BAB 8

Kuberlari kecil mengejar Viska kekamar mandi,

"ada apaan Vis?" tanyaku kemudian,

"lu jorok banget, jijik, lu tadi tidur ngilerin gue, ada di pipi, ada yang masuk telinga, mana ilernya banyak banget pula" cerocosnya geram.

Aku hanya tersenyum lihat tingkah kocaknya kayak anak kecil, seluruh tubuhnya di guyur pakai air dengan sower, sambil ngomel- ngomel gak jelas.

Aku kembali menuju kasur untuk mengambil handuk yang terlipat di meja rias depan tivi, karna kaget dengan teriakan Viska, aku mendatanginya dengan keadaaan telanjag bulat,

belum sempat aku ambil handuk tiba- tiba.

"Aauuww, ini apaaan lagiiii" teriaknya panik.

Karna kaget aku buru- buru menghampirinya akhrinya,

srettt...gedubraaakk, duarr.

"Auww, adduuuhhh" aku jatuh terpleset, aku meringis kesakitan memegangi kepalaku yang terbentur almari yang didepan kamar mandi.

"nah lu ngapain antraksi disitu ??" tanyanya heran,

"antraksi, antraksi jidat kamu panuan!! lha kamu ngapain dari tadi teriak- teriak bikin gaduh aja" jawabku jengkel,

aku berusaha bangun dengan susah payah.

"Lihat, ini apaan? ini nih, jijik tau!!" tangannya menunjuk cairan kental putih yang keluar dari nunuknya dan meleleh dipaha mulusnya, aku cuma tersenyum geli.

"Ohhh, itu mah anakmu yang kamu sia-sia in" celutuku santai, terus ngeloyor pergi, kulihat dia cuma melongo bengong.

Kutunggu Viska selesai mandi sambil rebahan di kasur.

"Cepetan dikit dong mandinya!!"

"iyaaa, ni gue mau selesai bawel"

tak lama Viska keluar, dengan tubuh balutan handuk. Harum semerbak tubuhnya, wangi aroma sabun mandi hotel.

"Makan nih, sudah dingin kok" kataku menawarkan makanan yang sudah terlanjur dingin.

"imIyalah, tadi waktu masih anget pas baru datang, malah lu angetin tubuh gue dulu" senyumnya manis, kemudian dia langsung meneguk es teh sampai habis setengah gelas, kemudian ambil seporsi nasi goreng yang tersedia dimeja dan memakannya dengan lahap, kelihatan kelaparan ini anak.

"Eh kenapa lu gak makan? kok malah liatin gue makan, gue cantikkan kalo lagi makan gini" katanya sambil senyum senyum menggoda.

"Kamu laper atau emang enak nasi gorengnya?"

"iya gie laper banget kok, lha tadi tenaganya kan sudah lu kuras, ni gue isi lagi, sapa tau lu mau minta lagi, kan lu nafsu kalo liat gue".

"Jehehehe, tau aja kamu Vis, aku juga mau isi tenaga lagi ah, biar tambah hot" aku ikutan makan, selanjutnya cuma terdengar tang..ting..tang..ting bunyi piring bergemuruh seru kena gesekan sendok makan.

"Boleh tanya sesuatu gak Vis?"

"hmm, boleh, mau tanya apa lu"

"kok tiba- tiba kamu ngajak kencan aku, tunanganmu dimana?"

"kerja di jakarta" jawabnya cuek sambil meneguk minuman.

"Katanya kamu butuh duit, kalau boleh tau buat apa?" tanyaku penasaran.

"Keluarga gue terlilit hutang yang banyak, gue bingung, tiap hari ditagih sama rentenir" jelasnya sedih.

"Lha kenapa gak minta ma tunanganmu, atau yang lainnya, cowok kamu kan banyak"

"sudah, tapi katanya juga lagi gak punyai duit, lalu gue teringat ma lu makanya gue langsung kirim pesan ke lu, gue terpaksa melakukan ini semua, pikiranku sudah buntu dan kacau, gue gak tega lihat orang tuaku setiap hari menangis, dan gue cuma harapannya satu- satunya" jelasnya panjang lebar.

"Dan kalau terjadi apa- apa ma gue, orang tua gue yang nantinya gue salahin" tambahnya sambil terisak.

Pantesan tidak galak kayak biasanya, orang lagi dapat masalah, pikirku.

"Tapi aku bantu gak bisa banyak vis" sambil kuserahkan uangku padanya, semuanya yang didompet aku berikan pada Viska, dia menerima pemberianku,

"masak keperawanan gue di hargai segini sih!" kelihatan dia kecewa dengan pemberianku.

"Nanti malam aku kerumahmu ya, tak tambahin lagi"

"Beneran kan?? awas kalo lu boong ma gue"

"iya pasti beneran dong cayang" jawabku seraya memeluk tubuhnya,

dan ******* bibirnya.

Sampai adegan enak- enak berlanjut beberapa ronde lagi, yang membuat Viska tak berdaya, aku sendiri sudah sangat kelelahan.

Waktu menunjukan puku 15.00 wib, kami siap- siap mau ceck out hotel karna sudah menjelang sore,

dalam perjalanan pulang Viska hanya diam sepanjang jalan, tak tahu apa yang sedang dipikirkannya, aku sih cuek saja, ngapain juga aku mikirin apa yang dia pikirkan, yang penting hari ini aku heppy,

telah meluluh lantahkan kesombongan Viska.

*****

Angin semilir terasa sejuk membelai lembut tubuhku, ada anak-anak bermain kejar- kejaran dibawah gardu pandang yang kami duduki, begitu cerianya tanpa adanya beban begitu asyik bercanda ria dengan temannya, karna belum tau beban hidup kelak yang menantinya.

"Beb gimana tunanganmu?" tanyaku kulihat dia hanya diam melamun.

"gak tau tuh, semakin lama malah semakin gak jelas hubungan kami" jawabnya acuh tak acuh.

"Lho kok gitu, kenapa beb?"

"gak tau beb, dia kayak makin menghindariku, padahal semua yang dia dapatkan hari ini adalah hasil dari usahaku juga, sudah banyak modal yang kuberikan padanya, hasil dari jadi biduan dan jadi foto model"

Yess, cepet gi bubaran, biar aku bisa memilikimu seutuhnya batinku berdoa jahat.

"Tenang aja beb, kan sudah ada aku yang selalu siap menemanimu" jawabku menghibur.

"Iya cayang, aku tau kamu sudah ada yang punya, aku juga demikian, tapi aku nyaman kalau sudah ma kamu" balasnya manja sayang.

"Karna aku tampan rupawan dan menawan kan beb??" candaku.

"Gak, dari semua cowok yang aku kenal beb, cuma kamu yang paling jelek dan buduk, paling kere juga" jawabnya terkekeh, aku cuma manyun saja.

"Cowoku semua ganteng, tajir, bonafit, modis beb, kalau gak ganteng n tajir aku gak maulah"

"wah berarti kamu matre dong cayang"

"ya harus dong beb, cewek cantik itu butuh biaya untuk perawatan beb, mulai perawatan wajah, rambut sampai kulit semua butuh biaya, cuma cowok kere dan gak mau modal aja yang bilangnya suka cewek natural original, busyiiit dah" jelasnya.

"Tapi bersamamu aku sangat nyaman, nyambung, bisa gila bareng dan tertawa lepas beb" katanya menghiburku.

"Beb dah sore nih, pulang yuk, nanti kalo dimarahin mbak Fat gimana" kata Viska mengingatkanku.

Tidak terasa waktu sudah menjelang sore, kami turun dari gardu pandang.

"Bu semuanya berapa" tanyaku pada penjual makanan yang kami pesan tadi.

"Empat puluh ribu mas" setelah membayar kami langsung berjalan turun untuk menuju tempat parkiran motor.

Hubungananku dengan Viska belum diketahui oleh Fatimah, istriku nama lengkapnya adalah Siti Fatimah, usianya tidak beda jauh dari Viska selisih satu tahun lebih tua dari Viska, tapi istriku sifatnya masih kekanak- kanakan dan manja banget, selain itu dia kalau ngomong nggak dipikir dulu asal bacot. tidak pernah menghargaiku sebagai suami.

Tapi belakangan ini hubunganku dengan Viska sudah di endus oleh Fatimah, tapi aku selalu berkelit kalau ditanya soal Viska.

Aku menjalani rumah tangga denga Siti Fatimah sudah enam tahun berjalan.

Satu tahun menikah dengan Siti Fatimah kami hidup serba kekurangan, meski aku pegawai swasta dikantor Desa tapi waktu itu gajiku sangat kecil setahun cair tiga kali, itupun harus dipotong angsuran bank, paling sisa beberapa puluh ribu, sangat kurang dari cukup.

Untungnya untuk kebutuhan harianku, dicukupi oleh orang tuaku karna kami masih satu rumah.

Untuk menambah kebutuhan hidup aku mencari sampingan dengan membuat kerajinan tangan, aku kerjakan setelah pulang dari kantor, tapi hasilnya juga minim tidak bisa menutup kebutuhanku.

Cibiran dan ejekan dari tetangga sudah membuat kebal telingaku, tapi tidak buat Fatimah istriku, aku selalu ditekan dan dituntut untuk memenuhi kebutuhannya, yang menurutku tidak masuk akal, untuk kebutuhan harian aja tidak cukup malah minta yang aneh- aneh, anehkan?

"mas, tu si Rojai baru beliin istrinya kalung dan gelang mas, kapan kamu bisa beliin aku" katanya dengan nada sinis.

"Ya sabar dik, nanti kalau aku ada rejeki tak beliin" kataku membujuk.

"Alah sabar terus, terus kapan mas !? aku malu kalau datang kerumah orang tuaku, cuma aku yang gak pakai apa- apa, sedangkan saudara- saudaraku pakai perhiasan bagus, lihat itu mbak ana mantan pacar kamu dulu, yang suaminya cuma buruh tukang kayu aja bisa beliin gelang buat mbak ana, lha kamu yang pegawai kantoran masak gak bisa, atau jangan- jangan bayaranmu kamu berikan pada perempuan lain ya" omelnya padaku kayak rel kereta api, nerocos teruss.

Baru pulang kantor, belum lepas seragam belum juga makan sudah disuguhi omelan, kenyang dech dengan suara omelan istriku.

"Lha kamu kan tau sendiri dik berapa gajiku, kalau dapat uang juga sudah kuserahkan padamu dik".kataku dengan halus mencoba menyabarkannya.

"Palingan juga ada yang kamu umpetin gajimu, nyatanya itu si A satu kantor sama kamu, bisa beli motor bagus, bisa beliin istrinya perhiasan bagus, kan gajinya sama kayak kamu" lanjut omelnya menuduhku.

Jam dinding pun tertawa, dan aku hanya diam dan membisu, ingin kumaki diriku sendiri yang tak berkutik di omeliiinnn.

"Ada makanan gak dik, aku lapar kok" tanyaku mengalihkan omelannya.

"Makan- makan apa!!, emang kamu ngasih aku duit hah"

"lha kan ada beras dik, emak sebelum kepasar juga sudah ninggalin sayur dan tempe untuk kamu masak, bumbu juga ada didapurkan"

"aku gak bisa masak kalau gak ada bumbu yang komplit" tukasnya ketus,

kayak jamu aja harus komplit.

Haaah, dari pada kekenyangan makan omelan dan akhirnya muntah- muntah mending aku pergi aja.

Kulepaskan kambing yang ada dikandang, kemudian bawa kantong sak buat wadah rumput dan tak lupa sabitnya sekalian, kugembalakan kambing punya orang tua disawah belakang rumah, dari pada dirumah diguyur air ludah ocehan istriku yang tiada henti, mending aku menggembalakan kambing, ku bersiul kecil mencoba menghibur diri menghilangkan rasa kesal yang membara di dadaa.

"aku adalah anak gembala, selalu sial saat dirumah,

karna istriku seorang wanita yang rajin ngomel dan  marah- marah,

sehingga aku menjadi malu pada tetangga dan juga ibu,

la la la lala lala"

Kuamati kambing- kambingku yang sedang lahap merumput, dan aku sedang sibuk memotong rumput untuk makan kambing saat malam atau cadangan kalau aku gak bisa menggembalakannya karna ada urusan mendadak.

Tiba-tiba aku punya ide jahat untuk nanti malam, masih terngiang omelan istriku, ditelinga sangat pedas, kuamati sebentar sabitku, ku bolak- balikan sabitku mengkilat terkena terpaan sinar matahari senja.

"Hmm cukup tajam nih sabit, nanti malam aku mulai beraksi, bodoh amat. Masalah resiko belakangan, aku sendiri sudah gak tahan dengan kehidupan yang seperti ini" aku bicara sendiri dalam hati saja.

Terpopuler

Comments

Kinan Rosa

Kinan Rosa

duh mau ngerampok lu bang

2023-02-28

0

Adam Algibrani

Adam Algibrani

lnjut

2022-08-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!