BAB 6

"Mungkin masih terlalu pagi" gumamku, kulihat sekitar masih sepi hanya beberapa motor yang terparkir ditempat parkiran, kemungkinan besar itu adalah motor karyawan hotel.

"Disini gak apa- apakan?" tanyaku pada Viska, dia hanya menganggukan kepala,

tumben ni bocah dari mulai berangkat sampai masuk kedepan lobi hotel cuma diam saja tidak banyak berceloteh.

Kawasan sepanjang jalan lingkar ini memang banyak deretan bangunan hotel- hotel kelas melati, walaupun kelas melati hotel- hotel disini lumayan nyaman, bersih dan tarifnya sangat terjangkau.

Hampir semua hotel disepanjang jalan lingkar ini pernah aku masuki, hanya sekedar melepaskan hasrat singkat dengan cewek- cewek buruanku.

Kuturun dari motor meticku dan berjalan perlahan santai menuju ruang resepsionis.

"Eh Bapak, selamat pagi pak" sapa resepsionis ramah.

"Mau pesan kamar yang biasa atau Vip Pak?"

"yang biasa ja mbak, kayak biasanya?" kataku, karna aku sering kehotel ini jadi pelayannya sudah paham tentang aku.

"Untuk yang biasa harganya delapan puluh ribu, kalau yang vip harganya seratus lima puluh" jelasnya.

"Okey" kuserahkan selembar uang seratus ribu dari dompet dan KTP tentunya.

"Mau kamar yang atas atau bawah pak"

"bawah ja mbak biar enak, motor langsung bisa parkir didepan pintu kamar" pintaku.

"Tunggu sebentar ya pak, saya ambilkan kuncinya" sambil mengambil kunci yang di gantungkan berjejer didinding belakangnya kemudian

diserahkannya kunci dan kembalian uangku tadi.

Kukembali ke motorku lagi, kulihat Viska masih seperti tadi masih duduk diatas motor, diam saja kayak lagi kebingungan, pikirannya kalut, hatinya risau.

Haruskah diserahkan keperawanannya untuku yang baginya aku adalah orang asing yang sangat dibencinya selama ini, haruskah dia rela menyerahkan tubuhnya yang sexy itu untuk kunikmati yang selama ini dijaganya hanya untuk suami tercintanya, aku hanya bisa mengira- ngira saja apa yang sedang ia pikirkan.

Tapi yang menjadi pertanyaanku, buat apa dan untuk siapa dia melakukan semua ini??? ataukah ada rencana lain dibalik maksutnya ngajak kencan aku secara mendadak ini???.

Ah, bodoh amat, kutepis semua pikiran dan pertanyaan dalam otaku, peduli amat tentang perasaan Viska, yang penting hari ini, dia pergi mengajaku kencan dan aku tak mau rugi akan hal ini, pergi denganku berarti dia harus tunduk dan mau melakukan apapun yang kuinginkan.

Kulajukan motorku pelan menuju kamar yang sudah dikasih tahu pelayannya tadi, halaman hotel yang lumayan luas terlihat masih lengang, hanya ada satu pelayan yang sedang sibuk menyapu halaman, kanan kiri adalah gedung dengan tiga lantai yang cukup asri, setiap satu kamar hotel diterasnya terdapat dua kursi dan satu meja kecil buat santai dan pepohonan yang cukup rindang buat berteduh.

Kuhentikan motorku tepat didepan kamarku, kami turun bersama, kuambil kunci yang terselip dalam kantong, segera kubuka pintu kamar kemudian kami masuk bersama, kugandeng tangan viska terasa dingin.

Kunyalakan listrik lalu ku kunci kembali pintunya. kunyalakan kipas angin yang menempel di dinding tak lama angin sejuk menyapu seisi ruangan dengan ukuran 4x4 m2 desain minimalis indah, kasur springbed plus selimut tertata rapi dengan dua bantal yang empuk tebal, sebelah kanan kiri kasur ada meja tempel dari triplek HPL berguna untuk menaruh barang ringan seperti tas, hape, minuman dan lain-lain nampak elegan.

kusampirkan jaket di pojok depan kamar mandi, ada lemari kecil dan gantungan baju seraya ku copot sepatuku dan kutaruh sekalian di lemari tersebut.

"Kok diam terus dari tadi Vis?" tanyaku memecah kesunyian, dia diam terpaku kayak memikirkan sesuatu yang dalam.

"Ah gak apa-apa kok" jawabnya datar.

"Kamu takut ya" kupeluk mesra dari belakang, dia sedikit kaget tapi gak menolak, ku cium lehernya dia menggeliat kegelian.

"Buka dong cayang" kataku pelan ditelinganya, kutelusuri dengan ciuman dari leher belakang naik kepipi terus ketelinga dengan lembut menggoda, dia hanya pasrah dengan mata terpejam.

Keringat dingin mengalir tipis dipelipis, jemarinya meremas kuat lengan tanganku seolah ingin bilang

" tolong jangan sekarang ya, beri aku waktu sebentar" pintanya memelas.

Kulepaskan pelukanku, segera ku netralkan suasana, kusodorkan air mineral botolan yang sudah tersedia didalam kamar, kunyalakan tivi Lcd biar tidak sepi.

"Kamu belum sarapankan?" tanyaku sambil membelai rambutnya, dia duduk ditepi kasur kudekati dan duduk disebelahnya.

"Mau makan apa nih?" sambungku.

"Terserah lu ja dech" suaranya pelan agak parau, diteguknya minuman dalam genggaman.

"Okey, tunggu sebentar ya"

Aku melangkah keluar untuk memesan makanan dan suruh mengantarnya ke kamarku, tak lama aku sudah balik dalam kamar lagi.

"Mandi sana gih, selain bau mu kemenyan, tubuhmu juga bau kecut kok" candaku seraya menyerahkan handuk, agar suasana tidak tegang. Dengan santainya disambar handuk yang ditanganku kemudian pergi menuju kamar mandi.

"Pakai sabun yang banyak ya cayang, biar wangi biar aku juga betah lama-lama ciumi kamu" kusedikit berteriak, karna Viska sudah masuk ke kamar mandi.

Kamar mandi di buka dengan tiba-tiba.

"Bau lu juga asem kok, weekk" kepalanya nongol dari kamar mandi sambil menjulurkan lidah menggoda.

"Kalau gitu mandi bareng yuk" sahutku,

"gak mau, nanti lu malah nafsu liatin tubuh gue" terdengar sower menyala deras.

"Ini aja sudah nafsu kok Vis, ini buktinya sudah berdiri tegak" celotehku riang.

"Masak belum diapa- apain sudah berdiri sih, wah *****'an hi hi hi" sahutnya.

Akhirnya suasana sudah mencair, nggak canggung seperti tadi, serba salah serba kikuk, ahay lega rasanya.

"Oi Vis, ketek kamu berbulu gak, panjang dan serem pastinya ya?" tanyaku lagi sedikit berteriak.

"Wah ngledek lu ya, ya gak lah, ketek gue mah bersih mulus" sahutnya dari dalam.

"Kalau yang bawah pasti lebat kayak hutan belantara ya?" ejeku cekikikan.

"Ih apaan si lu, gue tampol mulut lu nanti kalo ngomong teruss!!" sahutnya galak, tapi aku suka.

Aku hanya rebahan dengan bertelanjang dada, nonton tivi sembari menunggu Viska selesai mandi.

tok..tok.. tok, permisi" teriak orang dari luar, kubergegas membukakannya,

"ya sebentar"

"ini benar pesanannya pak?"

"iya betul mas" kupersilahkan pelayan itu masuk kedalam kamar untuk menaruh makanannya dimeja yang telah tersedia. Setelah selesai menaruh semua pesananku kemudian pamit untuk pergi.

Tidak lama Viska keluar dari kamar mandi kelihatan lebih seger dan freesh, hanya memakai tanktop putih tipis, bra warna hitam kelihatan jelas menonjol, perut yang ramping padat, bawahannya hanya berbalut handuk biru sebatas paha putih mulus berbulu lembut tipis menambah gairahku.

Wow kupandangi secara liar dari ujung kaki sampai wajahnya, sisa air diwajahnya mengalir pelan kedagunya jatuh menetes kelantai.

"Eh kenapa lu mandangin gue seperti itu!?" dia hanya diam mematung, jakunku naik turun menelan suliva.

Bagai binatang buas yang kelaparan, ingin sekali kuterkam dan kulahap habis tanpa sisa, tanpa sepatah kata kudekati Viska, tanpa aba- aba kuangkat tubuh Viska, kubopong ia keatas kasur, secara spontan tangan viska bergelayut dileherku, mata kami saling beradu pandang, bibir bawahnya digigit pelan menambah kesan sensual pada dirinya.

Kubaringkan perlahan penuh kasih, ku kecup keningnya yang masih basah, dia terpejam pasrah, kutelusuri dari kedua matanya lalu pipi kanan kiri, kugigit kecil dagunya yang berair, kuhisap lembut, nafasnya mulai memburu, jantungnya berdegup kencang, bibir sensualnya kukecup mesra perlahan kulumat, rasa lembut dan kenyal berbaur aroma khas sedap mulutnya, bikin betah berlama- lama untuk menikmati panggutan demi panggutan.

Ngomong- ngomong soal ******* alias ciuman bibir, aku dulu pernah dicumbu seorang cewek sebut saja namanya Mawar, dia sangat agresif, kasar dan liar.

Seluruh wajahku diciumi, dijilatinnya dengan rakus tak terlewat sedikitpun, hampir seluruh wajahku bahkan rambutku basah dengan air liurnya, saat lidahnya mau masuk kemulutku, aku menolaknya, kukatupkan bibirku dan mulutku sambil terpejam, ku gelengkan kepala kekiri kekanan masih berusaha menolak keinginannya, dijambaknya rambutku dengan liar dan kasar, digigitnya bibir bawahku, tak mau menahan sakit yang berlanjut "aukk!!" akhirnya kubuka mulutku sedikit sambil tahan nafas, saat ada cela sedikit kesempatan dengan cepatnya lidahnya sudah masuk kedalam mulutku.

Diobrak- abrik seisi mulutku, disedot- sedot ditarik keluar lidahku, tak cuma itu lubang hidungku juga menjadi sasaran amukan bibirnya, dijilatinya di isep- isep aku sampai gelagapan gak karuan, turun lagi mendusal mulutku, masih posisi tangan menjambak rambutku dengan kencangnya, di tambah tubuhnya yang lumayan besar dengan buah dadaa yang besar pula, menindihku, sehingga aku tak berkutik dibuatnya, tanganku mencengkeram kasur serta hanya kaki yang bisa menendang nendang kasur sampai bantal, spreinya berantakan gak karuan.

"Emmm...em...em" cuma itu yang bisa keluar dari mulutku, terlebih lagi erangannya yang penuh nafsu sangat mengerikan "shhhhh, arrrhggg hwaeewmm" kayak gendruwo,

Sedotannya dimulutku semakin menggila, gigi kami beberapa kali beradu ting ting tuk, rongga mulutku ditelusuri lidahnya tiada henti, menggeliat, meliuk- liuk dalam mulutku.

Kukumpulkan tenagaku, kudorong sekuat tenaga tubuhnya kesamping, setelah lepas, aku buru- buru lari sambil menutup mulutku pakai tangan kekamar mandi, karna sudah tak tahan dengan amukan nafsu buasnya dan menahan napas dari tadi, dia hanya bengong bercampur heran melihatku berlari.

Huwekkk, huwekkk, huweekk, ssoorr, huweeekk, ssorr jjuh jjuh,

aku muntah- muntah sejadinya, kukeluarkan semua isi dalam perutku, seluruh tubuhka basah oleh keringat dingin, aku terkulai lemas terduduk di pinggir kloset.

"Anjiing! baangsaat, buajingan itu mulut atau comberan sih, habis makan bangkaii dimana tu cewek, sumpah busuk banget!!!" umpatku membatin.

"Kamu kenapa bang" tanyanya heran saat kukeluar dari kamar mandi,

"gak apa- apa, cuma gak enak badan aja, aku mau pulang, kamu pulangnya ngebis aja."

"Lho, bang tunggu, aku gak mau ditinggal" dia buru- buru memakai bajunya karna tadi sudah setengah telanjang, sedangkan aku ngeloyor pergi begitu aja tanpa memperdulikaannya. Aku berjalan menuju tempat parkiran sedikit sempoyongan, kepalaku pusing masih ada rasa mual juga "huweekk, huweekk jjuh" sedikit muntah lagi.

"Brengseek sialan, sudah kubasuh seluruh mukaku pakai sabun, bahkan sabun cair tak masukan mulutku buat kumur- kumur, kok masih kerasa baunya, monyeet moonyet itu cewek beneran makannya sampah dan bangkai busuk" umpatku tak henti- henti, lalu aku tancap gas pergi, kulihat dia berlari- lari mengejarku, aku tak menggubrisnya, ah bodoh amat, peduli setaan.

Kembali ke Viska.

Aku kecup bibir lembutnya, kemudian turun menelusuri leher jenjangnya putih mulus, kumendusal dusal penuh gairah, kecupan kecil berubah gigitan kecil manja dan jilatan jilatan lembutku membuatnya menggeliat, mengerang.

"Akh ssshhh hmm shhh"

Kurasakan sekujur tubunya menegang, kubelai lengannya yang mulus kulitnya halus penuh perawatan, ku elus lembut sampai ketengah belahan dadanya ada desiran nakal yang membuat berdiri bulu romanya.. kumelumat lagi bibir kenyalnya kemudian beralih kedaun telingahnya,kujilati pelan dia begidik mendesah,

"sshh ah" tangannya memeluk tubuhku, kusingkap handuk yang membalut pinggulnya.

"Boleh kulakukan sekarang cayang" bisiku pelan,

"terserah e...lu, ehg...terserah kkamu aja, shhh akhh" jawabnya lirih sudah di penuhi nafsu.

Terpopuler

Comments

Inonk_ordinary

Inonk_ordinary

ohhh gini kisahnya,,kadang gw heran ada bapak² kere ,,jelek tapi tukang selingkuh ternyata ttiknya diungkap sama author..amajing

2024-10-30

0

Kinan Rosa

Kinan Rosa

ya habis dah

2023-02-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!