“Sastri…”
Sastri yang hendak pergi mengikuti kedua orang tuanya harus berhenti lalu berbalik arah manatap wanita yang sedang tersenyum manis padanya.
“Ada apa Kamisha?” tanya Sastri sinis.
“Kamu mau kemana? Kita belum bicara banyak dan sangat susah untuk kita bertemu, bukan?”
“Aku rasa tidak ada yang perlu dibicarakan lagi dan maaf aku harus pergi sekarang.”
“Ayolah, Sas! Kita ini kan sahabat.”
“Sorry, aku lupa. Bye…”
Sastri meninggalkan tempat acara dengan perasaan campur aduk. Ia juga penasaran dengan sikap kedua orang tuanya. Terutama sang ibu setelah bertemu dengan wanita tadi.
“Siapa wanita tua tadi, Ma?” tanya Sastri ketika mereka berada dalam mobil.
“Itu tadi teman Mama. Kenapa?”
“Tidak ada.”
“Papa bicara apa saja sama Melik? Hati-hati, dia teman dekat Andrew.”
Sastri masih mencoba mengingatkan orang tuanya namun kedua orang tuanya seperti tidak ada di tempat.
Begitu sampai ke rumah, ia segera berganti pakaian lalu pergi meninggalkan kediaman orang tuanya bersama Bojo. “Ayo, kita butuh waktu berdua. Sudah lama kita tidak meghabiskan waktu bersama.” Saat keduanya tengah larut dalam alunan musik sembari menikmati macetnya jalan ibu kota. Suara dering ponsel tiba-tiba menghentikan keasyikan keduanya.
“Hallo, Mas.”
“Maaf, Non. Saya mengirimkan beberapa dokumen yang harus Nona periksa sekarang menyangkut Andrew dan Jo Group.”
“Kamu di mana?”
“Saya masih di kantor, Non.”
“Aku ke sana sekarang!”
Tut…
“Ayo, Bojo. Sudah saatnya kamu ke kantor sendiri.”
Satu jam waktu yang dibutuhkan Sastri untuk mencapai kantor yang biasanya bisa ditempuh dalam waktu 20 menit. “Malam, Pak.”
Sastri turun setelah menitipkan Bojo di pos satpam. Danu berada di mejanya dengan setumpuk dokumen.
“Malam, Mas. Bagaimana?”
Danu menyerahkan komputer lipatnya pada Sastri lalu menunjukkan apa yang sudah ia dapatkan. “Mas, kita bisa terkenal kalau mempublikasikan ini.”
“Nona saja, saya tidak ikut!”
“Tapi, bagaimana bisa Mas Danu mendapatkan ini?”
“Salah satu teman saya bekerja di PPATK. Tapi saya mohon sekali untuk tidak memberi tahu siapapun. Ini menyangkut hidup teman saya, Non.”
“Tenang, saya tidak seceroboh itu. Mas Danu,!”
Sastri menatap serius pada sekretaris ayahnya yang sudah bekerja cukup lama tersebut. “Aku minta tolong lagi ya? Tolong selidiki Jonathan.”
“Jonathan putra Tuan Joseph?”
“Iya. Aku merasa ada yang beda dengan pria itu.”
“Ada yang beda bagaimana? Apa Nona pernah bertemu dengan dia sebelumnya?”
“Iya begitulah. Jangan tanya lagi. Tolong bantu aku ya, Mas!”
Sastri kembali melihat semua data yang dia peroleh dari Danu. Semua data tersebut ia kirim ke akunnya termasuk profil pribadi milik pimpinan Jo Group.
“Mas, kita harus membuat aliran dana lain untuk mencegah Andrew masuk dalam inti perusahaan. Sangat berisiko jika nanti investasi yang dia tanam ternyata bermasalah, itu akan beroengaruh pada perusahaan.”
“Saya pikir juga begitu, Non. Tapi, bagaimana kita membicarakannya dengan Bapak?”
Begitu banyak informasi yang diperoleh Sastri dari teman Danu dan itu semua merupakan informasi penting yang sangat tidak mungkin ia dapatkan dengan mudah kecuali memakai jasa hacker. Sastri harus mengakui bahwa tidak mudah untuk menjatuhkan Jo Group tapi ia tetap optimis.
“Mas, apa bisa tanyakan pada teman Mas itu, boleh tidak tahanan mereka menerima kunjungan?”
“Nona mau mengunjungi siapa?”
“Adit.”
“Baik, nanti saya tanyakan.”
Malam sudah larut, Danu dan Sastri berjalan bersama meninggalkan kantor dengan kendaraan berbeda.
“Aku harus mulai dari mana untuk menjerat kalian?”
Sastri bertanya pada dirinya sendiri lalu ia melihat sekilas papan iklan raksasa yang menuliskan kata yang cukup familiar di telinganya.
“The One”
Sepertinya memang harus menggunakan cara lama yang membosankan. Sastri melihat penampilannya lalu menggelengkan kepala, “Kita tidak mungkin bisa masuk kalo begini.”
Sastri memasuki sebuah butik lalu membeli sebuah mini dress berwarna hitam. ia langsung memakai dress tersebut lalu melajukan mobil menuju The One.
Sastri menitipkan kandang Bojo di pos keamanan. Lalu ia melangkah memasuki The One dengan harapan bisa bertemu dengan siapa saja yang akan membuatnya menemukan semua jawaban.
“Hallo cantik, kamu cari siapa? Sini aku temani.” Tangan Sastri ditarik oleh laki-laki tidak dikenal.
Beberapa pria yan lain ikut mendatangi Sastri yang terlihat tenang walau dikerumuni oleh para pemabuk itu.
“Aku akan menemani kalian sampai puas kalau kalian berhasil berjoget di atas sana!” tantang Sastri.
Para pemabuk itu tentu saja tidak berpikir panjang. Padahal itu adalah kelab mewah yang biasanya dikunjungi oleh orang-orang berduit.
Dari sebuah meja di lantai atas, seorang pria tengah menikmati apa yang Sastri lakukan pada para pemabuk itu dengan seutas senyum di bibirnya.
“Wanita cerdas”
Ketika para pria pemabuk sedang berjoget ria, Sastri memilih pergi meninggalkan kelab tersebut. Ia tidak sanggup menahan diri jika terlalu lama harus berhadapan denganpara pria menjijikkan di dalam sana. Ia bahkan hampir memuntahkan isi perutnya saat tangan-tangan mereka menyentuhnya dengan bau alkohol yang sangat tajam.
Setelah mengambil Bojo dari pos satpam, ia kembali melajukan mobil menuju apartemennya. “Kita tidak berhasil, Bojo. Mungkin lain kali.”
Sastri menyadari satu hal bahwa ia sedang diikuti. Sastri semakin melaju kencang dan tujuannya kali ini adalah sebuah jembatan gantung yang belum selesai dikerjakan.
Sastri berhenti tiba-tiba saat mobil sudah berada di atas jembatan dan mobil dibelakangnya sudah tidak bisa mengelak. Dengan penuh marah, Sastri keluar dari mobilnya lalu berjalan menuju mobil tersebut. Kaca gelap membuat Sastri tidak bisa melihat siapa yang berada di dalamnya.
Beberapa foto berhasil Sastri ambil melalui ponselnya. Foto berisi plat nomor mobil tersebut lalu ia berdiri tepat di depan mobil tersebut seraya berkacak pinggang dengan sebelah tangannya memberikan isyarat supaya si pemilik mobil untuk turun.
Si empunya mobil bertahan dengan mesin tetap menyala lalu dengan cepat mobil mundur dan memutar meninggalkan Sastri yang masih penasaran dengan sosok pengemudi mobil tersebut.
“Pengecut”
Satri kembali ke apartement dengan perasaan gelisah serta waspada.
“Mas, bisa tolong carikan pemilik plat mobil itu?”
“Baik, Non.”
“Terima kasih.”
Setelah meminta mengirim pesan pada Danu, ia meninggalkan area parkir dengan perasaan waspada sambil sesekali melirik ke belakang untuk memastikan jika dia tidak diikuti.
“Hidup kita kenapa jadi berubah horor begini ya Bojo?”
Sastri terus berbicara pada anjingnya sampai lift berhenti. Di dalam sebuah mobil, seorang pria kembali teringat akan gadis yang membuatnya penasaran. Gadis yang membuatnya berpikir keras mencari celah untuk mengenalnya namun sayang, ia belum mampu tampil secara jantan di hadapan gadis tersebut.
“Aku terlalu pengecut untuk menemuimu saat ini. Tunggulah, aku akan datang di saat yang tepat!”
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
MyLoveis060592
siapa lagi itu😭😭😭😭
2022-06-02
1
Reenyy Yuny Setianie
penasaran
2022-06-01
1
Mama Oya
siapa yah???tebak2an lg...aku nebak Adit yah mbak ?
2022-06-01
1