Bab. 2 Dokter San (REVISI)

Sastri mendapat kiriman paket yang berisi tas dan ponselnya. Tas dan ponselnya memang tertinggal di rumah Delia saat ia sedang mencoba berbagai gaun yang Delia siapkan. Sastri langsung menghubungi kedua orang tuanya setelah menerima paket tersebut.

“Sayang.... apa yang terjadi? Kenapa kamu tidak menghubungi kami?” pertanyaan demi pertanyaan terus keluar dari mulut sang ibu.

“Sastri-“

Sastri langsung memberikan kode dengan meletakkan jari telunjuk di bibirnya pada dokter dan perawat yang akan memeriksanya.

“Nak, apa yang terjadi? Kamu di mana? Siapa di belakang kamu?”

“Ma, tenanglah! Aku baik-baik saja. Aku lagi healing sama teman-temanku.”

“Wisudamu bagaimana? Kenapa kamu tidak datang? Terus kapan kamu pulang?”

“Nanti aku jelaskan kalau sudah pulang.”

“Kapan kamu pulang?”

“Segera, Ma. Udah ya, Ma. Salam buat Papa!”

Tuttt…

“Kapan saya bisa pulang, Dokter?” tanya Sastri seraya meletakkan ponselnya.

“Tiga hari lagi tapi untuk terapi sebaiknya kamu lanjutkan jika kamu masih kesulitan tidur.”

“Bagaimana pemeriksaan organ intim saya, Dokter?”

“Dari hasil laboratorium belum menunjukkan sesuatu yang berbahaya. Tapi, tetap saja kami sudah memberikan berbagai obat serta suntikan untuk mencegah masalah dikemudian hari seperti yang kamu minta.”

“Bagus. Saya tidak mau ada janin atau penyakit kelamin yang masuk ke rahim saya.”

Sastri manatap dingin dengan sorot mata penuh kebencian. Setelah mendengar keterangan yang disampaikan oleh polisi. Sastri semakin yakin jika kejadian yang menimpanya memang disengaja. Setelah melewati hampir satu minggu di rumah sakit, Sastri akhirnya kembali ke rumah dan tentu saja ia harus menghadapi berbagai pertanyaan dari sang mama walaupun penuh dengan kebohongan.

Sebelum kembali ke Indonesia, Sastri harus mengambil beberapa berkas di kampusnya. Ia harus kuat menatap setiap mata dosen yang diliputi rasa kecewa yang teramat dalam padanya. Namun, ia juga tidak mampu mengatakan apa yang terjadi hingga dia memilih untuk menangis di kamar mandi kampus.

Saat berjalan di sebuah lorong menuju apartemennya, ia tidak sengaja bertemu dengan seekor anak anjing yang tergelatak di dekat tempat sampah. Keduanya saling menatap seakan sedang mengatakan hal yang sama, “Nasib kita tidak jauh berbeda”

Sastri membawa anak anjing tersebut ke sebuah klinik lalu setelah berbincang sesaat dengan dokter mengenai kondisi anak anjing tersebut. Sastri memutuskan untuk mengadopsi juga memberi nama anak anjing itu dengan nama ‘Bojo’.

“Ayo, saatnya kita pulang ke rumah!”

Indonesia…

Sastri pulang ke Indonesia bersama kedua orang tua serta Bojo. Hal pertama yang membuat Sastri bertambah sakit hati adalah ketika mereka hendak keluar dari area bandara. Sebuah papan iklan besar terpajang dengan menampilkan sosok Wanita muda dengan senyum merekah. Ya, wanita itu adalah Kamisha yang baru diumumkan menjadi CEO PH Entertaiment menggantikan ayahnya. Mobil melaju hingga keluar jalan tol dan lagi-lagi Sastri melihat papan iklan yang sama tapi berbeda perusahaan.

“SELAMAT KEPADA NONA DELIA SEBAGAI PIMPINAN STAR AGENCY SELANJUTNYA”

Ucapan selamat tersebut lengkap dengan foto Delia yang juga tersenyum penuh kebahagian. Berbanding terbalik dengan kenyataan yan harus Sastri terima dari perbuatan mereka.

“Setelah menjebakku kalian justru tertawa Bahagia di sini”

Sastri hanya bisa membatin tatkala melihat berbagai papan ucapan selamat untuk Kamisha dan Delia dari beberapa orang berpengaruh serta para selebritis terkenal.

Hari-hari Sastri setelah kembali ke Indonesia tidak berubah sampai sebulan penuh. Ia lebih banyak diam sambil bermain dengan Bojo di kamarnya. Kedua orang tuanya menatap bingung pada sang putri tunggal yang terlihat berbeda dari biasanya.

“Ada apa dengan putri kita, Pa? Kenapa sikapnya banyak berubah?”

Keluhan-keluhan terus terdengar dari mulut sang ibu yang tampak khawatir dengan perubahan Sastri. Sastri yang biasanya ceria kini lebih banyak diam.

“Mama juga ngerasa kalua dia sering menangis. Lihat saja matanya saat bangun tidur.”

“Mungkin dia lelah, Ma. Mama kan tahu sendiri kalua dia mati-matian belajar untuk lulus dan mendapat predikat terbaik dari angkatannya. Jadi biarkan saja dulu dia menghabiskan waktu untuk bermain.”

“Tapi, Pa-“

Bapak Mahardika mengangkat tangannya pertanda pembicaraan mereka harus diakhiri. Setelah menyelesaikan sarapan pagi, kedua suami istri tersebut meninggalkan rumah dengan kegiatan masing-masing. Saat itulah waktu yang digunakan Sastri untuk turun dari rumah tanpa harus menjawab pertanyaan dari mamanya.

“Tumben Non, jam segini udah rapi?”

“Hm..”

Sastri pergi ke apotik untuk membeli obat yang kemarin diresepkan padanya waktu di Amerika.

“Ada resep, Kak?” tanya seorang apoteker.

“Dokter hanya memberikan ini.” Jawab Sastri sekenanya.

“Maaf, Kak. Kami tidak bisa memberikan obat ini tanpa resep dari dokter.”

Sastri menghela nafasnya lalu mengambil sampel kemudian mencari apotik yang lebih besar lagi. Sesampai di sana, lagi-lagi ia ditolak dengan alas an yang sama.

“Jadi saya harus bagaimana? Masa harus kembali ke Amerika untuk mendapatkan obat saja.”

Sastri hampir hilang kesabaran. Sudah dua malam ia tidak bisa tidur tanpa obat itu.

“Kakak bisa mendapatkan obat ini kalau kakak menjalani pengobatan yang sama seperti waktu kakak di Amerika. Maaf kalau boleh tahu, kakak menjalani pengobatan di bagian apa? Siapa tahu saya bisa membantu menemukan dokter yang sesuai dengan kebutuhan Kakak.”

Sastri menatap ragu namun untuk mendapatkan ketenangan, dia membutuhkan obat itu melebihi kebutuhan pokok. Lalu, Sastri menjelaskan jenis pengobatan apa yang ia jalani hingga mengharuskannya meminum obat tersebut. Walaupun sedikit risih tapi Sastri berusaha untuk memendam semua perasaan tidak nyamannya saat itu.

“Ini ada beberapa klinik yang sesuai dengan kebutuhan Kakak. Silakan langsung hubungi ke nomer tersebut!”

Sastri mengangguk kecil lalu meninggalkan apotek tersebut. Dia segera menghubungi nomer yang ada di kartu nama tersebut. Sastri langsung mendaftar hari itu juga. Ia tidak kuat jika harus menahan sesak kala malam gara-gara kesulitan bernafas akibat bermimpi tentang para manusia terkutuk itu lagi.

Dokter perempuan bernama San tersebut tersenyum saat melihat Sastri datang pertama kali dengan sikap acuh dan terkesan sombong. Bagi dokter San yang sudah bertemu dengan banyaknya pasien dengan kasus beragam membuat Dokter San hanya tersenyum hangat.

“Selamat datang. Silakan duduk!”

Sastri duduk di sofa tepat di depan dokter San. Hari pertama bertemu, Sastri belum membuka masalah yang menimpanya pada Dokter San. Sastri belum percaya pada dokter itu dan Dokter San sendiri mengetahui apa yang dipikirkan oleh pasien barunya itu.

“Saya sulit tidur jadi tolong resepkan obat ini untuk saya!”

Dokter San mengambil botol obat tersebut lalu melihat dengan saksama. “Boleh saya tahu nama dokter yang menangani kamu sebelumnya?”

“Melihat dari botolnya, obat ini tidak dikeluarkan di sini.” Lanjut Dokter San.

“Itu dari dokter saya di Amerika.”

Dokter San melihat pasien barunya terlihat tidak tenang dan nyaman hingga ia mengakhiri sesi pertama mereka dengan meresepkan obat yang seperti Sastri butuhkan. Namun, Dokter San tidak bodoh. Dia meresepkan obat itu hanya untuk tiga hari pemakaian. Sastri menukar resep tersebut di apotik dan betapa kesalnya dia saat melihat jumlah obat yang diberikan sangat sedikit.

“Dasar dokter matre. Tapi kenapa banyak sekali pasiennya? Kliniknya juga mendapat bintang lima. Benar-benar gak jelas ini dokter.”

Obat habis dan mau tidak mau Sastri harus kembali membuat janji ke klinik Dokter San lagi. Datang untuk kedua kalinya, Sastri langsung protes mengenai jumlah obat yang diberikan oleh Dokter San.

“Saya harus melihat perkembangan kamu, tidak bisa saya memberikan obat dalam jumlah besar secara terus menerus. Dan kamu tahu atau tidak, kalau obat yang kamu minum itu adalah obat penenang dosis tinggi setara mengonsumsi morfin. Ada efek samping dari semua zat kimia yang masuk ke tubuh kamu suatu saat nanti.”

“Apapun yang kamu alami, sepahit apapun itu. Obat bukan jalan terakhir. Masih banyak jalan menuju roma. Tidak ada yang tidak mungkin. Asalkan kamu mau. Apa kamu selemah itu untuk menyerah pada mimpi-mimpi buruk yang selalu mengganggumu? Apa kamu akan membiarkan orang yang menyakitimu bahagia sementara kamu tersiksa sendiri di sini bersama obat-obatan laknat ini?”

Deg…

“Dokter tahu dari mana jika saya disakiti orang?”

Dokter San tersenyum kecil, “Bukan kamu saja yang jadi pasien saya. Kasus mereka bahkan lebih menyedihkan tapi mereka tetap kuat. Tinggal bagaimana kamu mengelola rasa marah, benci menjadi sebuah keuntungan yang akan membuat kamu kuat menghadapi siapa saja yang menyakitimu.”

Untuk pertama kalinya dia mendengar luapan penuh penekanan dari seorang dokter. Sewaktu di Amerika, dokter yang menanganinya tidak selantang ini dalam meluapkan perasaannya. Dokter ini terlalu jujur dalam bersikap menurut Sastri. Setelah terapi hari itu, Sastri semakin rajin untuk menemui Dokter San secara diam-diam. Kedua orang tuanya bahkan tidak pernah tahu kegiatannya diluar rumah. Rambut yang dulu Panjang sepunggung kini dipangkas sebahu dengan warna cokelat terang. Setiap hari dia Latihan dan seminggu sekali menjalani terapi di klinik Dokter San.

Hari berganti hingga tanpa terasa sudah empat bulan dia menjalani rutinitas yang membuat kedua orang tuanya geleng-geleng kepala. Bagaimana tidak frustasi jika anak yang diharapkan menjadi penerus perusahaan malah asyik berlatih bela diri. Badan Sastri semakin berotot selama berlatih. Obat-obatan yang selama ini dia konsumsi semakin jarang diminum. Dosis yang diberikan Dokter San juga sudah menuruh dari sebelumnya.

Tok…tok…

“Nak, Papa masuk ya?”

Sastri tengah bermain bersama Bojo saat papanya masuk dengan membawa sebuah dokumen.

“Nak, tolong kamu periksa laporan keuangan perusahaan kita. Papa hanya ingin memastikan saja.”

“Kenapa, Pa?” tanya Sastri penasaran.

“Tidak ada. Papa hanya tidak mau kecolongan. Kamu anak Papa jadi tidak mungkin mengkhianati Papa, bukan?”

“Ujung tombak perusahaan itu ada di keuangan. Jika keuangannya tidak beres maka yang lain juga akan oleng. Belum lagi manajemen yang tidak professional serta pemimpin yang tidak jujur.” Lanjut Bapak Mahardika.

“Kenapa Papa cerita sama aku?”

“Hanya ingin kamu tahu. Siapa tahu suatu saat kamu akan memimpin perusahaan menggantikan Papa. Jangan pernah percaya sepenuhnya pada siapapun kecuali dirimu sendiri. Dunia ini kejam dan jahat, Nak.”

“Periksalah! Hubungi nomer ini jika kamu ada pertanyaan.”

Begitu papanya keluar, Sastri segera memeriksa laporan keuangan tersebut. Sesekali ia juga bertanya pada si pemilik nomer yang papanya  berikan tadi. Dia adalah Arif, sekretaris yang juga merangkap asisten yang sudah bekerja bahkan sebelum ia lulus kuliah.

Secara tidak terduga, analisis data keuangan yang diminta oleh papanya menjadi stimulus bagi otaknya hingga Sastri menyadari apa yang harus ia persiapkan untuk membalaskan dendam pada Jonathan cs. Akhirnya, setelah berpikir cukup keras, Sastri memilih memulai dendamnya dengan mengirim lamaran pekerjaan di sebuah perusahaan besar di Singapura. Lulusan terbaik dengan IQ 190 membuat Sastri dengan mudah menemukan pekerjaan. Ia langsung dipanggil untuk wawancara setelah menunggu selama tiga hari setelah lamaran ia kirim melalui internet.

Selama enam bulan, ia sudah menguasai seluk beluk perusahaan dan setelah itu ia memilih memundurkan diri. Sastri kembali melamar pekerjaan di sebuah perusahaan lain dan hal yang sama juga kembali terjadi. Dia diterima dan bekerja hanya sampai enam bulan.

“Tunggu pembalasanku!”

***

Terpopuler

Comments

Nana

Nana

Kak Rani, lanjutannya mana aku penasaran kak. Salam dari Nana kak, dari grup penulis pemula 01 😂

2022-05-17

2

Reenyy Yuny Setianie

Reenyy Yuny Setianie

up dong kak

2022-05-16

1

Nona_Sulung

Nona_Sulung

halo kakak. aku mampir lagi niih.
semangat menulisnyaa

2022-05-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!