"Selamat sayangnya aku, hutangmu lunas" Jo memeluk Jenny. "Bagaimana perasaanmu?" Tanya Jo.
"Lega dan puas" Jawab padat Jenny. Ia telah menuntaskan semuanya.
"Oke aku akan kembali ke DarkHole besok sore, Kau tahu demi melihatmu melibas Si kutu kupret itu, aku meninggalkan Bharat dengan padang savananya, beruntung dia tak seperti Druw"
"Hei Jo aku dengar!" Galak Druw.
"Astaga... Druw kupingmu ada dimana-mana rupanya, nanti aku akan lebih hati-hati bilang mengunjingmu" Druw memang menghubungi Jenny untuk mengecek keadaan psikologinya setelah mengalahkan Theo.
*
*
*
"Jo aku telah menemukannya, tenang sekarang aku benar-benar telah menemukannya"
"Kirim koordinatmu aku akan kesana bersama Pedro, tapi tak bisa lama." Jo bersiap kembali menemui Bharat.
"Cam bagaimana tentang reruntuhan Hide Dome? Kudengar kau perlu seorang arkeolog yang bisa membantumu?" Jo melongok ke ruangan Camy. Camy mendongak dan mengangguk.
"Ini aku punya calonnya, peneliti muda yang jenius, ia sedang naik daun dikalangan kepolisian, dan dia juga pernah tinggal di Hide Dome" Jo memberikan berkasnya diatas meja.
"Okey begitu saja, aku akan menyusul Bharat, aku bawa Pedro" Jo pergi setelah melihat jempol Camy.
Camy meraih berkas itu dan membacanya. "Elleori Brigit, Arkeologi forensik, si spesialis kerangka manusia dan tulang belulang"
"Melvra kirimkan email pada Elleori Brigit, undang dia datang dua hari lagi"
"Baik Madam"
"Melvra tolong sambungkan dengan Riby"
"Ya Cam" Suara Riby disebrang.
"Perkembangannya?"
"Iya jadi ada beberapa partikel yang aku coba, hanya mendekati saja, aku masih menggali lagi, nanti aku kirim detailnya."
"Okay aku tunggu, lalu masalah Jenny?"
"Si tengik itu melarikan diri, dia menghilang setelah dikalahkan Jenny. Memang pecundang." Camy hanya bergumam sebagai jawaban.
"Lalu apa kabarmu Cam?"
"Lumayan"
"Maksudnya?"
"Tak lagi kambuh sesering lalu, dan sangat bisa ku handle"
"Lebih baik kau mengambil libur Camy, Kami bisa mengerjakannya. Untuk kebaikanmu"
"Thanks Riby, jangan sering menghilang, Suka sekali kamu membuat Mariah meledak" Riby hanya tertawa. Camy memutuskan sambungannya.
Camy sangat bersyukur dengan pertemanan yang ada di DarkHole. Ia merasa memiliki sebuah keluarga yang hangat.
*
*
*
Bharat berada didepan sebuah rumah. Rumah kecil dengan halaman yang ditata rapi. Bharat melangkah masuk. Ia mengetuk rumah itu. Tak ada respon lalu ia mengetuknya sekali lagi.
Seseorang membukakan pintu itu, wanita paruh baya dengan rambut putihnya menatap Bharat lama.
"Silakan masuk" seperti tahu apa yang akan Bharat mau.
Bharat mengikutinya.
Dalam ruangan ia melihat beberapa simbol kepercayaan.
Wanita itu menuju dapurnya, Bharat ikuti. "Duduk" Wanita itu mempersilahkan Bharat duduk dimeja makan. "Siapa kamu? Lalu mau apa?" Tanyanya.
"Saya Bharat Colton, tentang membaca masa lalu" Bharat menunggu respon wanita itu. Yang mengangguk. Kemudian ia berdiri, menggambil cangkir, ia menuangkan teh.
"Miss Colton, apa kau percaya tentang melihat masa lalu dan masa depan?" Tanya sambil mengaduk cangkir tehnya.
"Gula?"
"One spoon please!" jawab Bharat.
"Ya , saya percaya" lanjutnya,
"Apa kamu yakin?" Wanita itu memberikan satu cangkir pada Bharat. Satu cangkir pada kursi sebelah Bharat. Itu membuat tatapan aneh Bharat arahkan pada wanita itu.
"Temanmu segera datang---"
"Permisi?" Bharat mendengar suara Jo diluar. Wanita itu tersenyum. Kemudian berdiri. Melangkah kedepan dan membukakan pintu.
Seperti Bharat, Jo mengikuti wanita itu hingga dapur.
Jo duduk ditempat cangkir yang sudah disediakan oleh wanita itu. Bharat menatapnya dengan senyuman di bibirnya.
Bharat akhirnya mengerti apa maksud pertanyaan dari wanita itu. Wanita itu bisa melihat masa depan. Ia tahu Bharat akan datang padanya suatu saat nanti makanya ia telah menyiapkan teh sebelum Bharat datang padanya.
"Saya Yakin!" Wanita itu melihat kearah Bharat agak lama. Melihat keyakinan itu. Dan tersenyum.
"Saya Rowena Angel" Rowena melihat Jo.
"Saya Joana Radha, teman miss Colton" Rowena menjabat tangan Jo. Ia merasakan semuanya. Ia melihatnya.
Rowena adalah leluhur Bharat dengan kemampuan bisa merasakan dan melihat kejadian lampau maupun masa depan.
Cara kerjanya ia harus menyentuh sesuatu yang berkaitan dengan orang itu atau orang itu secara langsung.
Tinggal si orangnya akan lebih membawa Rowena kemana. Kadang ada yang membawanya ke masa lalu berarti rasa masa lalu nya lebih dominan dari masa depan yang ingin orang itu ketahui.
Jo dan Bharat kental dengan masa lalu. Tapi ada kekuatan lain yang menghalangi mereka. Kekuatan dari Jo.
"Boleh aku meminta sehelai rambut kalian." Bharat dan Jo saling pandang lalu menarik sehelai rambut mereka.
Rowena memberinya kain untuk meletakkan rambut mereka. Jo semakin penasaran. "Miss Colton coba kau beritahu tujuanmu kesini"
"Miss Angle---"
"Rowena" wanita itu menyela.
"Ya Rowena, aku bisa merasa dan melihat masa lalu, namun beberapa bulan belakangan aku tak bisa melihat lagi. Tapi aku merasa kekuatan itu masih ada hanya saja seperti ditahan sesuatu."
"Miss Colton, kekuatanmu memang sedang diblok seseorang. Ada sebuah perisai bubble yang memenjarakan kemampuanmu."
"Perisai bubble?" Jo menatap Rowena dengan serius.
"Perisai adalah pelindung agar seseorang tak dapat dibaca, Sedangkan Perisai Bubble ini perisai dengan tingkat level tinggi dimana selain kau tak bisa membaca tuannya, kekuatanmu juga tak bisa digunakan untuk sementara, seperti menyimpan kekuatanmu pada kotak dengan jangka waktu tertentu kotak itu akan terbuka dan akan kembali lagi padamu"
"Dan aku bisa membantumu membuka kotak itu lebih cepat"
"Tapi agak memakan waktu, paling cepat dua hari" Rowena memberi tahunya.
"Bharat, aku tak bisa menemanimu, aku harus kembali ke Nokturnal, kau tahu Camy tak bisa kembali ke---"
Brak!
Rowena merasa tersentak dengan kekuatan besar saat Jo menyebut Nokturnal dan Camy. Ia mendapat pengelihatan dengan kekuatan besar disana, entah yang mana. Berbagai gambar dengan cepat silih berganti.
"Rowena?"
"Rowena... Anda baik-baik saja?" Jo memapahnya. Rowena menghantam lemari dibelakangnya dengan keras tadi.
Tangan Rowena bergetar hebat, wajahnya pias, putih. Matanya melebar mengerikan. Ia mendapat gambaran-gambaran.
Ia menatap Jo lama. Setelah sedikit tenang. "Maaf tiba-tiba ada kekuatan memori yang besar datang padaku"
"Lebih baik anda istirahat dulu" Bharat menuangkan air dalam gelas dan memberinya pada Rowena.
"Aku tak apa, sudah sering seperti ini" Rowena berdiri. Sepertinya ia tak boleh menunda. Setelah mendapat pengelihatan. Rowena tahu. Bantuannya sangat dibutuhkan cepat.
"Besok kita persiapkan semuanya, ritual pelepasannya" Rowena menyampaikan.
Keesokannya, Rowena telah mengenakan pakaian khas gipsy, atasan off shoulder dengan rok megarnya dengan anting bulat yang besar menempel ditelinganya. Juga dengan banyak gelang menghiasi kedua tangannya.
Bharat dan Jo dibawa ke sebuah ruangan. Dengan banyak ornamen gipsy juga meja bundarnya.
"Silahkan duduk" Rowena mempersilahkan Jo dan Bharat, yang masih sibuk mengamati ruangan tersebut. Segera mereka duduk. Dan Rowena memulai ritualnya pelepasan.
"Disini akan menggunakan ini" Disana ada sebuah boneka dengan rambut mengikat bonekanya. Rowena mengenggam boneka itu, memantrai boneka tersebut. Mulut Rowena terus bergerak membacakan mantra-mantra.
Ctazz...
Zzrrrr...
Rambut yang terikat pada boneka terputus dan terbakar dimeja bundar. Dan kemudian Bharat merasa badannya semakin memanas.
"Terima semua energimu kembali Miss Colton jangan kau tahan" Perintah Rowena.
"Aku telah membukanya dan mengirim kembali kekuatanmu pada ragamu, biarkan mereka mengalir ke seluruh ragamu, kau bisa merasakan aliran hangatnya kan?" Tangan bergelang itu bergetar di depan perut Bharat yang memejamkan mata.
Tangan Rowena mengelus angin, menutup kembali kekuatannya.
BRAK!
Rowena tiba-tiba terdorong kebelakang dengan kencang. Rowena menyerangnya kembali dengan Lamia. Ia mengambil rambut pada kain, dan mengucapkan mantra.
"Aargghh..." Jo seketika berteriak kencang ia memegangi dadanya yang terasa nyeri. Tapi hanya sekilas.
Rowena mendekat. "Miss Radha, Apa hubunganmu dengan seseorang yang mengambil kekuatan temanmu ini" Jo tersengal, rasa menyakitkan yang hanya sekilas itu, membuatnya pias.
"Hah! Apa maksudmu?" Jo tak mengerti. Bahkan Bharat juga terkejut. Dan ia mengambil tangan Jo, ia mengenggam dan memejamkan mata. Ingin melihat, Genggaman Bharat ke Jo semakin mengerat. Semakin banyak gambar yang di terima Bharat.
Ia melepaskan tangan Jo kasar. Dengan nafas yang tercekat, ia mengetahui sesuatu yang tak ia maksudkan.
"Wina dan Theo?"
tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 268 Episodes
Comments
Nasnisnus
tersentak mundur
2022-06-13
0
Nasnisnus
disini
2022-06-13
0
Nasnisnus
tanda baca sistur
2022-06-13
0