab
153 152. Bonus Bab
Episodes

Updated 153 Episodes

1
1. Prolog
2
2. Positif
3
3. Dua Butir Pil
4
4. Ketahuan
5
5. Menyesal
6
6. Sejarah Singkat
7
7. Baby Boy
8
8. Permintaan Maaf
9
9. Was Born
10
10. Super Mom
11
11. Insecure
12
12. Mas Bos
13
13. Lunch
14
14. Pernyataan Cinta
15
15. Pengakuan 1
16
16. Pengakuan 2
17
17. Tamu Malam Minggu
18
18. Emosi Mama
19
19. In Memory Of
20
20. Mencari Alasan
21
21. Budget
22
22. Tukar Tempat
23
23. Cerita Serem
24
24. Meet
25
25. Tukang Tipu
26
26. Kisah Cinta Yang Mirip
27
27. Gerak Cepat
28
28. Malu
29
29. Jalan Hidup Masing-masing
30
30. Dunia Yang Berbeda
31
31. Bertemu Lagi
32
32. 1001 Alasan Aku Membencimu
33
33. Menunggu
34
34. Naik Kelas
35
35. Sudut Pandang
36
36. Belum Saatnya 'Mendaki Gunung'
37
37. Servis Pertama
38
38. Tamu Pagi Hari
39
39. Memulai Perjalanan
40
40. Debat
41
41. Perjalanan Menuju Puncak
42
42. Bermalam di Gunung
43
43. Melihat Bintang Bersamamu
44
44. Tersesat
45
45. Akhirnya Ku Menemukanmu
46
46. Cerita Masa Lalu
47
47. Ketahuan
48
48. Menghapus Tanda
49
49. Tanggung Jawab
50
50. Mba Bos
51
51. Fitting Baju Pengantin
52
52. Double Date
53
53. Menyibukkan Diri
54
54. Transferan Masuk
55
56. Dilema
56
57. Dengan Caramu
57
58. Tulang Punggung
58
59. Pesan Panjang
59
60. Hobi Gosip
60
61. Suntik Vaksin
61
62. Tamu Pengganggu
62
63. Bakat Turunan
63
64. Masak di Perkemahan
64
65. Perubahan Sikap
65
66. Kabur
66
67. Adu Akting
67
68. Tamu Mencurigakan
68
69. Api Unggun
69
70. Mengesampingkan Ego
70
71. Dimana Aku?
71
72. Daerah Pesisir
72
73. Mimpi
73
74. Motivasi
74
75. Mimpi 2
75
76. Adik yang Baik
76
77. Di Butik
77
78. Kebetulan yang Direncanakan
78
79. Perubahan Sikap
79
80. MKKB
80
81. Sandiwara 1
81
82. Sandiwara 2
82
83. Tak Ingin Usai
83
84. Habis Kesabaran
84
85. Kado Istimewa
85
86. Mengungkap Rahasia
86
87. Mantan Teman
87
88. Karma
88
89. Dimana Shaka?
89
90. Menemukanmu
90
91. Ungkapan Perasaan Shaka
91
92. Opname
92
93. Hari H
93
94. Pesan Masuk
94
95. Mengambil Keputusan
95
96. Selamat Tinggal Masa Lalu
96
97. Rapuh
97
98. Suasana Baru
98
99. Big Mouth
99
100. Kuat Mental
100
101. Tempat Baru Pembawa Keberuntungan
101
102. Keadaan Tak Terduga
102
102. Kejadian Tak Terduga
103
102. Kejadian Tak Terduga
104
103. Syarat
105
104. Pro & Kontra
106
105. Negosiasi
107
106. Keputusan Raya
108
107. Ijab qobul
109
108. Pesta Pernikahan
110
109. Cincin di Jari Manis
111
110. Sudah Ada Yang Punya
112
111. Asalkan Bersamamu
113
112. Sosok Pria Idaman
114
113. Belajar Membuka Hati
115
114. Orang Spesial
116
115. Tiba Saatnya
117
116. Hamil
118
117. Rumah Baru
119
118. Dilema
120
119. Wali Murid
121
120. Mangga Muda
122
121. Kompak
123
122. Belanja
124
123. Mendekati HPL
125
124. Kontraksi
126
125. ' IBU '
127
126. Khawatir
128
127. Tinggal Kenangan
129
128. Puncak
130
129. Mantan Calon
131
130. Kelewat Baik
132
131. Berkenalan dengan ART
133
132. Kisah Rahasia
134
133. Kejutan Ulang Tahun
135
134. Kolaborasi Memasak
136
135. Salah Kira
137
136. Level Tertinggi Dalam Mencintai
138
137. Curhat 1
139
138. Mantan
140
139. Mencari Alasan
141
140. Curhat 2
142
141. Sikap Yoga
143
142. Kesungguhan
144
143. Orang Beruntung
145
144. Gagal Camping
146
145. Berbanding Terbalik
147
146. Apa Adanya
148
147. Bangga
149
148. Shopping
150
149. Merajuk
151
150. Saatnya Pergi
152
151. Bonus Bab
153
152. Bonus Bab

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!