BAB 20

"Selamat pagi mbak, ada yang bisa kami bantu?" kata petugas dengan ramah, setelah aku sampai dikantor polisi.

"Iya pak" jawabku sopan, kemudian aku menjelaskan apa maksut tujuanku datang kekantor polisi.

"Baik mbak, akan kami selidiki secepatnya" kata petugas, kemudian mencatat dalam buku laporan.

Kemudian aku undur diri untuk pamit kepada petugas, lalu bergegas pulang menuju teman- temanku yang ada di basecamp.

"Eh non Viska sudah pulang ya" sapa ibu Salamah saat aku sampai di basecamp, beliau sedang asyik beberes rumahnya.

"Iya Bu" jawabku tersenyum sambil menganggukkan kepala, ibu Salamah tetangga basecamp kami, orang yang kami percaya juga menjaga basecamp saat kami berada diluar.

"Anak- anak ada Bu"

"oh ada mbak, non Serly dan Angie ada didalam kok"

"oya makasih ya Bu" kemudian aku masuk kedalam, kulihat Serly dan Angie lagi asyik rebahan di kasur.

"Eh baru pulang lu Bell" sapa Serly masih asyik main dengan ponselnya,

"tumben lu udah disini Ser" tanyaku sambil meletakan tas kedalam almariku.

"Iya nih gue males ngajar, lagi bete aja tiap hari digodain tukang kebun mulu"

"ya kalau tukang kebunnya ganteng dan tajir kan gak masalah Ser" jawabku sambil ikut rebahan di sebelahnya.

"Eh gue beli cemilan dulu ya" potong Angie bangun dari rebahannya, lalu pergi keluar.

"Jangan lupa minuman yang bikin seger ya An?"pintaku.

"Aip, lu mau minum apa Ser?" tanya Angie,

"samain ja punya kalian"

"Lena dan Elvi dimana Ser?" tanyaku pada Serly, sesaat Angie berlalu pergi keluar.

"Gak tau tuh, belum kelihatan batang hidungnya dari tadi, ada misi barukah?"

"iya rencana nanti malam gue mau ajak mereka berdua",

"ih rencana apaan nih, gue ikut ya?" serunya semangat hingga beranjak duduk melihatku.

"Boleh, rencana balas dendam buat David Ser, nanti gue juga ajak Andreano"

"wah pasti seru dong ya, tapi Andreano siapa Bell?? gebetan baru ya??" tanyanya penasaran penuh selidik.

"Heheheh iya tenang aja, nanti bakalan gue kenalin ke kalian semua kok" jawabku tersenyum malu mengingat wajah kerennya Andreano saat ******* bibirku tadi pagi.

"Wuih sumpah keren banget lu, baru sebentar sudah dapat yang baru" kata Serly sambil nimpukin bantal ke mukaku.

"Ih apaan sih, bikin kaget gue aja lu" jawabku seraya membalas timpukannya dengan bantal.

Jadi kami berantem pake bantal sambil tertawa riuh, hingga tanpa kami sadari kamar jadi sangat berantakan.

"Astagaaa, kupret- kupret lu pada ngapain?? kayak bocah aja lu pada, liat nih berantakan semua" hardik Angie yang baru balik dari beli cemilan,

kami cuma cengar- cengir saling berpandangan merasa bersalah, kemudian menyahut bungkusan cemilan yang ada di tangan Angie dan membawanya berlari keliling kamar karna dikejar Angie dan Serly.

Hari beranjak malam, kami sudah berada dalam satu mobil, yang memegang kemudi adalah Andreano aku duduk disebelah, sedangkan di kursi belakang ada Serly, Lena dan Elvi.

Kami berhenti di pinggir sudut jalan yang lumayan ramai, sehingga kedatangan kami tidak dicurigai targetku.

Kulihat dari jauh targetku sedang asyik di warung kopi dengan beberapa temannya main kartu remi, sambil sesekali terdengar gelak tawa mereka.

aku semakin muak dan geram, badanku semakin panas terbakar api dendam yang membara.

"Awass!!! kamu Barnadi, sebentar lagi gue bikin lu menemui ajalmu" batinku marah, kukepalkan tanganku.

Dengan berbekal KTP yang dititipkan Davin ke perawat sebelum kematiannya, aku mengetahui semua informasi tentang Barnadi lewat teman- temanku yang kusebar untuk menyelidikinya.

Ternyata dibalik pengeroyokan hingga merenggut nyawa kekasihku Davin, adalah Barnadi yang mencoba memerkosaku di saat aku mau pulang kerumah orang tuaku yang jalannya sangat sepi karna melewati area persawahan, apalagi saat itu waktu malam, aku terpaksa pulang karna mendapat kabar kalau orang tuaku dikampung sedang sakit.

Dalam perjalanan pulang itu aku dihadang oleh Barnadi dan satu temannya, aku diseret kesemak- semak pinggir sawah, untungnya saat mau melakukan aksi bejatnya aku di tolong Davin yang tidak kuketahui ternyata membuntutiku dari belakang, karna dia merasa kuatir dengan diriku.

"Lu tadi siang kekantor polisi ngapain cayang?" tanya andreano membuyarkan ingatanku.

"Iya gue tadi ke kantor polisi, gue bilang kalau malam ini ditempat ini ada transaksi narkoba, gue tau informasi ini dari temen,gitu laporan gue di kantor polisi, tujuannya adalah untuk antisipasi kalau- kalau ada pengroyokan masa terhadap gue, jadi ada aparat hukum nanti yang akan melindungi dari serangan yang tidak di inginkan" kata ku menjelaskan tentang rencanaku.

"Wah elu emang cerdas sob" puji Elvi, aku hanya tersenyum datar.

"Lha ngapain juga minta bantuan ke kantor polisi sayang, di belakang sudah ada dua mobil anak buah gue yang siap ngamanin lu, bila ada masa?" tambah Andreano menimpali.

"iya sayang, itu buat antisipasi apabila pihak polisi tidak bertindak cepat, atau tidak menanggapi laporan gue" kataku memberi alasan.

"Lha kenapa gak suruh ja kita-kita sih Bell kayak biasanya, malah lebih aman tidak ada turut campur kepolisian" tukas Serly.

"gue mau bunuh dia dengan tangan gue sendiri, ini sumpah gue ke almarhum Davin, dan gue punya rencana tersendiri dengan polisi" jelasku lebih lanjut.

serly dan yang lainnya cuma mengangguk diam.

Ku keluarkan sebilah celurit dari dalam tasku yang sudah aku siapkan beberapa hari lalu, semua tercengang terngangah melihatku, kemudian aku turun dari mobil.

Dengan langkah lebar dan cepat kudatangi Barnadi yang sedang bercanda memainkan kartu reminya, dari belakang Barnadi kuambil celurit yang kupegang tersembunyi dibelakang punggungku kemudian aku Jambak rambutnya dan ku kalungkan di leher Barnadi, seketika keadaan warung terdiam sunyi karna aksiku yang tiba- tiba dari belakang.

Kulihat teman- teman Barnadi melihatku dengan perasaan bingung dan takut,

"lu yang namanya Barnadi!!, yang pernah mencoba memerkosa gue dan telah membunuh pacar gue Davin" kataku dengan suara berat dan mendelik penuh amarah.

kulihat tubuh Barnadi gemetar dengan kartu Remi yang masih dipegangnya, dengan perasaan takut bola matanya berusaha melihatku, lalu kutarik rambutnya, kutendang sekuat tenaga tubuhnya dan,

CRESSS AHHGG AARRGG ERRRGG.

Tubuhnya mengejang hebat, kartu remi yang dipegangnya jatuh berserakan dimeja, temannya lari tunggang- langgang sampai jatuh bangun, jeritan histeris terdengar riuh dari ibu penjual dan lainnya yang kebetulan melihat kejadian itu.

Darah muncrat- muncrat keluar dari kerongkongannya, membasahi meja dan menutupi sebagian kartu reminya, bahkan ada yang masuk kedalam gelas kopinya, tubuhnya mengejang lama dengan mata terbuka lebar, darah tak berhenti mengalir hingga membasahi tanganku, nafasnya berat tersengal- sengal mengerikan,

HORRGG HRROGG HOORRGG.

Dan ramailah tempat itu seketika, banyak ibu- ibu yang menangis dan menutup mata karna kengeriannya yang dilihatnya,

ANGKAT TANGAN!!! JATUHKAN SENJATA!!. teriak seorang polisi mengacungkan senjata apinya yang berpakaian preman karna sedang menyamar, aku hanya tersenyum sinis,

"biasa polisi India, datangnya suka telat" batinku geli.

Kulepaskan kepala Barnadi dengan kasar ke meja dengan luka mengangah lebar, nyaris saja putus dari badannya, aku terdiam agak lama masih memegang celurit yang penuh darah dan menetes ketanah.

Terdengar sirine mobil polisi meraung- Raung, membelah orang- orang yang ramai menonton kejadian yang mengerikan ini, aku berjalan tanpa ekspresi ke arah mobil polisi yang baru datang masih dengan celurit yang terpegang, polisi masih mengacungkan senjatanya kearahku,

"jatuhkan senjata!!!" teriak salah seorang polisi itu lagi, kulihat Andreano menghalau polisi tersebut.

"Dia pacarku pak, biar saya yang membujuknya" katanya pada polisi tersebut, kemudian berlari memeluk bahuku dari samping menuju mobil polisi, perlahan mobil polisi melaju dengan aku dan andreano didalamnya, serta beberapa polisi yang ikut serta didalamnya mengawalku sampai ke kantor polisi terdekat.

Kuletakan celurit yang masih nampak darah segar dimeja introgasi kepolisian, kemudian duduk kembali disamping Andreano yang dengan sabar menemaniku, kemudian menyusul teman- temanku menghampiri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!