Ternyata CEO...

“Kenapa? Apa Mas penasaran karena tidak menemukan apapun dalam tas saya?”

Glek…

Adit terciduk, Sastri berjalan mendekati Adit. “Apa yang Mas ingin tahu dari saya?” mata keduanya bertemu. Sebelah tangan Sastri menarik kerah kemeja Adit yang membuat wajah Adit semakin dekat dengan wajahnya.

“Seperti yang Mas rasakan, saya juga tidak pernah mempercayai orang baru semudah itu.”

Merasa ditantang, tangan Adit langsung menarik pinggang Sastri yang membuat dada keduanya bertabrakan. “Apa yang ingin kamu ketahui tentangku?”

Kilasan malam kelam itu kembali terlintas namun ia mencoba untuk menahan diri lebih lama berada dalam dekapan Adit. “Apa yang membuatmu tertarik denganku?”

“Semua tentangmu. Kenapa? Apa kau sedang bersembunyi? Mas…”

Adit semakin menekan pinggangnya, aku bukan laki-laki bodoh di luar sana yang mudah kau permainkan, Lisa.”

“Aku tidak mempermainkanmu, Mas. Hanya saja kamu terlalu nyaman didekatku.”

Gleg…

Sorotan mata Sastri kini berubah seperti menyiratkan kebencian pada laki-laki yang sekarang bersamanya. “Apa kamu tipe pemaksa, Mas? Jangan jadi pecundang dengan bertindak berlebihan seperti ini. Kamu hanya akan mempermalukan diri kamu sendiri. Dan jangan paksa aku berbuat sesuatu yang akan membuatmu malu sebagai laki-laki.”

“Aku mencintaimu, Lisa.”

Sastri menatap tak percaya pada pria dihadapannya saat ini, “Cinta dilandaskan rasa percaya, lalu kita? Bagaimana bisa mencintai kalau saling curiga. Kamu hanya ingin merasakan tubuhku saja, Mas. Sama seperti sekarang, milikmu sudah sangat menginginkannya, bukan?”

“Karena kamu menggodaku seperti sebelumnya.”

Adit hendak mencium Sastri namun dering ponselnya tiba-tiba berbunyi. Dengan wajah kesal, Adit mengangkat telepon tersebut tanpa melepaskan rangkulannya. Sastri tidak mau melewatkan kesempatan emas tersebut untuk mencuri dengar sehingga ia melakukan tindakan diluar dugaan dengan memeluk Adit lalu memberikan beberapa kecupan di leher pria itu layaknya wanita malam.

Adit hampir mengerang saat ia berbicara di telepon lalu dalam sekejab ia langsung mematikan ponselnya. “Kau benar-benar menggodaku.”

“Aku hanya ingin tahu seberapa besar kau menginginkanku?”

“Sangat besar sampai aku rela memutuskan telepon dari pimpinan PH Entertaiment.”

“Wow…aku merasa tersanjung. Tapi aku tidak bisa melanjutkannya karena aku harus pergi. Bye…”

Sastri langsung berlari menuju mobilnya. Merasa kembali dipermainkan, Adit mencoba mengejar namun ia kalah karena harus berhenti di lampu merah. Adit harus merelakan jika ia harus kehilangan jejak Sastri saat itu.

Sesampai di apartemen, Sastri langsung menghubungi sekretaris ayahnya, “Tolong jual mobil aku, ya Mas”

Sastri tidak bisa lagi mengendarai mobil tersebut karena Adit. Malam semakin larut sementara ia harus menyiapkan berkas-berkas untuk menghadapi sang pengacara esok hari. Pengacara seperti Bang Bonar memang selalu taat hukum apalagi urusan pajak.

Dia tidak pernah menunggak walaupun sehari. Makanya, di kalangan petugas pajak, dia adalah sosok paling koorporatif saat audit. Walaupun para petugas audit akan kelelahan saat mendata semua aset-aset tersebut.

Sastri yang seharusnya menjadi petugas audit tiba-tiba dibatalkan dengan alasan Sastri petugas lapangan. Tapi Sastri tidak bisa senang karena tugasnya di lapangan semakin berat. Dia harus mendekati Bang Bonar sebagai seorang wanita biasa bukan petugas pajak karena Bang Bonar dicurigai melakukan penggelapan pajak. Hasil audit tahun ini berubah dari sebelumnya dan itu semakin memperjelas kecurigaan dari petugas pajak.

“Bagaimana mendekatinya jika Kamisha dan Delia selalu berada di dekatnya.”

Para pengacara kawakan ini punya jadwal khusus di sebuah kelab. Kamu bisa ke sana dengan bantuan Adit.” Pak Wisnu memberikan pengarahan.

Walau keberatan tapi itulah tugas Sastri sebagai petugas penyelidik di lapangan. “Ingat, penampilan nomer satu kalau ingin dia mendekatimu.”

“Baik.”

Acara pesta perkumpulan para pengacara terkenal akan diadakan di Bali pada Sabtu malam di Beach Club milik Bang Bonar. Sebelum berangkat, Sastri harus mengunjungi kediaman orang tuanya lagi.

“Pagi, Ma…”

“Kok tumben?”

“Anak datang malah ditanya begitu? aku butuh bantuan Mama sekarang.”

“Mimpi apa Mama semalam. Pagi-pagi putri yang hilang tiba-tiba kembali dan meminta pertolongan.”

“Aku butuh kalung Mama yang paling mahal, sepasang anting, tas edisi terbaru, gaun, cincin sama jam tangan. Eh, satu lagi sepatu.”

“Apa??? Kamu kira rumah ini butik? Ada-ada saja. sana pilih sendiri!”

“Aku tidak tahu mana yang paling mahal, Mama. Tolong bantu aku kali ini.”

“Memangnya kamu tidak membeli barang-barang begitu? Ya ampun, kamu ini perempuan bukan sih? Gaji segitu banyak masak tidak punya perhiasan.”

“Maaa…aku kerja pake otak bukan penampilan. Jadi tidak perlu menyimpan uang pada barang-barang begituan. Yang ada mengundang pencuri.” Sastri dan ibunya terus merepet sambil memilih barang dikamar ibunya.

“Coba pakai ini!”

Sastri mencoba gaun yang ibunya simpan tapi masih sangat bagus dan sangat cantik saat Sastri menggunakannya.

“Mama jadi ingin melihat kamu menikah.”

“Maa...jangan bahas itu sekarang.”

“Jadi, kapan? Kamu itu putri satu-satunya. Sama siapa lagi Mama berharap? Gak mungkin kan sama Bojo.”

Tidak mau berdebat terlalu lama dengan Sang Ibu, Sastri memilih keluar lalu tiba-tiba dia membeku ditempat saat melihat tayangan televisi yang sedang di tonton ayahnya.

“Sas-“

Ibu Ariyanti ikut terdiam melihat tayangan televisi tersebut. “Pa, Itu-“

“Jonathan”

"Ma, Pa, aku pergi ya? Titip Bojo!”

Sastri pergi meninggalkan kediaman orang tuanya dengan pikiran berkecamuk. Pria yang dia lihat beberapa hari lalu kini tampil di televisi sebagai seorang CEO dari Jo Group dan Jo Group adalah perusahaan yang sudah mengakuisisi perusahan Andrew dan sekarang Andrew justru menjadi investor di perusahaan ayahnya.

“Apa yang kau rencanakan, Jonathan? Belum cukupkah kau menyakitiku?” Sastri hanya bisa menjerit dalam hati saat semua yang menyakitinya datang bertubi-tubi.

“Mas, apa kamu punya kenalan pengacara?”

Dreet….

“Halo ada apa, Lisa? Kenapa tiba-tiba bertanya pengacara?”

“Kamu punya kenalan tidak? Aku perlu konsultasi dengan pengacara sekarang.”

“Kamu di mana?”

“Aku sebenarnya dalam perjalanan ke bandara, Mas.”

“Kamu mau ke mana?”

“Bali.”

“Em…aku cek dulu jadwalku nanti kita ketemu di Bali ya.”

“Mas mau ke Bali juga?”

“Iya, aku mau balas dendam sama seorang wanita yang sudah berani mempermainkanku.”

“Masss…aku serius.”

“Iya. Ya udah, sampai ketemu di Bali ya.”

“Oke”

Tutttt….

“Sampai kapan aku harus terjebak dengan pria ini?” gumam Sastri seraya mengingat kembali bagaimana wajah Jonathan tampil dengan penuh percaya dir di depan media.

“Ternyata kamu  seorang CEO, aku harus bekerja keras untuk menjatuhkanmu.”

Sepanjang perjalanan, Sastri terus memikirkan segala kemungkinan untuk menjatuhkan Jonathan. Sementara di rumah, kedua orang tuanya sedang terlibat pembicaraan serius mengenai Jo Group.

“Apa maksudnya ini, Pa? lalu apa hubungannya Andrew dengan mereka?”

“Pa, kita harus membicarakan ini dengan Sastri. Mama yakin dia bisa membantu kita.”

“Tenang, Ma. Papa akan mencoba mencari tahu apa tujuan sebenarnya Andrew dan ada hubungan apa antara keduanya.”

“Dia kelihatan bahagia mempublikasikan putranya pada dunia, tapi dia lupa dengan putra yang lain.” Ibu Ariyanti menatap sinis pada wajah yang sedang disorot oleh media.

“Bagaimana kabar mereka sekarang? kita sudah terlalu lama kehilangan kabar dari mereka.”

***

Terpopuler

Comments

MyLoveis060592

MyLoveis060592

Adit kah sodaranya Jonathan??? 🤔🤔🤔

2022-06-02

1

Mama Oya

Mama Oya

apa putra yg lain yg dimaksud itu Adit???🤔

2022-06-01

1

Aida Fitriah

Aida Fitriah

emak ama baba sastri punya rahasia masa lalu apa ya kira"????????

2022-06-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!