Jenny mengambil jam tangan yang diberikan Camy padanya. Ia mengenakannya. Uji coba benda ini kemarin dilakukan oleh Willy juga Riby. Yang Jenny dengar, ia bisa menghilang menggunakan jam ini.
Seperti biasa ia sudah duduk di kursinya, ia pelanggan tetap di kedai kopi ini. Sepagi ini ia selalu menyempatkan diri untuk bersantai menikmati secangkir kopinya.
Tak berapa lama, Jenny melihat sang kekasih, berjalan ke arahnnya dengan wanita asing di sebelahnya. Wanita itu mengenakan kemeja yang Jenny belikan untuk sang kekasih.
Ia membuka ponsel dan mempelajari kinerja jam tangan pemberian Camy.
Jam tangan itu mengeluarkan satu pil, yang langsung Jenny tenggak. Ingatannya berputar pada Camy kemarin,
"ini alat masih diuji coba, sana cobalah, sepertinya masih ada beberapa hal yang harus dibenahi." Ucap Camy sambil lalu.
Jenny mengatur navigasi pada jam itu. Mode Hide self. Apapun yang melekat pada Jenny akan tak terlihat bersama dirinya.
Ia duduk, disudut dekat jendela. Melihat arah jendela, tak ada lagi bayangan dirinya. Senyuman mengembang.
"Alat canggih tercipta lagi" Guman Jenny. Ia tak memungkiri, DarkHole Laboratory sangat hebat, didalamnya terdapat orang-orang yang jenius. Termasuk dirinya.
Jenny bergegas, Ia mengikuti kekasihnya. Masih dengan wanita tadi berjalan dibelakang sang kekasih.
Apa ini? Kekasih nya membawa wanita itu ke apartemen mereka? Affair kah ini? Dasar Bajingan!! Tukang selingkuh!!! Jenny memaki.
Memasuki apartemennya, Jenny sudah duduk di sofa, melihat dengan seksama, apa yang akan kekasihnya lakukan dengan wanita itu.
"Jadi bagaimana dengan Tuan Takamura?" Alan menerima tumpukan berkas dari wanita itu.
"Ia setuju, minggu depan ia akan berada disini, ia ingin sekalian berlibur, apakah kita sewakan saja resort di Timur itu, Pak?" Tanya sang wanita. Jenny hampir tertidur. Tak ada yang aneh. Mereka hanya bekerja. Jenny bosan.
"Sebentar bapak, saya harus menerima telpon ini" Wanita itu menjauh dengan ponsel digenggamannya.
"Iya Sayang, sebentar lagi ya, mama juga rindu Folan, Daddy?" Wanita itu melirik kekasih Jenny, lalu memberikan ponsel itu pada Alan.
"Iya sayangnya Daddy" Dalam sekejap kantuk Jenny menghilang, apa tadi? Dad... Daddy?! Batin Jenny berteriak.
"Iya Daddy sama Mama Vony, juga rindu, nanti ya sayang, iya janji deh'' Alan menyerahkan ponsel kembali pada wanita itu. Lalu wanita yang bernama Voni kembali bercakap dengan orang yang ada di seberang ponsel hingga selesai.
Vony nama wanita itu? Apa Alan mengkhianatinya selama ini, hingga mereka memiliki anak? Folan? Vony dan Alan kah? Banyak pertanyaan di kepala Jenny.
Air mata Jenny tak terbendung. Ini menyakitkan. Jenny terguguh ditempatnya. Isakan nya terdengar perih. Ia menjerit menumpahkan semuanya.
Alan meng-kode Vony dengan kepalanya, menyuruh si wanita pembuat sang pacar menangis itu pergi dari tempat nya. Vony mengangguk lalu membawa pergi beberapa berkasnya.
Alan mendekati kursi Jenny. Menunggu efek dari obat tembus pandang itu menghilang. Iya tersenyum melihat Jenny yang terisak kencang. Membuat hati pria itu menghangat. Secinta ini kah wanita gemasnya ini padanya.
Alan bisa melihat Jenny karena ia menggunakan Softlens ciptaan Camy, ia juga bekerja sama dengan DarkHole Lab.
Jadi sedari tadi di kedai kopi, Alan tahu ada Jenny disana. Juga Jenny yang menguping di sofa itu.
Sedikit demi sedikit Jenny mulai terlihat. Alan menarik Jenny kedalam pelukannya. Jenny terjengkit, ia terkejut.
Mendorong kuat Alan hingga Alan jatuh terduduk.
"Aw!" Refleks yang membuat Alan tercengang. Wanitanya begitu kuat jika marah.
"Jangan mendekat kau penghianat!" Seru kencang Jenny. Alan kembali menatap Jenny. Ia berdiri dan mendekat tak mengindahkan perkataan Jenny.
"Pergi!" Ketus Jenny.
"Ayolah sayang" Alan pura-pura tak mengerti.
Wajah Jenny yang memerah karena tangisan bertambah merah karena marah.
"Kau! Jelaskan! Kenapa kau berkhianat padaku Alan..." Sendu Jenny.
"Tolong, dari awal kita sudah buat janji, jika kita mulai bosan tolong bilang, jangan seperti ini dan buat aku sakit, sendiri, karena kau pasti tidak merasakan sakitnya aku!" Tangisan Jenny lirih dan menyayat hati.
"Aku minta kamu bicara supaya aku bisa menyiapk---" Bibir Jenny dibungkam oleh bibir hangat Alan.
Alan melu mat bibir manis kesukaannya itu. Tak ingin Jenny mengeluarkan kata-kata yang juga menyakiti dirinya.
Jenny kehabisan nafas mendorong pelan Alan lalu meraup oksigen di sekitarnya.
Ia masih enggan berdekatan. Namun kedua tangan Alan bertengger cantik di pinggang Jenny enggan melepaskannya.
"Lepas" suara serak Jenny.
Alan hanya menggeleng
Dan menarik Jenny semakin dekat. Merapat. Menyatukan kening mereka berdua.
"Kamu salah paham, sayang" suara lirih nan serak juga berat milik Alan yang berbisik di depan wajah Jenny.
Mau tak mau membuat hati Jenny bergetar. Melonjak dalam dada.
"Vony itu sekertarisku juga kakak iparku, istri Falan, Baru seminggu yang lalu menggantikan, Ronal"
Alan menarik Jenny yang mulai melunakan karena salah paham. Ia mendekap wanitanya erat.
"Aku cinta kamu, sangat, sampai aku dikatain bucinnya kamu, sama Falan" Jenny tersenyum, ia juga bucin, buktinya digombalin seperti itu saja sudah senang.
"Ia menginap semalam, ia memilih kemeja itu dari lemari di kamar tamu yang biasa kamu tempati sebelum kita jadian. Ia pakai itu, aku sempat marah padanya tapi ia tak mau menggantinya dengan yang lain karena milikku yang lain berwarna hitam dan putih, ia mengataiku monotone freak!" jelas panjang lebar Alan dengan wajah cemberutnya.
Jenny terkekeh, ia menangkup wajah Alan dan mengecupi kekasihnya itu. Ia menerima alasannya. Hampir saja ia ingin meledakkan rumah Vony, kalau saja Alan tak menjelaskannya. Cinta itu buta, tahik hutching rasa soklat, memang dirasa Jenny sekarang.
"Permisi" suara Vony menginterupsi. Vony tahu Jenny ada di sekitar mereka, Alan memberitahunya walau awalnya tak percaya tapi setelah mengintip beberapa saat setelah di usir tadi, Vony mengintip. Dan ya takjub. Tak bisa berkata.
"Kalian sudah baikan? kalau begitu saya pulang dulu ya pak, bu, kangen anak sama suami" Kepalanya saja menyembul dari pintu.
"Ya, sana pulang!" kesal Alan.
"Okeh saya pulang" Vony lalu menutup pintu kemudian membukanya kembali.
"Cepet nikahin! Sebelum ditikung orang lain, ya adik ipar!" Vony lalu menutup kencang pintunya. Beberapa hari kemudian Alan melamar Jenny.
Rencananya dua bulan kedepan Alan dan Jenny akan menikah dan Jenny akan keluar dari DarkHole Lab. Keputusannya sudah bulat ia ingin menjadi istri rumah tangga untuk Alan.
Tapi semua hanya angan,
Pedang Virus juga gempuran yang terjadi dari musuh DarkHole Lab. Alan diculik dan hingga kini belum ditemukan.
Jenny yang depresi, tunangannya tak dapat ditemukan semakin depresi, ia menghabiskan waktunya dalam dorm, membuat penelitian enyah apa, karena tak seorangpun diijinkan masuk dalam kamarnya namun terkadang ia suka keluar diam-diam mencari keberadaan sang kekasih.
Mereka membiarkan tetapi selalu terpantau.
Ruangan Jenny temaram hanya lampu tidur meneranginya. Jenny terpulas di ranjang. Wajahnya segar lagi hanya sendu yang terlihat, dinding kamar dormnya berisi kan foto Alan.
Dinding kamar khususnya berisi peta juga beberapa potong artikel koran yang sudah lusuh tertempel di peta itu.
Ponsel Jenny yang selama ini hidup khusus untuk menunggu kekasihnya menelpon pun berbunyi, disana tersambung,
"Alan memanggil...."
tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 268 Episodes
Comments
Senajudifa
lanjut thot
2022-05-22
0
lazy
tajir melintir dia memang kan ada pohon duit di lab😆😆
2022-05-18
0
Nasnisnus
yowoh thor aku bacanya Wina berendam di wine set dah kaya bener
2022-05-17
0