Enam bulan kemudian.
Tokyo, Jepang
Abizar berjalan kaki menuju tempat kerja. Hari ini dia berangkat lebih pagi dari biasanya. Abizar lalu duduk di sebuah bangku taman di pinggir jalan, mengambil ponsel di sakunya untuk menghubungi seseorang.
"Halo. Hey, kau masih tidur ?" tanya Abizar saat mendengar suara gumaman seorang wanita yang mengangkat teleponnya.
"Hem, ya." Nia menjawab malas pertanyaan Abizar.
"Maaf. Aku lupa sekarang masih pukul setengah lima di sana." Abizar melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul enam tiga puluh lima karena perbedaan waktu dua jam lebih cepat di Jepang dengan Jakarta.
"Ada apa ?" Nia bangun bersandar di tempat tidur untuk menghilangkan kantuknya. Tak pernah Abizar menelponnya di waktu dini hari begini.
"Aku ingin menunjukkan sesuatu kepada mu." suara Abizar terdengar ceria.
Ah, ya ampun. Bagaimana ini !
Nia panik melihat permintaan panggilan video dari Abizar. Nia menutupi sebagian wajahnya dengan selimut kemudian baru dia menerima panggilan video. Nia terlalu malu memperlihatkan muka bantalnya yang baru bangun tidur.
"Lihatlah !" Abizar memperlihatkan pemandangan di depannya di mana bunga-bunga sakura mulai bermekaran.
"Wah, cantiknya." ucap Nia antusias melihat itu. Memang sebagian wanita akan merasa senang saat melihat bunga. Tanpa sadar selimut yang menutupi wajahnya melorot ke bawah.
"Iya. Sangat cantik." balas Abizar sambil menatap layar ponselnya melihat wajah Nia. Wanita itu tetap terlihat cantik meskipun baru bangun tidur.
Memasuki awal bulan Maret menandakan bermulanya musim semi di Jepang dengan mekarnya bunga-bunga sakura. Waktu yang banyak dinantikan oleh para wisatawan untuk berkunjung ke sana.
"Datanglah kemari jika kau ingin melihatnya dari dekat. Aku akan mengajak mu berkeliling di sini." Abizar menawarkan diri.
"Tidak perlu, aku tidak ingin mengganggumu. Kau bekerjalah dengan baik di sana."
"Mana ada istri yang mengganggu suaminya. Lagi pula apa kau tidak rindu dengan suami mu ini ?" seloroh Abizar untuk menggoda Nia membuat gadis itu malu dan salah tingkah.
"Sudahlah, jangan menggodaku terus. Aku tidak merindukanmu." ucap Nia ketus karena menahan malu. "Ingat pengorbanan mu untuk dapat bekerja di sana. Jadi jangan main-main dan bekerjalah dengan giat." lanjut Nia lagi.
"Ya ya ya, baiklah. Dasar bawel. Terimakasih sudah mengingatkan ku."
Meskipun tidak setiap hari, Abizar selalu menghubungi Nia hanya sekadar untuk menanyakan kabar, tak jarang juga mereka bertukar cerita tentang kegiatan yang dilakukan mereka masing-masing.
Abizar dan Nia menjadi lebih dekat dan lebih saling mengenal walaupun mereka berhubungan hanya melalui telepon.
Jakarta
Sore hari ini, saat Nia baru pulang kerja tiba-tiba ponselnya berdering. Nia tersenyum melihat nama si penelpon.
Mama
"Halo, sayang." suara wanita di seberang sana terdengar lembut.
"Mama. Nia pikir mama sudah melupakan anaknya di sini." Nia bicara dengan suara yang dibuat-buat sedih.
"Mana mungkin mama melupakan putri cantik mama. Nia apa kabar sayang ?"
"Nia baik ma."
"Maaf, mama jarang menelpon karena sibuk membantu papa dan kakak mu."
"Tidak apa-apa, ma. Nia ngerti mama sama papa sibuk."
"Terimakasih sayang. Mama punya kabar bagus."
"Kabar apa ma ?" tanya Nia penasaran.
"Nanti mama ceritakan. Dua hari lagi mama dan papa akan pulang ke Jakarta."
"Benarkah ?" Nia begitu bahagia mendengar orang tuanya akan pulang ke tanah air setelah setahun berada di luar negeri.
"Iya, sayang. Nanti mama kabari lagi."
Rasa bahagia di hati Nia seketika berganti cemas saat teringat akan pernikahannya. Bagaimana jika orang tuanya tau dia sudah menikah dan bagaimana jika Abizar kembali dari luar negeri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Mardi Anti
apakah pernikahan mereka say,?? perempuan kan harus ada walinya
2023-05-10
2
Hasunah Setiadi
apakah nia dan abizar non Muslim, sebab kalau Muslimah, ketika menikah harus ada walinya?
2022-11-01
1
Qaisaa Nazarudin
Yang perlu kau cemaskan itu permintaan ortu kamu nanti itu Nia…
2022-10-20
0