Camy sudah duduk di bangkunya. Sekilas memandang kearah Alan.
"Jadi apa yang bisa kami bantu? Mendapat rekomendasi dari kementerian, Sepertinya ini sesuatu yang... penting..." Camy melihat pada gerombolan yang berada di belakang Mr. White.
"Kalian tenang saja, mereka akan mengunci mulut mereka hingga waktunya" Mr. White terkekeh. Kemudian serius. Meletakkan kedua tangannya diatas meja dengan memangku dagunya.
"Kami ingin sebuah formula yang akan kami ujikan di laboratorium ini. Lebih tepatnya, kami ingin mencari sebuah formula, apa... kalian bersedia?"
Mr. White memandang Camy dan Jo. Seraya menyandarkan punggungnya di kursi setelah berbicara singkat. Wajahnya datar memandang lurus pada mereka berdua.
"Formula apa? Apakah ada catatnya?"
Tanya Camy yang ikut menyandarkan punggungnya pada kursi. Tangannya ia lipat di dada.
"Theo kemarikan" perintah Mr. White.
Lelaki yang Camy dan Jo kenal dengan nama Alan itu, meletakan koper dan membukanya.
Mr. White mengambil sebuah tabung dengan serbuk hitam didalamnya, lalu mendorongnya pada Camy dan Jo. Juga mendorong koper itu.
"Ini hanya sebagian saja, kami tak bisa memindahkan semuanya kesini. Kalian yang harus datang ke tempat kami" Kembali Mr. White memajukan tubuhnya dengan menyatukan kedua tangannya diatas meja. Serius.
"Kami akan menyediakan apapun yang kalian butuhkan. Tetapi bisakah kalian selesaikan dalam kurun waktu 3 bulan? dan ada imbalan yang besar jika kalian berhasil nantinya" ia ingin mengatakan bahwa ini bukan proyek main-main.
Camy mengambil beberapa berkas di dalam koper. Membaca rincian penelitian yang membuatnya tertarik.
Bahan yang sama seperti batu meteor tapi ini seperti lebih dari yang ia cari. Jo juga melihat tabung menebak serbuk apa itu. Dalam pikirannya ini seperti batu meteor itu. dan mengambil kontrak kerjanya.
"Kami bisa tunggu jawaban kalian?" Jo fokus menatap pada Alan. Merasa itu memang Alan, tetapi sorot matanya tajam dan kejam. Tidak seperti dua tahun lalu. Ceria dan jahil.
Mr. White berdiri dari kursinya. Dan Camy juga Jo mengikuti.
"3 hari, bisa kami terima keputusannya, jika kalian bersedia, kita akan langsung menandatangani kontraknya"
Mr. White mengulurkan tangannya pada Camy.
"Kami tunggu keputusannya"
Camy hanya mengangguk, ia dan Jo mengantarkan Mr. White hingga lobby.
Jo masih mengawasi Alan, atau seseorang yang ia anggap Alan. Ia ingin mendekati tetapi tak sempat.
Mata Jo tak lepas dari punggung Alan yang menjauh. Sedangkan Camy menatap Mr. White yang berjalan pada mobil panjang hitam di parkiran.
Camy melihat kaca mobil yang diturunkan. Tak begitu jelas. Orang didalam mobil sedang mendengarkan Mr. White yang sedang berbicara panjang lebar.
Kemudian Mr. White menengok pada Camy yang sedang menatapnya. Camy mengangguk sekali lagi sebagai hormat.
Mr. White hanya tersenyum lalu kembali berbicara dengan orang yang Camy lihat menggunakan fedora. Dan sedang merokok. Kepulan asap terlihat keluar dari jendela.
Mr. White berdiri tegak, Kemudian membungkukkan tubuhnya. Kaca mobil itu perlahan menutup bersamaan dengan mobil panjang hitam meninggalkan pelataran parkir DarkHole Lab.
Sesaat Camy bisa melihat orang didalam mobil yang melewati depannya. Sebelum kaca hitam mobil menghilangkan gambaran orang didalamnya.
Lalu siapa orang itu? Kenapa tak ikut menemuinya? Masing-masing mobil utusan Nokturnal Corp meninggalkan DarkHole Lab.
Camy berbalik namun entah kenapa ada sakit yang melintas di kepalanya, bukan pusing tapi denyutan yang menyakitkan.
Camy sedikit limbung. ia berusaha menegakkan dirinya. Mengerjapkan mata juga mengeleng pelan. Ia butuh istirahat sepertinya.
Masalah batu itu membuat Camy berdiam lama dalam Labnya. Workaholic. Ia memang seperti itu. Lupa makan dan istirahat. Kebiasaan yang membuat Melvra sering marah.
"Jo aku balik ke dorm"
"Okay" Jo memutuskan sambungan, sibuk meneliti perusahaan Nokturnal Corp. Melihat data diri Theo dengan bantuan Amber.
"Amber tolong aku, dan rahasiakan dari Jenny" Gadis bernama Amber dahinya bergaris, heran. Jo mengotak-atik ipadnya.
"Bisa kau carikan, orang ini lebih detail" ia menyerahkan Ipadnya pada Amber. Syok, itu ekspresi yang Amber berikan pada Jo.
"Alan?"
"Sayangnya... bukan, dia Theodor Rizel, karyawan Nokturnal Corp"
Amber membaca informasi, kemudian mendekat pada komputernya. Dan membuka informasi itu di layar lebarnya.
"Terkunci" Amber menengok pada Jo yang fokus pada layar. Meraih keyboard Amber jarinya sibuk mengetik entah apa.
"Sudah aku duga, bisa kau buka ini" Jo memperlihatkan penemuannya, sudut bibir Amber terangkat, ini tantangan.
Jemari Amber mulai menari lincah diatas keyboardnya, meretas, membuka, sangking asiknya ia lupa Jo masih berada disekitarnya.
"Ingat bermain yang cantik" Jo menepuk bahu Amber yang di jawab Amber dengan menaik-naikan alis. Jo keluar dari ruangan Amber.
"Alan kau tega membuat temanku hidup seperti zombie, pintar sekali kau bersembunyi dari kami 2 tahun ini." seringaian mengerikan keluar dari wajah cantiknya.
*
*
*
Camy bergelung di ranjangnya. Benar. Sakit tak tertahan. Kepalanya ingin pecah. Ia mencoba tidur dan sekarang ia tertidur.
Dalam tidurnya ia pun gelisa. Ia bermimpi.
Ada kumpulan keluarga yang bemain di taman.
Beberapa anak kecil berkejaran. Lalu suasana yang nyaman berubah menjadi kabut keabu-abu. Semua orang yang berada disana, beberapa ada yang tergeletak.
Anak kecil berlarian menuju hutan gelap tanpa menoleh kebelakang. Camy ikut berlari bersama anak-anak yang riang gembira itu. Walau beberapa anak yang sedikit dewasa, ikut berlari dengan mata berkaca.
"Camy" Camy menghentikan larinya. Ia menengok kebelakang. Melihat wajah lelaki paruh baya tersenyum. Camy ingin berlari mendekati. Tapi kemudian ia terbangun.
Camy terduduk di ranjangnya. Nafasnya tersegal dengan keringat yang membuat rambutnya basah.
Camy mengusap kepalanya. Mimpi itu lagi. Bahkan sekarang, semakin jelas. Bahwa yang memanggilnya seorang lelaki.
"Aarghh..." Camy meraba kepalanya yang sakit luar biasa itu. Meremas rambut basahnya.
"AAaaaarrggghh... " Teriakan nya lagi.
"Camy..." Panggilan dari luar terdengar dengan langkah kaki terburu memasuki kamar Camy.
"Camy... minum dulu, ini" Druw memberikan pil penenang juga segelas air milik Camy.
Camy meneguk habis air pada gelasnya, ia kembali berbaring. Druw duduk di pinggir ranjang Camy. Terdiam.
Melihat Camy mencoba menghalau rasa sakitnya, wajahnya meringis menahan sakit.
"Aku bermimpi lagi" setelah sunyi lama, Camy mulai bercerita. Druwella Sedna seorang psikolog dalam DarkHole Lab.
Ia masuk ke DarkHole karena rekomendasi dari Greg. Awalnya untuk membantu Wina tetapi Camy melihat Druw bisa dipercaya juga memang DarkHole membutuhkannya maka Druw masuk dalam tim DarkHole Lab.
"Apa yang kau kerjakan baru-baru ini selain meneliti batu itu" Druw bertanya.
Camy yang terpejam, mencoba merunut apa saja kegiatannya. Tak ada.
"Meeting dengan Nokturnal" iya hanya itu kegiatannya selain meneliti batu-batu itu.
"Aku melihat Alan" sunyi, yang terdengar hanya detik jam dinding Camy.
"Entah itu Alan atau orang lain karena Mr. White memanggilnya Theo. Bagaimana memberitahukan pada Jenny" Camy menutupi matanya dengan lengan.
"Sekarang istirahat dulu hingga sakit kepalamu reda aku nanti meminta Sandos membawakanmu makanan" Druw bangkit, berjalan setelah mendengar dengkuran lirih dari Camy.
"Alan?" Didepan pintu Druw mendongak melihat wajah wanita yang juga terpekur di tempatnya berdiri. Druw yang cepat memeluk wanita itu dan menggiringnya ke ruang makan.
tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 268 Episodes
Comments
Ranran Miura
Hai kak 👋
Setelah sekian purnama akhirnya up juga 😁.
Jujur aja kalo soal fiksi ilmiah gini otak ku ngelag. gak nyampe.
Mantap kak. 👍
Ditunggu up selanjutnya. Salam buat Monica 😁
2022-05-16
1