Pukul tujuh malam Abizar datang kembali ke rumah Nia untuk menjemput Nia serta memindahkan barang-barangnya yang hanya berupa pakaian dan perlengkapan sejenisnya.
Nia merasa bingung melihat Abizar melajukan mobil keluar kompleks perumahan. Bukankah rumah Abizar berada di kompleks ini juga. "Kita mau kemana ?" tanya Nia penasaran.
"Pergi makan malam." jawab Abizar tetap fokus melihat jalanan.
Setelah selesai makan malam Abizar dan Nia pulang. Lagi-lagi Nia bingung saat Abizar memarkir mobilnya di sebuah gedung Apartemen. Abizar turun dari mobil kemudian mengambil barang bawaannya disusul oleh Nia yang juga menarik kopernya.
"Apa kita akan tinggal di sini ?" tanya Nia sembari berjalan mengikuti Abizar.
"Iya. Tempat kerja mu lebih dekat dari sini. Lagi pula orang-orang disini tidak memperdulikan status pernikahan kita jika kita tinggal bersama." terang Abizar. Benar yang pria itu katakan. Tinggal di apartemen sangat jauh berbeda dengan tinggal di kompleks perumahan.
Abizar membuka pintu Apartemennya yang terletak di lantai dua puluh. Sebuah apartemen yang cukup mewah dan tentunya sangat nyaman untuk ditinggali.
"Ini kamarnya." Abizar membuka sebuah pintu. Nia berjalan memasuki kamar itu dan di ikuti oleh Abizar. Nia menelisik seluruh ruangan kamar yang lumayan besar. Nia melihat Abizar meletakkan tasnya dan duduk di tepi tempat tidur membuat hatinya merasa sesuatu. "Apa ini kamarmu juga ?" tanya Nia ragu-ragu sambil menatap wajah Abizar.
Jantung Nia berdebar-debar menanti jawaban Abizar.
"Iya. Ini kamar kita." jawab Abizar. Nia menelan ludahnya membayangkan akan tidur sekamar dengan Abizar, meskipun laki-laki itu adalah suaminya.
"Kenapa ?" tanya Abizar ketika melihat Nia yang masih mematung ditempatnya. "Ah, tidak ada apa-apa. Sebaiknya aku mencari kamar lain saja." Nia memutar badannya menuju pintu sambil membawa kopernya. Abizar tersenyum melihat tingkah Nia. Abizar tahu Nia malu dan tidak mau sekamar dengannya. Sebelum Nia sampai keluar kamar, suara Abizar menghentikan langkahnya. "Tunggu !" laki-laki itu berjalan mendekat. "Bukankah suami istri itu harus tidur bersama." Kata Abizar setengah berbisik tepat di belakang Nia, membuat gadis itu merinding dan tanpa menoleh kebelakang Nia langsung pergi meninggalkan Abizar.
Abizar terkekeh sendiri setelah Nia pergi. Entah mengapa Abizar senang menikmati ekspresi wajah Nia yang sedang gugup dan juga malu-malu sehingga ia ingin terus menggoda istrinya itu.
Sementara itu, Nia yang sudah menemukan sebuah kamar, segera masuk dan mengunci pintu kamar itu dari dalam. Jantungnya masih berdebar-debar dengan apa yang telah Abizar lakukan. Memang benar yang dikatakan oleh pria yang kini sudah berstatus sebagai suaminya, tapi jujur Nia belum siap untuk menjadi istri yang sebenarnya. Bagaimana jika suaminya memaksa untuk melakukan itu ? Apakah dia sudah melakukan kesalahan dengan telah membantu Abizar ?.
Keesokan harinya. Bau harum khas masakan memenuhi seluruh ruangan saat Abizar keluar dari kamarnya. Dengan penampilan yang sudah rapi, Abizar melihat beberapa macam menu sarapan sudah tersedia, tidak lupa dilengkapi dengan segelas susu hangat.
"Duduklah. Aku tidak tau biasanya kau sarapan apa. Jadi aku masak beberapa macam makanan." Nia membawa menu terakhir buatannya dan duduk di depan Abizar.
Semalaman Nia tidak bisa tidur dengan nyenyak karena merasa takut Abizar akan melakukan sesuatu kepadanya. Ternyata ketakutannya hanya sia-sia saat hari mulai beranjak pagi dan tidak terjadi suatu apapun seperti yang dipikirkannya. Alhasil Nia bangun lebih pagi dan berniat untuk membuat sarapan.
"Kapan kau membeli bahan makanan ini ?" Abizar bertanya sebelum menyuap makanannya ke mulut. Seingat Abizar di apartemen ini tidak ada bahan makanan karena sudah lama tidak dia tempati.
"Tadi pagi. Tak jauh dari sini ada supermarket yang buka dua puluh empat jam. Jadi, aku belanja di sana." Terang Nia yang sudah sangat kenal dengan lokasi di sini karena dekat dengan tempatnya bekerja.
Enak !
Satu kata yang ada di pikiran Abizar saat ia mulai memakan makanan yang disajikan oleh Nia. Dengan sekejap Abizar menghabiskan sarapannya.
"Apa kau juga akan pergi bekerja hari ini ?" tanya Abizar. Nia mengangguk sambil mengunyah makanannya. "Ayo, sekalian aku antar ke butik." tawar Abizar yang kini sudah bersiap untuk pergi bekerja. "Tidak perlu. Aku jalan kaki saja. Lagi pula butik masih satu jam lagi baru buka." ujar Nia.
"Baiklah. Aku pergi dulu." pamit Abizar. Ia mengeluarkan dompetnya dan mengambil beberapa lembar uang ratusan memberikan kepada Nia. Wanita itu ingin menolaknya tapi Abizar lebih dulu berkata. "Jangan menolak. Ini sudah kewajiban ku untuk memberikan nafkah kepada mu." Setelah mengatakan itu, Abizar pergi meninggalkan ruang makan tanpa menunggu jawaban dari Nia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
YanS
Hihihi...Abi kasih uang cash setelah makan seperti bayar makan di resto...kasih ATM gitulah Bi, lebih terkesan keren
2025-01-02
0
Yani
Seru
2024-10-26
0
Bzaa
semangat otor 💪😘
2024-01-14
1