Mereka kembali ke kamar mereka, sudah jam pulang, sebenarnya masih bisa mereka tinggal lebih lama di lab tapi mereka tak bisa meninggalkan Jenny yang masih dirumah sakit.
"Kau juga melupakan ini kan Cam?" Bharat menyerahkan obat pada Camy.
"Bagaimana nyeri kepalamu?" Tanya Bharat. Keluar dari kamarnya dengan handuk menggosok rambut basahnya.
"Kambuh semalam tapi masih bisa ku handle" Camy menggigit roti lapisnya. Ia melewatkan makan siangnya.
"Druw kuatir kau tak menghubunginya? Dia menggerutu panjang lebar yang membuat kupingku panas" Jo menimpali. Ia meraih roti lapis Camy dan menggigit besar.
"Camy mimpi lo?" Camy dengan kode matanya membuat mereka berdua segera paham, Jo dan Bharat hanya mengangguk mereka tak akan membahas masalah penting disini.
Camy berjalan ke kamarnya dan menghubungi Druw. "Hide" Camy mengaktifkan mode menghilang.
"Woi, masih hidup? Stres banget ngadepin pasien kayak kalian gini" cecar Druw.
"Mimpimu bagaimana?" lagi Ia bertanya.
"Makin jelas walau sakitnya pun makin terasa. Waktu bangun aku malah mengingat formula yang Nokturnal cari."
"Jangan bilang kau akan memperpanjang waktumu di sana? Camy please ini bisa membahayakan dirimu! Sakit kepalamu itu bisa berbahaya Camy" Wajahnya cemas, Druw tak suka dengan keputusan Camy.
"Tapi tak ada jalan keluar lain, aku merasa ini berhubungan satu dengan yang lain, aku akan mencari tahunya Druw, Sorry"
"Ya... mana aku bisa melarang seorang Camy yang keras kepala, aku akan membantumu semampuku" Druw duduk pasrah di kursinya.
"Makasih Druw" Camy memutuskan sambungannya.
Mereka menghabiskan waktu di ruang rawat Jenny. Giliran Jo yang menjaga Jenny.
"Jo aku akan bertarung lagi dengan Al... Theo. Aku masih belum puas, ia harus merasakan penderitaanku" Setelah Bharat dan Camy kembali ke kamar mereka. Jenny memperlihatkan pesan Theo.
"Apa kau yakin?" Ia melihat temannya itu, pandangannya kosong. Hatinya bergemuruh pedih.
"Ya harus, aku ingin mengakhiri. Dia atau aku" Mata Jo melebar. Takut dengan makna yang tersembunyi dari perkataan temannya ini.
"Apa maksudmu? Jangan aneh-aneh Jen? Kau masih menunggak hutang kepada DarkHole, ingat!" Kelakar Jo.
"Iya gak macam-macam hanya semacam"
Jenny terkekeh. Lalu menatap pesan itu dengan tatapan tak dimengerti Jo.
*
*
*
Camy berada dalam mimpinya, berulang. Sungguh ini sangat aneh. Sekarang pintu besi tebal itu terbuka jelas. Walau gelap Camy memasukinya. Ia terus berjalan hingga ia hilang dalam kegelapan. Terowongan kah? batin Camy.
Ia masih berjalan. "Halo" teriaknya. Suaranya bergema di seluruh terowongan gelap dan panjang itu.
Jalan perlahan, meraba dinding dingin itu. Berjalan terus kedepan. Tanpa tahu apa yang ada di depannya.
Camy melihat cahaya kecil terbang, datang padanya. Camy mengikuti cahaya kecil itu.
Semakin lama lorong itu semakin mengecil, Camy yang tadinya berdiri tegak, sekarang menunduk dan sekarang ia harus merangkak, Cahaya besar terpancar diujung sana.
Cahaya kecil itu terbang dengan cepat menuju cahaya besar di luar sana. Camy pun ikut merangkak cepat menuju cahaya besar itu.
"Surprise"
"Happy Birthday"
Camy berdiri, ia mengenakan gaun berenda cantik berwarna merah muda. Ia berlari pada kumpulan orang didepannya yang tersenyum bahagia.
Ia melihat sekeliling, ia berada di Hide Dome. Tempat ia pernah tinggal. Dan semua menggelap.
"Ingat sayang simpan ini dan jaga ini dengan baik" Suara berat khas pria muncul.
"A... Cun... Ha... Ya..."
"Tunggu"
"Tunggu"
"Ayah!" pekiknya kemudian Camy terbangun. Dengan denyutan dahsyat pada kepala juga keringat mengucur hebat.
"Hhhh..."
"Hhhhhmm..."
"Arhmmm..."
Camy merentangkan tangannya mencari sesuatu di atas nakas. Tabung kecil, ia meraihnya juga gelas dengan tangan bergetar air dalam gelas tumpah sedikit.
Camy menegak pil dari Druw kemudian melahap air itu rakus. Tumpahan pada kemejanya berbaur dengan keringatnya. Basah.
Kembali Camy menjatuhkan dirinya pada kasurnya, nafasnya sesak, ia meringis menahan sakit yang menyerangnya.
Teringat pada perkataan Druw. Membahayakan otaknya. Semoga tidak. Masih banyak yang harus ia ungkap. Camy bangun dari ranjangnya. Obat pemberian Druw bekerja cepat.
Ia tak bisa lagi memejamkan mata, mandi air hangat pun tak membuat matanya terpejam. Druw keluar kamar, ia ingin melanjutkan penelitian tentang Formula yang diminta Nokturnal.
Tring ... Tring ...
"Ya Riby?"
"Camy batu itu, bisa merusak sistem yang kita buat bukan? alasannya karena bersinggungan langsung dengan meteor itu. Dan kacaunya, meteor ini bisa berakibat buruk bagi manusia. Menimbulkan kematian pada sel dan menciptakan mutasi gen kanker baru dengan cepat"
Riby mengangkat sebuah tabung kaca dengan seonggok hati segar didepan wajahnya, Riby memperhatikan isi dari tabung itu, eksperimennya, yang telah ia beri sedikit tetesan cairan meteor itu.
Terlihat berbeda, baru setengah jam lalu ia meneteskan dan hampir seperempat hati manusia itu menjadi berwarna keabuan.
"Sangat cepat!" Riby menjelaskan lagi.
"Oke, Racun berbahaya" lirih, Camy mematikan sambungannya, Denyutan kepalanya kembali muncul. Nyeri itu membuat Camy limbung.
Brak!
"Miss Camy? Ada apa?" Hera segera mengirim signal pada rumah sakit. Juga membunyikan alarm. Bharat keluar kamarnya.
"Camy?" Bharat berlari pada Camy. Camy meringis, rasa sakit juga maaf karena telah membuat keributan. Bel pintu mereka berbunyi.
"Bilang aku sudah tak apa" Bharat memapah Camy ke sebuah sofa.
"Iya, silahkan" Bharat mempersilahkan Clara masuk dengan beberapa anggota medis. "Anda tak apa miss Aldy?" Tanya Clara mendekat.
"Maaf Clara tadi aku hanya mengantuk saja, jadi jatuh dan aku sudah tak apa" Camy sempat meminum obat Druw. Dan saat diperiksa memang tak ada yang salah pada tubuhnya.
"Maaf membuat keributan Clara," Camy merasa tak enak baru dua hari mereka disini tapi sudah menimbulkan banyak masalah. Clara dan tim medis Nocturnal pergi dari kamar mereka.
"Bharat sepertinya aku harus kembali ke DarkHole" Camy memijat dahinya, Masalah ini juga sakit kepalanya ini, ia harus bertemu dengan Druw.
"Iya aku juga Cam, ini sangat mengganggu, aku akan mengajak Jo ikut serta, entah aku seperti harus mengajaknya" Bharat memiliki insting yang kuat. Walau kekuatannya di blok. Tapi instingnya jalan seperti biasa.
*
*
*
"Jenny sepertinya aku dan Bharat akan kembali ke DarkHole, akan digantikan Wina dan Riby" Masih di ruangan inap Jenny.
Jenny mengangguk ia masih harus disini selain belum pulih, ia sudah mengiyakan tantangan Theo, si bajiingan tengik itu.
"Tak apa, lagian aku belum juga pulih"
"Aku juga akan kembali, aku akan ikut Bharat." Jo menyela, Jenny sekali lagi mengangguk.
"Oke, kapan kalian kembali?"
"Nanti sore, Nanti sore juga Wina dan Riby akan tiba."
"Hati-hati, kau disini, jangan dulu memprovokasi mereka." Ucap Jo memperingatkan.
"Kami akan berkemas." Mereka meninggalkan ruangan inap Jenny.
Mereka tak tahu, pria dengan topi fedora memperhatikan mereka. Ia menghembuskan asap dari bibirnya. Tangannya memegang cerutu. Satu sudut bibirnya terangkat.
"Gadis kecil mau kemana kamu?"
"Kau tak akan bisa lari dariku" senyuman menyeringai kejam terukir di bibirnya.
*
*
*
Camy mendatangi tempat yang telah ia tinggalkan lama. Tempat dimana ia dibesarkan dan sekarang hancur tak berbentuk itu.
Camy mendekat pada puing-puing. Lapangan luas menyisahkan puing juga belukar lebat. Tak ada lagi bangunan tempatnya menghabiskan masa remaja. Setelah semua anak beranjak dewasa, banyak dari mereka yang diambil oleh saudaranya, atau bahkan hidup sendiri.
Semak belukar susah Camy lewati. Untung ia membawa Sandos.
"Sandos tolong pindai dimana letak tempat ini, lalu tolong cari jalan kesana" perintah Camy.
"Baik Madam" Sandos terbang memindai dari atas, hari ini ia khusus memilih selongsong kupu-kupunya agar lebih efisien, matanya mengeluarkan laser merah dan memindai pada belukar lebat itu.
"Sekitar 500 meter dari sini Madam"
Kemudian ia membersihkan belukar dengan laser panasnya, membuka jalan untuk Camy, membabat semak belukar dengan cepat, Camy mengikuti di belakang Sandos.
Camy melihat sekitar dengan Ipadnya, dikepalanya selalu memikirkan, sebenarnya apa hubungan Hide Dome dengan Nokturnal? Mengapa sakit itu kembali dan semakin membuat Camy tersiksa.
"Kita sampai Madam"
Camy mendekat, ia mengangguk, senyum puas tersungging di bibirnya.
tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 268 Episodes
Comments
Ranran Miura
mampir lagi kak. sambil traktir kopi biar tambah cemungut nulisnya 🔥🔥
2022-06-17
1
Ranran Miura
camy sering pusing karena pernah hilang ingatan? apakah itu disengaja?
2022-06-17
1