Beach Club...

Sebuah penginapan di dekat Beach Club menjadi pilihan Sastri dalam menjalankan misinya walau harganya lumayang menguras dompet asalkan tujuannya terpenuhi. Sastri harus menuntaskan teka-teki ini secepatnya sebelum sesuatu yang lebih besar menimpa orang tuanya. Menjelang sore, Adit sudah tiba di sana dan langsung menemui Sastri yang tengah berjalan menikamati indahnya pantai di sore hari.

“Andai kamu ada di sini, Bojo. Aku sangat merindukanmu!”

“Aku juga sangat merindukanmu.”

Deg…

Sastri menatap sosok disampingnya yang cukup tampan sekelas laki-laki misterius seperti Adit. Semua yang dipakai menunjukkan kekuatan seorang pria dalam hal finansial. Dan Adit berada di level yang cukup tinggi. Dari jam tangan, sepatu, baju serta ikat pinggang saja sudah dipastikan itu asli dan tidak murah.

Sastri memang tidak menekuni dunia fashion tapi dia bukan orang bodoh yang tidak tahu tentang itu. Sebelum malam kelam itu, dia adalah penyuka fashion tapi hanya sekedar suka. Kalaupun dia membeli, dia akan membeli sesuai yang ia butuhkan bukan yang ia inginkan. Itu mengapa, kedua orang tuanya sangat percaya dengan kemampuan sang anak dalam mengatur keuangan ketika dia hidup sendiri di Amerika.

“Hei, kenapa melamun? Aku tampan ya?”

“Lumayan,”

“Wow, lumayan. Baru kali ini aku mendengar jawaban lumayan dari seorang wanita.”

“Mau Mas apa?”

“Aku merindukanmu.”

Adit kembali melancarkan serangan dengan mendekati Sastri lalu dengan cepat ia menarik pinggang Sastri hingga jarak keduanya benar-benar terkikis habis. “Mas sudah menemukan pengacaranya? Apa saya bisa menghubunginya sekarang?”

“Tidak perlu buru-buru. Kamu juga tidak perlu menghubunginya karena ada di sini. Kamu berhasil menggodaku dengan penampilan cantikmu.”

Sastri memang sangat cantik menggunakan maxi dress tampa lengan dengan motif bunga-bunga berwana pink lembut dengan sedikit menerawang dibagian bawah.

“Mas, saya serius dan saya lagi butuh sekali konsultasi dengan pengacara. Bisa tolong saya sekarang?”

“Aku sudah menghubunginya dan dia bilang akan menemui kita sekitar jam 11 malam nanti di sana.” Adit berkata seraya menunjuk ke arah Beach club.

“Di sana? Dekat dong sama penginapan aku? Itu!”

Cup…

Adit berhasil mencium sekilas bibir Sastri saat memalingkan wajahnya. “Curang”

Sastri berjalan meninggalkan Adit setelah melepaskan pelukan Adit di pingganganya. “Mau kemana Nona? Boleh saya temani?” gurauan Adit sembari mengikuti langkah Sastri hingga sampai di sebuah café.

“Oke, aku minta maaf karena menciummu tanpa izin. Sekarang aku mau bicara serius, sebenarnya apa yang mau kamu konsultasikan ke Bang Bonar?”

“Bang Bonar? Maksud Mas, pengacara yang akan kita temui itu Bang Bonar? Aduh, kenapa dia sih Mas? Dia itu pengacara 50 M. Aku tidak punya uang segitu banyak. Batalkan saja kalau begitu.”

“Hei…tenang! Kita cuma mau tanya-tanya saja kan? Tidak perlu 50 M kok. Aku pastikan dia tidak akan meminta bayaran. Kalau cuma sekedar tanya, dia itu tidak pelit ilmu kok. Dia sebenarnya baik cuma imej aja yang kesannya semua perlu bayar kalau berhubungan sama dia. Padahal tidak.”

“No free lunch! Tidak ada yang gratis di dunia ini, Mas.”

“Kamu bayarnya ke aku aja. Bayar pakai cinta.”

“Modus.”

“Serius.”

“Tidak semudah itu.”

“Kita permudah.”

“Oh…tuhan.”

“Jadikan dia milikku, amin..”

“Mas, saya belum ingin menjalin hubungan dengan siapapun saat ini.”

“Aku tahu dan aku tidak memaksa.”

“Terus yang selalu Mas lakukan padaku itu apa?”

“Tidak ada. apa kamu terbawa perasaan dengan itu?”

“Oh tidak mungkin.”

“Baguslah, jadi tidak masalah kan kalau aku menciummu lagi?”

“Tidak,”

“Tidak berarti boleh?”

“Eh, maksudku. Masalah. Udah lah, capek tahu berdebat dengan Mas Adit.”

Hari sudah mulai gelap, keduanya berpisah untuk mempersiapka diri menemui Bang Bonar nanti malam. Sastri tidak terlalu peduli dengan penampilan karena dia akan tampir sederhana dengan bantuan barang-barang pendukung milik ibunya. Ia yakin penampilannya tidak akan kalah jauh dengan pengunjung yang lain.

Di sela-sela waktu menunggu jam 11 malam seperti yang sudah dijanjikan sebelumnya, Sastri kembali menggali informasi dari berbagai sumber untuk menyelediki Andrew. Sastri yang memiliki akses ke perusahaan ayahnya mulai mencari berbagai kemungkinan yang akan berdampak pada perusahaan ayahnya dikemudian hari.

Sastri yang tidak mau ikut campur dalam urusan perusahaan akhirnya memilih melakukan itu secara diam-diam tanpa sepengetahuan ayahnya.

“Tolong rahasiakan dari Papa, ya Mas?”

“Baik, Non.”

Sastri mengakhiri panggilan telepon dengan sekretaris ayahnya begitu mendengar suara ketukan pintu kamar.

Adit begitu terpesona dengan penampilan Sastri yang begitu berbeda malam ini. Sastri menggunakan midi dress tanpa lengan berbahan brokat dengan warna peach yang membuat Sastri terlihat elegan. Belahan berbentuk v semakin memperindah penampilannya ditambah dengan sebuah kalung berlian cantik sehingga penampilan Sastri terkesan mewah.

“Wow, kamu sangat cantik malam ini.”

“Anda orang kesekian yang berkata seperti itu,” seloroh Sastri diiringi tawa kecil lalu keduanya segera menuju tempat berlansungnya pesta Bang Bonar.

Adit yang menggunakan pakaian kasual didampingi oleh Sastri tentu saja menarik setiap mata pengunjung apalagi bagi mereka yang mengenal Adit.

“Malam, Bang.”

“Adit…dan ini?"

“Lisa, yang aku ceritakan tadi.”

Sastri menerima uluran tangan dari Bang Bonar dan tentu saja sorot matanya langsung manatap dari bawah sampai atas. Bang Bonar membawa mereka ke sebuah ruang khusus yang jauh dari hiruk pikuk pesta.

“Adit bilang kalau kamu ingin berkonsultasi. Kamu punya masalah apa? Coba ceritakan!”

“Saya ingin tahu bagaimana pandangan hukum jika kita ingin membatalkan investasi seseorang?”

“Em, kamu punya perusahaan?”

“Tidak, tapi akan.”

“Wow, berarti kamu calon klien saya selanjutnya ya?”

“Bisa jadi.”

“Begini, setiap perusahaan itu ada perjanjian dengan para investor. Bukan hanya soal keuntungan tapi juga soal pembatalan atau semacamnya. Nah, ini yang perlu kamu perhatikan dengan seksama jika ingin membuat perjanjian dengan investor.”

Penjelasan demi penjelasan yang diberikan oleh Bang Bonar cukup berguna untuk Sastri yang belum pernah berkecimpung dalam duna bisnis. Selama ini, dia hanya berkecimpung dalam bidang keuangan.

"Perusahaan apa yang ingin kau bangun?” tanya Bang Bonar setelah memberika berbagai masukan untuk Sastri.

“Saya masih melakukan riset, Bang.”

“Jadi bagaimana kamu bertemu dengan si Adit?”

“Dia yang ikut tertangkap dulu, Bang.”

“Oh, kasus Melisa?”

“Em…”

“Adit bilang kamu pernah bekerja di dunia agensi luar negeri. Berarti kamu punya pengalaman di dunia hiburan. Kenapa tidak bergabung dengan Star Agency? Mereka sedang mencari orang berbakat seperti kamu.”

“Saya ingin jadi pemimpin di perusahaan sendiri, Bang.”

“Bagus, jadi babu memang tidak enak.”

“Kalian berpacaran?”

“Sedang proses, Bang.” jawab Adit cepat.

“Bagus, Adit bisa menjadi investor pertama di perusahaanmu nanti. Dia itu kaya raya, kamu tidak perlu takut pacaran sama dia.”

“Bang…jangan buka aib! Ayo, Sayang. Lama-lama, dia bisa buka kartu aku.”

Setelah mengucapkan terima kasih, Sastri pergi meninggalkan Bang Bonar yang kembali melanjutkan pestanya bersama beberapa gadis seksi. Sementara, Sastri menatap serius pada pria yang sedang berjalan di sampingnya.

“Jangan menatapku jika tidak ingin aku cium.”

***

 

 

Terpopuler

Comments

MyLoveis060592

MyLoveis060592

Adit itu holkay yaw sodaranya Jonathan mungkin🤣🤣🤣

2022-06-02

1

Aida Fitriah

Aida Fitriah

cerita yg keren & bikin penasaran😏😏😏😏

2022-06-01

1

vidyaEng

vidyaEng

adit who are you???
makin penasaran kak zur

2022-06-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!