Andrew...

“Cih…kau baru datang sekarang. Apa pentingnya semalam sampai kau mengabaikan pesanku?” Delia mengungkapkan kekesalannya pada Adit yang baru tiba di kantor Delia setelah menghabiskan waktu bersama Sastri hingga sarapan pagi bersama.

“Ada perlu apa kau menghubungiku semalam?”

“Bagaimana dengan wanita bernama Lisa? Apa kau berhasil mengubah keputusannya atau kau justru berhasil menidurinya?” sindir Delia.

“Dia tetap tidak mau.”

“Sepertinya kau kurang agresif memintanya. Apa aku harus menyuruh Melik? Mana fotonya? Biar ini jadi urusan Melik. Dan mulai sekarang berhenti menghubungi dia dan fokus pada Melisa. Dia akan segera memulai turnya lagi. Dan PH Entertaiment juga sedang dalam masalah. Aku butuh wanita itu secepatnya. Mana fotonya? Apa kau berhasil menemukan alamatnya?”

Adit mengambil ponsel lalu memperlihatkan foto seorang wanita yang sedang tertidur. Beberapa anak rambut berwarna coklat terang berhasil menutupi wajah Sastri hingga Delia tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas.

“Cih…. Kau berhasil menidurinya? Hanya ini?”

Delia mulai kesal karena semua hasil jepretan Adit tidak ada yang bagus sehingga Delia tidak bisa mengenali wajah Sastri.

“Alamatnya?” tanya Delia kembali.

“Tidak ada. Hanya ada beberapa uang dalam dompetnya.”

“Kartu kredit?”

“Tidak ada.”

“Siapa wanita ini? Kenapa dia sangat misterius?”

“Aku takutnya kita berurusan dengan orang salah. Dan bisa-bisa kita kena imbasnya nanti.”

“Maksudmu?” tanya Delia penasaran.

“Kita tidak tahu dia siapa bagaimana mau mengajak dia mengurus masalah di sini. Yang ada kita bisa berakhir di bui kalau salah memilih orang.

Delia kembali melihat wajah wanita yang sedang tertidur itu dengan pikiran melayang, “Seperti pernah lihat, tapi di mana?” Delia bergumam seraya memandang foto Sastri.

Sementara di sebuah ruangan, Sastri tengah tersenyum sendiri mengingat bagaimana saat ia harus berpura-pura tidur saat Adit memotret dan melihat isi tasnya. Sastri yang sudah memprediksikan semua dari awal tidak terkejut lagi saat meyadari jika ia sudah masuk dalam permainan Adit. Adit sendiri tanpa sadar sudah masuk dalam permainan yang ia buat.

"Kita sungguh pemain handal.”

“Sastri, bagaimana?”

“Dapat, Pak.”

“Bagus. Sebentar lagi kita rapat.”

Rapat kembali di mulai dengan agenda menghubungkan keterkaitan antara PH Entertaiment, Star Agency, Melik, Melisa dan Adit. Berdasarkan informasi yang di dapat Sastri dari Adit menyebutkan jika PH Entertaiment merupakan tempat pertama para calon artis menempuh pendidikan tentang akting dan tempat pencari bakat seperti menyanyi. Setelah lulus, mereka akan dinaungi oleh Star Agency hingga sukses di bidang masing-masing.

“Apa maksudnya Yayasan Talent milik PH Entertaiment?” tanya seorang kolega Sastri.

“Iya. Yayasan selalu menjadi pilihan untuk para investor melakukan tindakan pencucian uang. Tapi bagaiman kita bisa mengusutnya?”Semua mata memandang ke arah Pak Wisnu selaku ketua tim.

“Jangan lupa mereka punya pengacara 50 M dan itu susah sekali ditembus. Bisa-bisa kita yang masuk bui. Lihat saja Melisa! Kekuatan uang dalam sekejab bisa membebaskannya.

“Jadi bagaimana dengan Adit, Pak? Dari apa yang dia lakukan pada saya jelas sekali kalau dia sedang menyelidiki siapa saya.”

“Tepat, saya rasa Sastri tidak perlu lagi bertemu Adit, Pak. Terlalu berisiko untuk Sastri dan tim,” jawab Arif.

“Terus bagaimana kalau dia menghubungi? Dia semakin curiga apalagi dengan saat melihat isi tasmu kemarin.”

“Baiklah, untuk masalah Adit. Saya rasa sudah cukup. Kita bisa minta bantuan tim cyber untuk mencari lebih jauh.

Dreetttt….

“Hari baru, Investor baru. Ganteng kan?”

Sastri menatap fot itu sekilas dan tiba-tiba matanya berhenti pada satu sosok yang ia sangat kenal.

“Andrew”

Sastri yang sedang mengikuti rapat mulai tidak tenang begitu melihat foto yang ayahnya kirimkan. Ia sampai memperbesar foto tersebut untuk melihat lebih jauh dengan harapan bahwa dia salah lihat namun hasilnya tetap sama. Dia adalah Andrew, teman Jonathan dan Melik yang berada pada malam kelamnya.

Setelah rapat berakhir, Sastri langsung menuju ke tangga darurat untuk menghubungi ayahnya. Namun, sang ayah justru tidak mengangkat teleponnya. Ia kemudian menelepon sang ibu.

“Hallo, Sayang. Ada apa kamu telepon? Tidak biasanya.”

“Mama lagi di mana? Papa mana?” tanya Sastri panik membuat mamanya ikut panik.

“Ada apa? Apa ada masalah? Kamu jangan buat Mama takut.”

Mendengar itu, Sastri mencoba meredakan kepanikannya. Ia menarik nafas berkali-kali lalu mulai bertanya kembali pada sang ibu.

“Barusan Papa kirimin aku foto Papa lagi sama para investor baru. Aku mau telepon Papa tapi tidak diangkat. Makanya, aku tanya sama Mama.”

“Ouh…Mama pikir apa. Kamu ah, nikin panik orang tua saja. Papa lagi di kantor karenaada pertemuan dengan para investr dari luar negeri. Mama lagi di rumah, sebentar lagi mau ke salon, apa kamu mau ikut?”

“Tidak, udah ya Ma. Bye!”

Tutttttt…

Sastri kembali menghubungi sang ayah namun tetap tidak diangkat, “Bagaimana Andrew bisa jadi investor di perusahaan Papa? Apa yang terjadi? Tidak mungkin mereka tidak kenal ayahku karena Delia dan Kamisha juga mengenal mereka. Apa yang mereka rencanakan sebenarnya?”

Ting…

“Apa kita bisa ketemu?”

Adit kembali mengirim pesan untuk Sastri di ponsel yang lain. Sastri lupa mematikan ponsel tersebut dan tidak mungkin lagi jika dia mematikan ponsel itu saat ini.

“Untuk sekarang saya belum bisa, Mas. Lagi ada beberapa urusan yang mesti saya siapkan. Maaf…”

“Kenapa mendadak?”

“Tidak mendadak, Mas. Hanya saja harus diselesaikan secepat mungkin supaya saya bisa libur panjang.”

“Kamu mau berlibur lagi? Kemana? Apa aku boleh ikut?”

“Boleh kok, Mas. Ya sudah, saya mesti pergi sekarang. sampai jumpa.”

Sastri meninggalkan ponsel itu di dalam laci meja lalu kembali menghubungi sang ayah.

“Hallo, Pa. kenapa papa tidak mengangkat teleponku?”

“Ada apa? Kenapa tiba-tiba kamu menelepon Papa? Tidak seperti biasanya.”

“Papa di mana sekarang? Dan, sejak kapan Papa menerima investor dari luar negeri?”

“Kita bicara nanti saja di rumah. Papa masih ada rapat.”

Tutttt….

Sastri hanya bisa melongo menerima tingkah papanya yang sok cuek tersebut. Ia kembali menerka-nerka maksud dan tujuan Andrew menjadi investor di perusahaan papanya. Ia bahkan sampai menghubungi teman-temannya satu angkatan yang satu jurusan dengan Andrew saat di Amerika dulu. Sastri memang berpacaran dengan  Jonathan tapi Sastri tidak pernah mau tahu tentang seluk beluk keluarga Jonathan ataupun teman-teman dari Jonathan.

Ia tidak pernah manaruh kecurigaan pada mereka karena selama ia berpacaran dengan Jonathan, mereka tidak pernah aneh-aneh.

Sebuah surat eloktronik masuk ke akun Sastri dari seorang teman yang mengenal Andrew. Dari cerita temannya itu, Sastri mengetahui jika perusahaan ayah Andrew sudah lama diakuisisi oleh JO Group. Tidak ada yang tahu tentang pimpinan JO Group, hanya segelintir berita yang mengatakan jika JO Group dipimpin oleh seorang diktator tua.

“Apa hubungan JO Group dengan Andrew? Dan kenapa harus perusahaan Papa?

***

Terpopuler

Comments

Aida Fitriah

Aida Fitriah

cerita yg ga busa di tebak🤔🤔🤔🤔🤔

2022-05-31

1

Hary Nengsih

Hary Nengsih

Masi teka teki,,lanjut tour

2022-05-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!