"Maaf, apa makanan di sini kurang enak ?" Nia bertanya kepada Abizar yang sejak tadi sepertinya hanya memainkan makanan di piringnya.
"Hah ?" Abizar baru sadar jika Nia sedang berbicara dengannya karena dia sedang memikirkan kata-kata ibunya di telpon tadi.
"Ah, tidak. Makanan disini enak." Abizar mengangguk sambil menyuap makanan ke mulutnya.
"Apa kau sering makan disini ?" Tanya Abizar untuk mengalihkan pikirannya.
"Tidak terlalu sering. Aku lebih suka masak makanan di rumah." Hampir setiap hari Nia selalu memasak makanannya sendiri karena Nia memiliki banyak waktu luang. Pekerjaannya sebagai seorang desainer di sebuah butik memang tidak terlalu sibuk.
"Kau bisa masak ?" tanya Abizar tak percaya. Sekarang ini sangat sulit menemukan gadis cantik yang bisa masak, apalagi mereka yang tinggal sendiri biasanya lebih suka membeli makanan di luar, seperti dirinya.
"Jika kau meragukan kemampuan ku, lain hari aku akan mentraktir mu makan di rumahku." ucap Nia sambil tertawa kecil karena pertanyaan Abizar seperti meremehkannya.
"Bu-bukan maksud ku .."
"Tidak apa-apa, aku tidak tersinggung. Wajar jika kau meremehkan ku, karena kau belum mengenal ku." potong Nia, tak sedikitpun tampak kemarahan di wajahnya.
Abizar tersenyum kaku, merasa tidak enak karena sudah kesekian kalinya ia salah bicara. Entah mengapa Abizar menjadi gugup saat berbicara dengan Nia, wanita yang baru dikenalnya.
"Sudah berapa lama kau tinggal di rumah mu ? Aku sangat bersyukur bertemu dengan mu malam itu dan tidak menyangka kita tinggal satu kompleks." lanjut Nia di sela-sela makannya. Nia adalah seorang yang ramah dan asik di ajak mengobrol. Selalu saja ada bahan untuk dibicarakan sehingga tak terasa sudah hampir dua jam mereka duduk di restoran.
Abizar melihat ponselnya yang berkedip menandakan adanya pesan masuk.
Bagaimana keputusanmu ? Perusahaan akan segera mengirimkan nama perwakilan.
Abizar menarik napasnya dalam setelah membaca pesan dari atasannya, kemudian dia mendongakkan kepalanya ke atas. Sebuah keputusan yang sulit, ini bahkan lebih sulit dari merancang sebuah mesin sebesar lapangan basket.
"Ada apa ?" tanya Nia melihat perubahan ekspresi di wajah Abizar.
"Hem ?" Abizar tersadar dari pikirannya mendengar pertanyaan Nia. Sejenak Abizar menatap kearah Nia.
"Sudah malam. Mari kita pulang." lanjut Abizar tanpa menjawab pertanyaan Nia.
Abizar memanggil pelayan untuk membayar makanan.
"Kembaliannya buat kamu !" Abizar memberikan dua lembar uang kepada pelayanan.
"Ini saja, mba !" Nia juga memberikan uangnya.
"Tapi, mba ..." pelayan itu bingung harus mengambil yang mana.
"Sudah, itu saja." potong Abizar sambil mengangkat tangannya menyuruh pelayan itu segera pergi.
"Seharusnya aku yang membayar karena aku yang mentraktir mu." Nia protes kepada Abizar yang membayar makanan tadi.
Abizar terus berjalan menuju ke parkiran tanpa menggubris protes dari Nia. Nia baru berhenti bicara saat Abizar membukakan pintu mobil dan menyuruh Nia masuk.
"Aku masih berhutang pada mu." ucap Nia setelah mereka duduk di dalam mobil.
"Aku ingin kau membantuku sebagai balasan karena aku telah membantu mu." Kata Abizar serius sambil menatap kearah Nia.
"Apa kau mau ?" lanjut Abizar.
"Tentu saja. Kau sudah banyak membantu ku dan aku akan membalasnya. Aku tak ingin berhutang budi pada mu." jawab Nia semangat.
"Jadi, kau mau aku membantu apa ?" tanya Nia.
"Nanti aku ceritakan." jawab Abizar sambil menjalankan mobilnya.
Saat ini Nia dan Abizar duduk di sebuah bangku taman. Mereka tidak langsung pulang ke rumah. Abizar ingin membicarakan hal yang penting kepada Nia.
"Baiklah, aku akan mencoba bicara pada ibumu." kata Nia setelah Abizar menceritakan sekilas masalah yang sedang dihadapinya saat ini.
"Kau tidak perlu bicara padanya." ucap Abizar.
"Lalu, bagaimana aku bisa membantu mu ?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Yani
Apa maunya Abizar ni ?
2024-08-06
0
Bzaa
otor alurnya slow nih jadi bikin aku penasaran 😉
2024-01-14
1
Mangga Besarraya
g sabaaar iih, lanjuttt
2023-07-06
1