"Wina bagaimana perkembangan disana?" Camy selalu memantau setiap detail perkembangan pada formulanya. Nokturnal ingin formula yang sama persis dengan contoh yang mereka berikan.
Dengan bahan yang sepertinya berbeda dengan yang mereka tuliskan. Ini yang menjadi kendala DarkHole tim. Mereka mencoba mencari bahan yang hilang.
"Masih belum dapat" Wina mengaduk cairan dalam tabung kaca, melihat efek apa yang timbul.
"Oke terus kabari aku" Camy mematikan sambungannya.
"Alex perkembangan mengenai Lamorna bagaimana?" Dari dalam video di layarnya terlihat Alex disana.
"Masih sama belum ada kemajuan, entah, pertumbuhannya menjadi lambat. Druw dan Willow kemarin turun tangan tapi mereka masih tak merespon jika ditanya. Druw sedang menuju kesana Cam, dia gusar dengan permintaanmu" Alex terkekeh. Beberapa waktu yang lalu ia mendengar gerutuan dan makian Druw.
"Biarlah, sudah biasa juga" Camy mendesah lelah.
"Cam, are you okey" Melihat raut wajah, Camy yang sedang banyak pikiran. Tak seperti biasanya.
"No, Buruk"
"Kau sudah mendapatkan mimpi juga ingatanmu Cam?" Tebak Alex.
"Sebagian jelas dan yah semua ini berhubungan" Camy menatap layarnya, ia menggerakan tanganya dan membentuk lingkaran-lingkaran pada kertas.
"Kau! Gila!" Terdengar teriakkan Druw dari arah belakang Camy. Tanpa mengetuk pintunya.
"Okey Camy, Mami singa sudah datang persiapkan kupingmu," Alex melihat Druw yang menerobos masuk.
"Aku dengar kau, Issa Alexandria"
"Woh... Woh... aku pergi sekarang, baik-baik Camy" Alex menutup sambungannya.
"Kau menakuti anak orang Druw" Camy memutar kursinya, Druw dengan tangan dipinggang menatapnya tak bersahabat.
"Kau yang ingin membunuhku perlahan Cam"
"Apa ini? Kau minta menaikan dosis obatmu? Are you nuts or just plain stupid? Huh!"
Gusar Druw menyodorkan ponsel dengan memperlihatkan pesan yang Camy tulis.
"Kau tak memikirkan kesehatanmu? Jangan buat kita menyesal dengan ini Camy... " ia melemah. Temannya ini sangat membuatnya tertekan.
Perkataan dokter Camy terlintas di otaknya. Ingatan peringatan dokter Lizman, dokter DarkHole, padanya untuk menyetop pemberian pereda nyeri yang berlebihan pada Camy.
"Bagaimana mimpimu?" Druw sudah meredakan amarannya. Camy menarik nafasnya.
"Mimpi itu semakin jelas. Dan ia membawaku kekejadian dimana ayahku dicelakakan"
"Kau ingat ayahmu?" Druw mendekat pada Camy. Camy menggeleng.
"Anak kecil yang aku lihat memanggilnya Dad, dan pria itu memanggil anak kecil itu dengan namaku."
"Ini bukan mimpi biasa," Druw menyeret kursi dan duduk didekat Camy dengan mata terpejam.
"Dan aku melihat orang yang menyelakakan ayahku, tapi aku rasa dalangnya bukan dia"
"Siapa?" Druw melebarkan matanya. Pantas temannya ini meminta dosis lebih.
"Mr. Ruler dari Nokturnal Corp. Graham Ruler" Camy mencengkram tangannya kencang. Memukul pengangan kursi. Druw hanya melihat saja. Camy harus mengeluarkan emosinya.
*
*
*
Riby telah ada dibangkunya, ruangan pertarungan yang akan Jenny gunakan sangat besar ternyata. Satu ring tinju besar. Dan bangku penonton mengelilinginya. Sepertinya Theo ingin mempermalukan Jenny.
Ruangan riuh, bangku sangat penuh,
"heh Leon memang orang disini seantusia ini dengan petarungan" melihat makin banyak yang memenuhi tempat itu.
"Tidak juga, mereka antusias karena Theo dan jenny" Riby melihat kearah Leon.
"Dari mana mereka tahu?" Riby menautkan alisnya.
"Dari sini" Leon memperlihatkan ponselnya. Disana ada benner tentang pertandingan Theo vs Jenny.
"Hah! Aku tak tahu" giliran Leon yang mengernyit.
"Berita ini ada dimana-mana, bahkan akan disiarkan secara langsung, makanya mereka memakai gedung ini, ini acara besar Riby" jelas Leon.
"Kau tak tahu jika ada juga taruhan juga disini?" Jo dengan banyak makanan ia bawa.
"Darimana kau tahu? Sini...apa ini?"
"Ckckck... adik kecil kami disana juga menantikan acara ini, mereka bilang di spanduknya ini flying indomie, entahlah sepertinya enak makanya aku beli, kemarikan" Jo sudah duduk pada tempatnnya.
"Mana Wina?" Tanya Jo yang masih menunggu flying indomienya ke tangannya.
"Aku mau ini" Riby menggeleng.
"Yasudah makanlah" Jo memang sebaik itu pada adik kecilnya.
Musik menggelegar terdengar.
"Mau mulai?" Tanya Riby dengan mulut tersumpal indomie. "Iya, itu lihat MCnya telah datang."
"Ladies and gantelment, inilah dia yang ditunggu-tunggu, Ketua Foxes Side, Theodor Rizel melawan DarkHole Lab tim, Jenewa Speer" Seruan kencang MCnya.
"Pertandinhan yang paling dinanti sepanjang tahin ini. Apa kalian telah bertaruh? Kalian pilih siapa?" MC menyodorkan microphone pada penonton dan dengan serempak "Ketua Foxes Side" terdengar diseluruh penjuru ruangan
"Yah bisa di bayangkan" Remehan MC. Yang membuat Riby dan Joana tak terima.
"Kerahkan semuanya" Jo memerintahkan seseorang, "Jangan sampai kau membuat kita rugi Jen, kami percaya padamu" ucap Jo, Riby masih menatap MC tak suka.
"Kita lihat pertaruhannya, WOW... seperti yang diduga, Ketua Foxes Side memang tak terkalahkan."
"Hai guys" Wina mendekat ia duduk disebelah Jo.
"Lho Win, Jennybkau tinggal sendiri?" Joana pikir Wina menemani Jenny di ruang tunggu.
"Enggak, aku baru dari lab" jawab enteng Wina.
"Lalu Jenny dengan siapa?" Tanyanya lagi, Jo akan beranjak, Riby menahannya.
"Tenang Jo, disana Jenny sudah ada yang jaga, pelatihnya selama ini"
"Siapa?"
"Siapa?"
Tanya Jo dan Wina berbarengan.
"Ini dia yang kita tunggu-tunggu, Kubu Kiri kita adaaaa... Pria dengan berat 62 kg dengan tinggi 180 cm, Tuaaaann Theodor Rizeeeelll" Gemuruh riuh rendah memecahkan ruangan. Suara petasan bersautan, tarian lampu-lampu juga musik membuat suasana meriah.
Theo berjalan angkuh, dengan jubah berwarna emasnya, dan sarung tinju ia mengangkat tangannya menyapa para pendukungnya. Ia berjalan pada kubunya dan duduk ditempatnya menunggu.
"Daaannn di Kubu Kanan, Wanita dengan berat 55kg dan tinggi 167 cm, Nonaaaa Jenewa Speeeeerrrr" Musik dan lampu sama tapi gemuruh terdengan dari Jo, Riby, Wina dan Leonidas. Mereka berempat disorot oleh kamera.
"JENNY... JENNY... JENNY..." Sorak mereka, Jenny keluar dengan Marzon dan gemuruh diruangan semakin kencang. Bukan eluaan pendukung tetapi bisik-bisik mereka yang tak menyangka Marzon Wright ada di kubu Jenny.
"Kalian tanya Jenny bersama siapa? Itu dia pelatihnya, Tuan Marzon Wright, pelatih lamanya Theo"
Wina dan Jo tak percaya, ini akan sangat seru. Begitu pun dengan Theo. Ia berdiri dari duduknya.
Banyak orang Nokturnal bertanya kenapa bisa Tuan Marzon disana. Dan ya ini menguncang kubu Theo.
*
*
*
Jenny bersiap. Theo tersenyum mengejek. Theo dan Jenny saling mendekat. "Sudah sembuh?" Ejeknya.
TENG!
Bel dimulai sudah berbunyi. Jenny tak menyiakan kesepatan. Ia memukul keras wajah Theo dengan cepat. Theo terhuyun.
Kepalanya pening. Ia menggelengkannya.
Jenny menaikkan sudut bibirnya. Theo ikut tersenyum. Theo mengalami luka di wajahnya karena benturan kepala.
Masih dengan menjaga jaraknya dari Theo, Setiap kali Theo mendekat dengan cepat Jenny memberi hook kerasnya.
Dan Jenny diatas angin, Dan Ronde kedua, Theo mulai menyerangnya dengan agresif. Ia menghajar Jenny habis-habisan. Kepalan tinju Theo menyerang Jenny. namun ia bisa menghindar dari luka seeius.
"JENNY... JENNY... JENNY..." Riby, Wina dan Jo memberikan semangat.
"Tegap Jen" Suara Marzon menyadarkan Jenny yang akan limbung, ia harus bertahan.
Tapi semua tak bisa menumbangkan Jenny, ia masih berdiri. Dan tak membuat luka pada Jenny, ia berhasil dengan pertahanannya.
Ronde ketiga Theo semakin brutal. Meyerang segala cara yang ia bisa. Hingga Jenny pun limbung mendapat serangan itu. Riby dan Jo yang melihat itu ikut geram.
"Wake up girl" Teriak Marzon. Mata Jenny menyipit, wasit telah menghitung mundur. Tapi Jenny bangkit.
"JENNY INGAT UTANGMU" Jo berteriak, Jenny tersenyum.
Ronde keempat. Dari tempatnya Theo tersenyum miring. Mengejeknya. Apalagi riuh pendukung Theo meneriakkan namanya.
"Ini waktunya" bisik Marzon. Jenny mengangguk. Ia menggunakan jurus awal menyerang Theo dengan cepat dan keras tepat di luka yang Theo dapat di ronde awal.
Berkali Jenny menyerangnya. Theo heran Jenny tak tumbang. "Cuma segitu aja?" Bisik Theo mem provokasi Jenny. Tapi Theo salah Jenny sekarang tak mudah di provokasi.
"Kau yang hanya segitu saja?" Jenny terkekeh. Amarah. Theo mengeratkan rahangnya dan menyerang Jenny secara brutal. Jenny bertahan. Theo mulai kehilangan staminanya. kesempatan datang. Jenny baru memulai. mengumpulkan kekuatannya.
"Rrrggh..." Jenny mengeram, sangat apik akhirnya ia menuntaskan semua dengan pukulan kanan yang keras. Cedera yang Theo dapat sebelumnya terhantam lagi.
Bugh!
Bugh!
Bugh!
Pukulan terakhirnya membuat Theo melayang, yang tadinya ia sudah limbung, darah semakin banyak menetes. Theo jatuh ke kanvas. Wasit mulai menghitung mundur. Jenny melihatnya. Riuh dukungan Theo semakin kencang melihat jagoan mereka tak bergerak.
Wasit melambaikan tangan menyatakan Jenny menang TKO.
Wasit mengangkat tangan Jenny. Riby dan Jo berlari pada Jenny mereka merangsek ring dan memeluk temannya itu.
"JENNY... JENNY... JENNY... " Jo bersorak. Ia senang sekali tak sia-sia ia mempertaruhkan semua. Dan kini ia memenangkan. Tumpukan hijaunya bertambah gemuk.
Yah sekarang kita selesai. Jenny melihat Theo yang ditandu, wajahnya babak belur susah dikenali lagi. Jenny menatap Marzon. Ia berjalan kearah Marzon.
"Thanks" Untuk pertama kalinya Marzon melihat senyuman tulus Jenny.
tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 268 Episodes
Comments
lazy
iya sis bantu kasik note ditempat yang salah yoooo
2022-06-22
0
Nasnisnus
banyak typo mbak
2022-06-13
1