BAB 2

"Hwahahahh, aku heran. Cewek biasa model dia punya nama Bella Octavia, ya nggak nyambung lah, apalagi dari Desa seberang yang lumayan pelosok.

Harusnya namanya itu Nur, Saodah, Muzaroah atau Kusiatun itu cocok banget" aku hanya bisa membatin pilu hehehe.

"Ingat ya, kalo filmnya jelek gue balikin lagi ke elu, dan gue gak mau bayar." ujarnya membuat aku kesal.

"Ah bilang aja kamu kangen aku dan pingin ketemu lagi" balasku cengengesan.

"Hah, sorry, lu bukan type gue. Udah tua gitu masih belagu, urus noh anak istri lu. Tapi gue heran kok si Ida mau ya ma elu, dah tua jelek punya anak bini pula, wah jangan-jangan kamu pelet ya?" tuduhnya tajam.

Anjiiirr, ini anak nggak ada sopan sopannya sama orang tua, tapi kok ya bener banget omongannya.

"Idih suer kewer-kewer mbak, aku gak pelet dia, emang dasarnya aja aku yang tampan rupawan nan wenawan rebutan para perawan baik hati pula kesesama insan." Balasku membela diri tidak mau kalah.

"Bell dah selesai belum?" tiba- tiba Ida nongol dari samping, sambil cengar- cengir lihatin aku.

"Tu baru di isi, nih si masnya songong banget, dari tadi ngajak berantem mulu"

"ye!! siapa juga yang ngajak berantem, kamu tu yang dari tadi ngegas melulu" sahutku ketus.

"Oh ya kak, sudah kenal belum ma Bella??" tanya ida.

"Udah tadi Da, kenapa?"

"cantik kan kak??"

"hm cantik, tapi galak." Kulirik siBellanya cemberut, pura- pura tidak tahu sambil lihat kartu perdana yang aku pajang di etalase.

"Eh Da, besok libur kerja gak?"

"iya libur, kenapa kak??"

"jalan yuk??"

"hm, kemana kak?"

"ya kemana ja yang penting kita heppy" sahutku cepat sambil melirik Bella.

"Eh Ida, lu kok mau sih ma si om-om jelek ini, sudah punya anak bini pula" tanya Bella tidak suka.

"Hehehe gak tau Bell, kalau jalan ma kak

Pras asyik kok."

"asyik apaan, palingan juga lu diajak ngamar kan??"

si Idanya cuma senyum senyum.

"Bell kamu sudah punya cowok belum?" tanyaku pada Bella, biar dia tidak banyak provokasi sama Ida.

"Ya sudah dong"

"oh, sudah pernah begituan belum?" tanyaku memancing penuh selidik, siapa tahu bisa jadi mangsaku selanjutnya.

"Begituan apa maksutnya, najis gue"

"alah jangan pura- pura gak tau ngapa bell"

"sumpah beneran, gue belum pernah begituan."

"mau tak ajarin gak bell?" pancingku.

"Ohh, berani macam macam sama gue, gue tonjok lu" sambil dia genggamin tangannya dan melotot sadis,

"lagian juga gue ogah sama lu, sudah jelek, tua, punya anak bini pula" tambahnya.

"Bella dah tunangan kak, cowoknya tinggi gagah, cakep pula, oya kak, Bella tu pinter nyanyi dan juga nari lho, dia itu biduan makanya bodynya sexy" timpal Ida memotong pembicaraan kami.

"Apa dia biduan Da??masak sih?? tampang begitu jadi biduan??"

"beneran kak, kalau kamu gak percaya cari saja di you tube, videonya dia banyak."

"lha kalau dia biduan, kenapa kerja di garmen??" tanyaku tidak percaya.

"Udah- udah, makin ngaco semua, mana mmc gue, dan gue harus bayar berapa nih" potong bella sewot.

"dua puluh lima ribu Bell,"

"Ah ogah, nih gue bayar lima belas, kasih bonus kartu perdananya dua ya mas." Disodorkan uang lima belas ribunya kepadaku.

"Yaelah Bell, udah nawar minta bonus pula" kataku menghela nafas panjang.

"Bodoh amat, cepetan sudah sore nih."

Ya dari pada konterku diobrak abrik Bella, akhirnya tak kasih dong bonus kartu perdana.

"Oke tak kasih bonus kartu perdana tapi ada syaratnya ya?"

"apa syaratnya"

"aku minta no hp kamu ya, buat tambah temen" kataku modus.

"Minta ma Ida, dia punya nomerku"

"gak mau ah, maunya langsung kamu yang kasih sendiri, biar greget gitu" balasku sambil senyum senyum.

"Iya deh nih catet sendiri" di tulis nomernya di hp terus aku salin ke hapeku.

"Kak Pras, Bella kok di kasih kartu perdana, aku juga minta dong" pinta Ida memelas.

"Iya nih tak kasih satu ya"

"asyik, makasih ya kak"

"udah yuk Da pulang, udah sore nih" potong bella, seraya menarik tangan Ida.

Setelah keduanya naik motor dan sebelum berlalu aku bilang sama Bella,

"Bell, kapan kapan- kencan ma aku ya?!" seruku.

"Iih ogah najisss!"

aku cuma cengengesan tak menggubrisnya.

Tak lama mereka sudah berlalu dari hadapanku.

"Awas kamu ya Bell, suatu saat kamu pasti akan aku dapatkan, dan tak akan bisa lari dari pelukanku" batinku berjanji untuk mendapatkannya.

Hari menjelang petang, saatnya kututup outletku.

"Dik anak- anak sudah mandi belum?" tanyaku pada istriku.

"sudahlah mas" balas istriku.

"lha kamu dah mandi belum?"

"belum mas, masih sibuk nih"

"ya udah aku tak mandi dulu."

Setelah mandi, aku seperti biasanya menjelang magrib aku sudah necis layaknya ustad,pakai baju koko dan sarung nunggu Adzan magrib.

"Ghibran, yuk ke mushola" aku ajak anak pertamaku yang baru usia lima tahun untuk pergi kemusholah, karna sudah Adzan magrib.

"yuk yah"

"kalo di mushola tidak boleh ribut kayak kemarin ya?"

"ya yah"

Jangan salah ya, meski kelakuanku ndablek, aku selalu rajin kemushola untuk mengaji dan sholat magrib, hal ini juga kuajarkan pada anak- anaku sejak dini untuk pengenalan agama biar tidak salah jalan kayak ayahnya.

******

"Ish lama amat si beb" cerocos Viska ngedumel setelah sampai ditempat janjian.

"Eh tadi udah gas poll rem blong lho beb"

candaku, biar sidoi tidak ngambek lagi,

"kemana nih cayang??"

"Emmm, enaknya kemana beb?"

"lha kok malah tanya balik, sopir mah nurut ja beb" bilangku.

"Ye sopirrr, abang ojek kalee hihihi, ke gunung ja yuk beb"

"wokey, gassss berangkaaat" teriaku semangat.

Duh Viska makin hari makin cantik saja nih, pakai celana jeans model pensil, dipadukan jaket levis bertanktop hitam, tinggi semampai dengan rambut panjang hitam lurus serta aroma parfumnya yang khas, bau kemenyan.

Yupss, kami meluncur dengan kecepatan sedang, dan ini yang paling aku suka, Viska peluk leherku dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kiri memegang perutku dan yang paling asyik nih dadanya yang lumayan besar menempel kenyal ke punggungku.

"Eh beb buka dong helmnya" pinta Viska,

"hah apaaa!!" aku sedikit berteriak karna memang tidak kedengaran.

"Buka helmnya!"

"oh, bukainlah."

Viska berusaha membuka helmku dengan keadaan motor masih melaju sedang, dan aku berusaha membantu membukanya, setelah helm terbuka, kemudian kutaruh di bak motor depan selangkanganku dan kuapit dengan kakiku agar tidak jatuh.

"Nah kalau gini kan aku bisa gigitin kupingmu beb" kata viska sambil berusaha menjilat telingaku.

"Jangan beb geliii, ini di jalan raya, bahaya beb, dan malu dilihat orang banyak."

"ah bodoh amat, emang gue pikirin toh kagak kenal juga" balas Viska cuek.

Haduduh ni orang nafsuan amat.

"Kalau nungsep nanti gimana beb"

"ya nungsep bareng dong cayang" balasnya santuy.

"Ya iyalah, masak aku disuruh nungsep sendirian!" balasku.

"Ya harusnya gitu beb, nanti kalau beby nungsep sendiri terus pingsan, kan aku bisa kasih nafas buatan beb, lagian aku juga ogah nungsep, sakit tauuu."

"Dari pada nungsep dijalan sakit, mending nungsep di kamar hotel ya beb? hwahahaha" tambahnya dengan tertawa riang.

"Huh dasar, *****'an" balasku,

"lha beby juga gitu kok" katanya tidak mau kalah.

Aku cuma bisa tersipu malu, dan mengiyakan saja deh.

Duhh mulai deh, makin nakal saja nih Viska, sudah tahu dijalan, malah makin berani.

Di ciuminya leherku sampai merinding bulu romaku lalu pindah ketelingaku, terus tangan kirinya meraba- raba selangkanganku.

"Tetep kosentrasi dan fokus dijalan ya cayang?" bisiknya pelan,

"bebyyy, sudah dong cayang!"

"ya cayang, nikmatin aja" jawabnya tetep melanjutkan aksinya, tidak menghiraukan perkataanku.

"Hihihi, beby dah tegang yaaa!?" ledeknya cengengesan,

"dah dari tadi beb"jawabku bersungut menahan nafsu.

Dari arah belakang terdengar suara motor dua tak menderu kencang, dengan knalpot cempreng yang sudah menjadi ciri khasnya.

Wueerrrrr, trantang tang tang.

wueerr wuerrr wuerr.

Sengaja diblayer-blayer, terlihat pemuda tanggung yang kurus tampang dekil, rambut semir semu coklat acak-acakan, celana sobek-sobek dengan kaos lengan panjang hitam yang agak kedodoran, wes gak keren blasss.

"WOIII, BISA PELAN GAK LU,ATAU GUE MAMPUSIN LU!" tiba- tiba Viska berteriak kepada pemuda itu, tapi pemuda tersebut tidak menghiraukannya.

SUMPAH, aku kaget banget, tidak menyangka kalau sidoi berkata keras kayak begitu.

" KEJAR BEEBB, PEPET" pintanya dengan suara agak keras kepadaku.

Entah kenapa aku turutin perkataannya, kukejar pemuda tersebut, hingga akhirnya aku tepat dibelakngnya.

"LEBIH DEKET BEB, pepet dikit lagi beb!!"

"Woi!!" teriaknya,

pemuda tersebut menoleh dengan ekspresi wajah biasa saja, seakan mengejek kami dengan senyum sinisnya.

"DASAR ANJING LU!" teriak sidoi, dan nggak nyangkanya lagi setelah berkata begitu kaki viska menendang pemuda itu dengan kerasnya, aku sedikit oleng karna tidak tahu apa yang dilakukan Viska saat itu, karna mendapat serangan yang tak terduga pemudah tersebut hilang keseimbangan motornya, oleng kekanan dan kekiri hingga akhirnya.

WUUUERRR, BRRRAAAAKK SRRROOOK.

Dia terjatuh tersungkur, terlihat dari arah berlawanan melaju truck gandeng warna hijau dengan kecepatan sedang melaju tepat ke arah pemuda tersebut yang jatuh dan.

CCCIIIITTT, JJESSS...CIIIIT..JESSS.

Sopir truck berusaha mengendalikan trucknya dengan mengerem secara mendadak, untung tepat waktu sehingga tak terjadi korban jiwa.

"MAMPUS LUU!! ayo beb cepetan kabur, gasss, gasss hwahahaha!" teriak viska kayak tidak punya dosa.

Kejadian itu begitu cepat, dan aku tidak menyangka kalau sidoi akan melakukan perbuatan yang mengerikan gitu.

Dengan panik dan sedikit tangan gemetar, aku gas motor meticku sebisa mungkin, aku cari jalan yang aman, setiap ada gang kecil aku masukin untuk menghilangkan jejak, sebentar- sebentar aku lihatin spion, kira-kira dikejar orang nggak, haduh terus nasib pemuda yang jatuh tadi bagimana?? mati tidak ya?? sudah jantung serasa mau berontak dari dada saking takutnya, setelah kurasa aman, aku pelanin motorku dan mencari tempat yang aman buat berhenti sejenak sekedar menenangkan diri.

"Beb apa sih yang kamu lakukan tadi? kalau orangnya mati gimana?? itu anak orang lho!!" kataku masih sedikit panik, ku usapkan tanganku berulang kali ke wajah dan menggaruk- garuk rambut meski tak gatal.

"Hehehehe tenang aja beb, kalo gak anak orang, masak iya anak kebo bisa naik motor hihihi" jawabnya santuy cengengesan.

"Yang lebih sadis aja pernah gue lakuin, upsss!!" seketika di tutup mulutnya sendiri dengan tangannya, kayaknya keceplosan ngomong.

"Apa maksutnya beb?" tanyaku penasaran, dahiku berkrenyit penuh tanya.

"Ah, gak papa beb, yuk ah lanjutin jalannya, dah mau siang nih, lagian gue juga sudah laper banget tadi belon sarapan" pintanya mengalihkan perhatianku.

Terpopuler

Comments

Kinan Rosa

Kinan Rosa

kayaknya seru deh

2023-02-28

0

Emilia Vransiska

Emilia Vransiska

seruuu

2022-07-30

1

demit bahagia

demit bahagia

bagus

2022-05-10

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!