"Kamu sudah berjanji!"
"Kamu harus menepatinya!" Teriak Reni ketika aku sudah berada di dalam kamar mandi.
Aku sungguh dilema, aku sungguh tidak bisa menikahinya. Aku masih beristri, meskipun dia mau dijadikan yang kedua, artinya kita menikah siri. Namun entah mengapa hatiku berkata jangan.
Pagi ini, aku bekerja seperti biasa. Ketika aku lelah dengan pekerjaanku aku selalu melihat foto Dave, putra kecilku yang kata orang mempunyai wajah yang mirip denganku.
Tak sengaja aku melihat kembali foto Celine. Satu-satunya wanita yang menjadi mood booster ku.
Namun mataku menangkap banyaknya chat yang menumpuk belum sempat aku baca di grup alumni SMP ku.
Mataku terbelalak sempurna ketika membaca dam melihat foto-foto yang dikirim Reni di grup chat kami.
Reni mengirimkan foto-foto kami disaat kami sedang berduaan, dan parahnya pada saat mataku terpejam dan hanya memakai selimut sebatas dada dengan Reni yang menempelkan kepalanya di dadaku.
Itu foto semalam kami. Aku sungguh kecolongan. Dia menceritakan hubungan kami secara gamblang pada teman-teman kami. Dan dia juga membicarakan pernikahan kami di dalam grup chat.
Aaaaargghhhh....., aku hanya bisa mengumpatnya dan berteriak frustasi dalam batinku.
Kini, aku benar-benar tidak fokus bekerja. Yang aku pikirkan kini bagaimana penilaian Celine terhadapku. Apakah dia masih mau berteman denganku? Bagaimana bisa aku bertemu dengannya setelah ini jika dia mengetahui hubunganku dengan Reni yang sudah terlalu jauh ini?
Ku putuskan untuk menghubunginya. Namun sudah ketiga kalinya tetap saja dia tidak mengangkatnya. Akhirnya aku putuskan untuk mengirim pesan padanya.
Diluar dugaan ku, Celine membalas pesanku. Dia tetap menjadi Celine ku yang tanpa mau mengurusi urusan orang lain. Aku berbalas pesan dengannya seperti dulu, sebelum aku menikah dengan Diana.
Akhirnya, pertanyaan yang aku takutkan kini Celine pertanyakan padaku. Awalnya dia bertanya padaku tentang kabar anak dan istriku. Dan dia mengatakan padaku agar aku bisa menjaga anak dan istriku. Selalu menjaga hubungan dengan mereka walaupun kami berada dalam hubungan jarak jauh.
Lama kelamaan Celine pun menanyakan pada ku tentang foto yang dikirimkan oleh Reni di grup chat alumni SMP kami. Dia juga menanyakan tentang pengakuan Reni yang mengatakan bahwa aku dan Reni akan segera melaksanakan pernikahan kami.
Dan demi Tuhan aku terdiam tidak bisa menjawabnya. Aku tidak segera membalas pesan Celine. Aku mencari kata-kata yang tepat untuk menjawabnya. Karena sebrengsek apapun aku, tetap saja aku tidak bisa berbohong dengan Celine. Dengan gampangnya dia akan mengetahui kebohonganku, dan dengan bodohnya aku selalu jujur padanya.
Aku mencoba menjelaskan pada Celine yang sesungguhnya. Dan seperti dugaan ku, Celine menyuruhku untuk berhenti berhubungan dengan Reni dan memprioritaskan anak dan istriku.
Sungguh baik sekali hati Celine. Hati seorang gadis yang namanya tidak pernah bisa aku singkirkan.
Kini, aku beranikan diriku untuk menemui Celine. Aku menunggunya di depan tempat kerjanya tanpa sepengetahuannya.
"Cel... Cicel!" Teriakku menyerukan nama panggilan kesayanganku padanya.
Dia menoleh dan terkejut ketika melihatku. Ku kembangkan senyumku dan dia pun membalasnya.
"Hai cantik, apa kabar?" tanyaku menggodanya.
"Ck, kamu nih Al gak berubah," jawab Celine dengan senyumnya.
"Emmm... Cel, aku dengar kamu tidak jadi menikah? Maaf, bukan maksudku untuk membuatmu bersedih, aku hanya ingin tau keadaanmu," aku bertanya padanya.
Terlihat jelas di wajah Celine jika dia sedang kecewa. Raut wajah cerianya berganti menjadi murung.
"Maaf, kamu tidak usah menjawabnya jika kamu tidak mau menjawab," ucapku dengan rasa tidak enak.
"Sebenarnya aku-"
"Alex!" suara wanita memanggilku dari arah lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments