Saat ini Abizar dan Nia duduk di sebuah cafe. "Apa yang sebenarnya terjadi ?" Abizar menatap Nia yang semakin terlihat cantik dan lebih dewasa dengan pakaian formal yang dikenakan oleh wanita itu.
"Ponsel ku hilang." Nia menceritakan semua yang terjadi kepada Abizar. Mulai dari kepulangan kedua orang tuanya hingga dia bekerja di perusahaan.
"Apa ?" Abizar terkejut mendengar perkataan Nia.
"Memangnya kenapa ?" Nia bingung melihat reaksi Abizar yang sangat terkejut.
"Jadi Tuan Adam Mark, CEO Newtec itu papa mu ?" Abizar memastikan jika pendengarannya itu tidak salah saat Nia mengatakan jika dia bekerja di perusahaan papanya.
Nia mengangguk. "Ya. Dia papaku."
Abizar meraup mukanya memikirkan saat ini dia sudah terlibat dalam masalah dengan telah menikahi putri seorang pengusaha besar. "Mengapa kau tidak mengatakannya dari awal ?"
"Dulu aku sudah pernah mengatakan pada mu jika saat itu kedua orang tuaku ada di luar negeri dan setelah itu kau tidak pernah menanyakan tentang mereka lagi."
Benar kata Nia. Waktu Abizar mengajak Nia menikah, ia pernah menanyakan tentang orang tua Nia.
"Orang tua mu sudah tau tentang pernikahan kita ?" tanya Abizar
Nia menggelengkan kepalanya. "Belum. Aku tidak berani mengatakannya. Sejak dulu mereka sudah memperingatkan. Aku hanya dibolehkan menikah setelah kakak ku menikah. Karena itu aku meminta kau untuk merahasiakan tentang pernikahan kita."
Abizar menatap Nia penuh haru. Dalam hatinya muncul rasa bersalah terhadap gadis itu. "Maafkan aku, Nia. Telah menyebabkan masalah dalam hidup mu."
"Sudahlah. Semuanya sudah terjadi. Sekarang bagaimana dengan kita ke depannya ?"
Abizar terdiam mendengar pertanyaan dari Nia. Dia menghela napasnya sebelum berkata "Aku belum memikirkannya. Sungguh, tidak pernah terlintas di benakku untuk mempermainkan sebuah pernikahan. Aku berharap akan menikah sekali seumur hidup. Tapi karena keegoisan ku, kita terjebak dalam pernikahan ini." Abizar menyadari kesalahannya.
"Menurut mu baiknya bagaimana ?" tanya Abizar meminta keputusan dari Nia.
"Aku" Nia menunjuk dirinya. Abizar mengangguk dan menunggu jawaban dari wanita itu.
Nia mengangkat bahunya "Entahlah. Aku juga tidak tahu bagaimana."
"Sudah sore. Aku harus pulang ke kantor sekarang." Nia melihat jam tangannya yang menunjukkan sebentar lagi waktunya pulang bersama papanya.
"Baiklah. Aku akan mengantarmu." Abizar berdiri dan di ikuti oleh Nia.
Di kediaman keluarga Hendrawan. Asti dan Marcelino sedang duduk di ruang keluarga.
"Jadi, bagaimana Marcel ? sudah berhasil kau mendekati putri Adam ?" tanya Asti kepada anaknya.
"Belum, ma." Marcel menjawab tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponselnya.
"Kamu harus berusaha lebih keras lagi, Marcel. Ajak dia kencan dan belikkan bunga atau hadiah yang di sukai perempuan."
"Sudah, ma. Tapi dia tidak mau." Marcelino sudah beberapa kali mengajak Nia keluar untuk sekedar makan siang atau malam. Tapi Nia memberikan berbagai alasan untuk menolak ajakannya.
Asti melempar bantal sofa kearah Marcelino karena merasa geram dengan sikap putranya itu yang terlalu santai.
"Ma!" seru Marcelino saat mendapatkan serangan dari mamanya yang membuat ponselnya terjatuh.
"Marcel jangan terlalu cuek dengan perempuan. Kamu harus bersikap romantis dan sering merayunya. Lama-lama pasti dia akan luluh dan jatuh cinta dengan mu."
Setelah mengatakan itu Asti berjalan menuju kamarnya. Dia pusing dengan sikap putra semata wayangnya itu. Apa-apa harus di ajari dan di kasi tau. Sudah sedewasa ini tapi Marcelino tidak bisa berpikiran sendiri. Semuanya harus dia yang mengatur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
kasihan juga Abi, semoga Nia tetap. setia ya thour
2024-11-14
0
Yani
Semoga Nia dan Abi jangan berpisah
2024-10-26
0
Bzaa
berarti buah jatoh gak jauh dr pohonnya.. kyk sky dan Marcel 11, 12😁☺️
2024-01-14
1