"Turn Off!" Perintah Jenny untuk kembali, ia tak perlu lagi bersembunyi sekarang.
"Jam tangan itu sudah kuno! Bagaimanapun kau akan tetap terlihat!" Remeh pria di depannya, pria yang dulu pernah mengisi relung hatinya.
"Sesenang itu kau bertemu denganku, Alan ah bukan... maksudku, Theodor Rizel" Alan tersenyum lalu berdecih.
"Wow... wanita manisku sekarang mulai pintar rupanya" Theo mendekat, ia mengulurkan tangannya pada wajah Jenny, mengusapnya lembut.
"Kau kira dengan kau muncul dan timku mau bekerja sama dengan perusahaanmu, bukan berarti kau hebat" Tanpa aba-aba Jenny menyerang Theo. Ia ingin menyuntikan obat pelumpuh pada leher Theo.
Tapi Theo lebih cepat. Ia meraih tangan Jenny. Dan membuang suntikan dari tangan Jenny. Suntikan itu menggelinding jauh, Jenny dan Theo sama-sama melihat suntikan itu, Theo senyum meremehkan dirinya.
Pertarungan tak terelakkan. Jenny dengan beladiri krav maga nya. Memberondong pukulan jarak dekat tanpa ampun pada Theo. Ia tahu, agak susah jika melawan pria. Ia harus memiliki siasat bagus.
Theo mulai membalas, ia menyerang. Jenny terpukul pada bagian dadanya, ia mundur karena pukulan Theo. Jenny terbatuk.
"Ayolah hanya segini saja," Theo memanasi, Jenny yang tak suka diremehkan, terpancing. Mendongak dengan wajah yang beringas. Menatap Theo marah.
"Aaarrg" Jenny mendekat pada Theo. Kembali dengan terjangan kepalan tangannya.
Bugh!
Bugh!
Bugh!
Ia memukulkan tinjuanya, Theo menghindar. Kembali Jenny memukul Theo bertubi, ia akan menjauh jika Theo mulai menyerangnya. Theo berdecih dengan permainan tarik ulur Jenny, serang-menghindar serang-menghindar.
"Ini yang kau dapat saat menjadi agen khusus presiden? Hah!" pekik Theo lalu terkekeh sambil terus menyerang ego Jenny. Dan ia berhasil, Jenny mulai menyerangnya dengan kemarahan diatas kepala.
Nafas keduanya putus-putus. Berjarak dan waspada satu sama lain. Mata Jenny menyorot perhitungan. Jenny mulai menyerang lagi. Theo telah siap dengan pertahanannya.
(Theo apa yang kau lakukan?)
Suara pria terdengar dari earpiece nya.
"Sedang bermain" Jawab Theo melawan serangan demi serangan dari Jenny.
(Sepertinya menyenangkan, hingga kau hampir kehilangan nafasmu, boleh juga mantan agen kepresidenan itu)
Theo lengah Jenny menghantam wajahnya, ujung bibirnya pecah.
Bugh!
"Sialaan!" Jenny masih mawas tapi juga kualahan, Theo meludahkan darah dari mulutnya. Ia mengusap kasar bibirnya.
"Shut up Ben!" Hardik Theo.
Tawa Ben kencang terdengar dari seberang, melihat temannya yang sedang diserang bertubi oleh mantan tunangannya.
Ben dengan santai menikmati tontonannya dari layar komputer dihadapannya, pertarungan antar mantan kekasih itu.
(Tapi maaf menyela kesenanganmu, bisa selesaikan dengan cepat? kau dipanggil oleh ketua)
Ben terkekeh melihat Jenny menghantam kembali dengan keras hidung Theo hingga ia mundur beberapa langkah.
"BANGSAAT!" maki Theo nyeri di hidungnya.
Pertarungan mereka masih berlangsung, tapi Theo harus cepat. Tak ada waktu, Theo menyerang titik lemah Jenny yang sangat terbaca.
(Jangan berlebihan, dia perempuan Theo! Juga mantanmu)
Tawa terbahak Ben membuat Theo berang, ia cabut earpiece nya,
Bugh!
Bugh!
Druak!
Brak!
Beberapa pukulan, membuat Jenny babak belur. Serangan terakhir Theo membuat Jenny terpental dan menabrak beberapa pajangan disana, kemudian pingsan.
Theo mendekati Jenny yang terkulai dilantai, ia hanya berdiri di samping Jenny. Melihatnya dengan dingin.
*
*
*
Camy, Jo dan Bharat mendapati video perkelahian Jenny dan Theo.
"Bedebah sialan!" Joana dan Bharat mengepalkan tangannya, begitu tega Theo meninggalkan Jenny terkapar di lantai begitu saja.
Mereka bertanya keadaan Jenny pada Hera. Robot komputer itu memberi mereka letak keberadaan Jenny.
Jenny dibawa ke Owls Side dimana letak rumah sakit Nocturnal Corp berada. Tak jauh dari dorm mereka. Menemukan kamar Jenny masih ada dokter yang sedang memeriksa keadaan Jenny.
"Bagaimana dok" Camy mendekat pada dokter yang keluar.
"Butuh beberapa minggu, beberapa tulang retak, bersyukur tak ada yang patah, melawan ketua Foxes Side luar biasa jika masih bisa hidup" Bharat melihat dokter itu tak suka.
"Bisa kita melihat teman kami" tanya Jo dengan tatapan membunuh pada dokter yang memandang mereka layaknya perusuh.
Berita pertarungan Jenny dan Theo sudah menyebar dan menjadi topik panas pada seluruh Nocturnal Corp. Mereka menyebut tim Camy perusuh, baru juga datang, belum sehari tapi sudah membuat keributan dengan ketua Foxes Side.
Dan Tim Camy mana peduli dengan berita murahan itu. Mereka memuji Jenny, bisa melepaskan segala apa yang dirasa selama dua tahun terakhir ini.
Camy menunggu Jenny yang sudah tertidur. Bharat dan Jo kembali pada kamar mereka.
Ada sofa bed disana, Camy tertidur di sana dengan gelisah.
Camy melihat dirinya. Sedang berdiri di atas gunungan puing, melangkah turun perlahan.
Di Depannya terlihat pintu besi besar dan tebal terbuka sedikit, Camy mengintip ingin membukanya namun susah dan berat, pintu itu tak bergerak sedikitpun.
Camy mengintip lagi. Gelap. Tak terlihat apapun. Hingga sebuah cahaya datang dengan cepat menghantam mata Camy yang masih mengintip dicela itu.
Kemudian Camy terbangun dengan ingatan tentang kertas dengan tulisan berjajar. Terbangun ia mencari ipadnya dan menuliskan beberapa nama-nama kimia disana.
Membacanya ulang, kernyitan dahinya yang yangbdalam mulai menghilang. Saat ia tahu tulisan itu membentuk formula yang dicari pihak Nocturnal Corp ini.
Denyutan menyakitkan itu kembali. Camy meraba kantong celana jeans nya. Mencari botol silinder pemberian Druw. Ia tak menemukannya.
Camy bergelung di sofa bed itu, menahan kesakitannya. Ia masih bisa menahannya hingga esok, Pikirnya.
Camy bergelung mencoba menidurkan dirinya dengan menahan segala kenyerian di kepalanya.
"Hrrmmhn..." geraman lirih Camy. Ia menggigit kain bantalnya untuk meredam geramannya.
*
*
*
Paginya sakit dikepala Camy menghilang walau masih terlihat pucat wajahnya. Jenny dibangunkan oleh perawat, ia harus sarapan dan minum obatnya wajahnya banyak lebam dan juga beberapa jahitan di sekitar alisnya.
"Gila preman kita, sangat tangguh" Jo dan Bharat sudah berada di kamar rawat Jo. Ia mendengar bagaimana para perawat menggosipkan temannya itu.
"Bagaimana keadaanmu?" Tanya Camy yang baru saja keluar dari toilet.
"Lumayan nyeri juga" Jenny menggeser pelan posisinya. "Berapa hari aku perlu dirawat?" Tanyanya lagi.
"Berminggu-minggu kata dokter." Jenny menghela kesal.
"Tapi dengan ini kau hanya perlu seminggu saja" Bharat menyerahkan tabung silinder warna putih pada Jenny. Dan langsung meminumnya. Ia tak ingin membuang waktu. Alan... ah Theo sudah sangat menghinanya. Ia tak puas dengan pertarungan kemarin. Ia ingin bertarung lagi.
Theo sekarang telah bersembunyi. Pihak Camy tak terima dengan tindakan Theo selayaknya tuan rumah. Tapi pihaknya juga salah Jenny menyerang Theo duluan.
Dan mereka sepakat menutup kasus ini. Walau Camy merasa kesal ia ingin memberi perhitungan pada Theo namun Theo menghilang dan susah ditemui.
"Kita kerja dulu Jen" pamit Mwreka bertiga pada Jenny. Menurut mereka tempat ini aman.
Mereka masuk dalam lab, ada beberapa orang disana juga sedang sibuk dengan penelitian mereka. Seorang gadis pirang melepaskan sarung tangan karetnya, berjalan mendekat pada Camy.
"Salam kenal, Miss Aldy, Miss Radha dan Miss Colton, saya Marie, penanggung jawab penelitian ini" Marie mengulurkan tangannya.
"Sejauh mana kalian mendapatkannya? Apa bisa saya melihatnya?" Camy mendekat ia telah memasang sarung tangannya. Menerima berkas yang diberikan Marie.
"Sebelumnya, ini ada Jake, Toni juga Erin mereka akan membantu di sini" terang Marie. Camy hanya mengangguk memberikan berkas yang telah ia baca pada Jo.
Camy melangkah pada meja tempatnya. Mereka memiliki meja penelitiannya masing-masing. Ia mulai memperhatikan juga menata beberapa bahan dan alat.
Jo berada di belakang Camy, melihat Camy. Tugasnya nanti setelah Camy selesai dengan bagiannya. Bharat disudut meneliti berbagai hewan yang ada di akuarium. Hewan untuk percobaan. Bharat mengambil salah satunya. Tikus putih, bermata merah.
Memindahkannya pada kandang yang ia ambil tadi. "Baik-baik kamu disana" lalu berjalan mendekat pada Jo dan Camy.
Mereka berkutat sibuk dengan penelitiannya.
*
*
*
Kling!
(Jika kau ingin membalasku, aku tunggu kau di Nocturnal Wildlife. Minggu ketiga, menunggu luka kau sembuh! ☺)
Pesan pada ipadnya, membuat Jenny berang.
(Aku terima! Aku menentukan waktunya, minggu depan, ditempat yang kau tentukan.)
Wajah dingin menatap lembar foto yang selalu ia bawa. Ia meremas foto itu.
tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 268 Episodes
Comments
lazy
disini tak melihat gender kak, gak suka habek waelah... makasih😆🙈
2022-06-22
0
Ranran Miura
memang ada pria gentle yang menyerang wanita? 🙂
jenny gws 💪
2022-06-17
1