Reuni Berujung Perselingkuhan

Reuni Berujung Perselingkuhan

Bab 1. Awal Pertemuan Kembali

Hari ini aku akan bertemu kembali dengannya. Hatiku sangat senang mengingat sudah sangat lama sekali aku tidak berjumpa dengannya. Bahkan bertukar kabar lewat medsos ataupun chat pun tidak pernah kami lakukan. Karena setelah kami lulus, kami sudah tidak pernah tau kabar masing-masing.

Beruntungnya kemarin, teman-teman sekelas kami dulu memasukkan kami dalam sebuah grup yang bertujuan untuk mengadakan reuni hanya untuk teman sekelas kami saja. Aku terlonjak kaget ketika melihat nama kontak yang tertera di anggota grup.

Celine Amartha, nama yang begitu aku rindukan selama ini. Dia teman sekelas ku di SMP, dulu aku sangat ingin sekali menjadikan dia sebagai pacarku, namun aku tidak berani karena aku tidak pede dan takut ditolaknya. Dia salah satu murid terpintar di kelasku. Dia begitu ceria dan setia kawan, namun dia selalu menjauh jika didekati oleh lawan jenisnya, kecuali dalam posisi bersama-sama dengan teman-teman yang lain. Dia juga pemalu dan pendiam jika tidak diajak ngobrol terlebih dahulu.

Kini hatiku berdesir ketika melihat namanya, dan jantungku berdegup kencang ketika melihat foto profilnya. Ah, dia begitu manis, masih sama senyumnya seperti dulu, dan wajahnya begitu menenangkan. Tak ku sangka gadis yang aku sukai dulu itu kini menjadi seorang gadis yang menurutku sangat sempurna.

Tutur kata nya tidak pernah menyinggung orang lain, dan dia tidak pernah membeda-bedakan temannya. Semoga gadisku itu yang sekarang tetap baik sikapnya meskipun dia bertambah cantik.

Memikirkannya terasa menyiksa bagiku. Hingga tak sengaja jariku memencet kontaknya dan mulai menyapanya dengan beberapa kalimat untuk menenangkan hatiku. Aku memperkenalkan namaku, Alexandre Ferdinand. Setelah itu aku menanyakan kabarnya. Aku cemas menunggu balasannya sudah hampir 24 menit namun tak kunjung ada balasan darinya.

Tring...

Suara notifikasi berasal dari ponselku. Langsung saja aku ambil ponselku, aku harap notifikasi itu balasan pesan dari gadis yang aku rindukan selama ini.

Benar saja, dia membalas pesan ku. Kami bertukar kabar dan mulai mengobrol tentang masa lalu. Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, sudah selama dua jam kami mengobrol dan bercanda melalui pesan chat. Diakhirinya obrolan kami karena dia sudah mulai mengantuk karena memang benar jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam.

Ku pandangi chat room kami tadi, rasanya aku tidak menyangka akan bisa bertemu kembali setelah sekian lamanya. Meskipun belum bertemu sih, hanya lewat pesan saja kita mengobrol, namun itu sudah membuat hatiku terlampau senang. Untuk selanjutnya, aku akan mengajaknya bertemu agar hatiku ini semakin tenang.

Kini aku bertugas di kota kelahiranku, Malang. Keluargaku pindah setelah aku lulus SMP ke Ibu Kota karena Papaku di pindah tugas kan ke Ibu Kota. Oleh karena itu aku setelah lulus SMP pindah ke Ibu Kota dan bersekolah di sana.

Aku terpisah jauh dengan teman - teman SMP ku. Bahkan aku terpisah dengan gadis yang diam - diam aku sukai.

Aku bersyukur dan merasa berterima kasih pada teman - teman yang telah membuat grup chat ini, karena berkat mereka lah aku bisa berkomunikasi kembali dengan gadis pujaan ku.

Sinar mentari pagi menyapaku. Pagi ini aku bangun dengan perasaan yang sangat ringan dan gembira. Mengingat semalam aku bisa bernafas lega karena bisa berkomunikasi kembali dengannya hingga terbawa mimpi dalam tidurku. Ku rentangkan tanganku untuk merilekskan badanku setelah bangun tidur, tiba - tiba saja aku ingat akan mimpiku semalam, mimpi bertemu kembali dengan gadisku.

Hanya dengan berbalas pesan dan bermimpi dengannya saja bisa membuatku sebahagia ini, apalagi jika aku benar - benar berjumpa dengannya, entah apa yang akan aku lakukan.

Mungkin aku akan bersalto karena kegirangan. Ah pasti akan sangat memalukan. Sebenarnya aku ingin sekali memeluknya dan menggandeng tangannya jika aku bertemu dengannya nanti.

Apakah dia akan mau memberi ijin jika aku memintanya? Tentu saja aku tidak tahu jawabannya, karena aku baru saja mulai dekat kembali dengannya, tidak tahu dia yang sekarang bagaimana.

Kring.... kring... kring....

Alarm ponselku kembali berdering, menyadarkan ku akan khayalanku di pagi hari. Aku tersenyum melihat diriku yang seperti ini, entah mengapa di umurku ini aku seperti anak ABG yang sedang jatuh cinta. Bahkan ketika aku baru saja membuka mata, yang pertama kali ada di benakku adalah namanya, Celine Amartha, sungguh indah namanya seindah wajahnya.

Sayangnya aku kembali tersadar ketika alarm ponselku kembali berdering. Segera aku bangkit dan bergegas ke kamar mandi untuk segera membersihkan diri karena waktuku sudah banyak tersita oleh lamunanku, aku takut akan terlambat masuk kerja.

Sial, hari ini aku kesiangan, padahal aku ingin menyapa Celine pagi ini meskipun hanya lewat pesan ataupun voice note. Aku kesampingkan dulu keinginanku itu. Nanti, akan aku hubungi dia di jam istirahat makan siang saja.

Apa dayaku, aku hanya karyawan biasa yang alhamdulillah punya jabatan yang lumayan di usiaku ini. Bisa saja aku mengirim pesan padanya saat ini, namun aku tidak mau nantinya konsentrasi ku terganggu oleh pikiranku yang pastinya terpusat padanya.

Sekarang ini aku hanya ingin pekerjaanku cepat selesai dan aku berniat akan menemui Celine di tempat kerjanya. Menjemputnya dan mengajaknya jalan mungkin. Atau mengajaknya nonton layaknya kita sedang berkencan. Ah, memikirkannya saja membuatku semangat menjalani hari ini.

"Ayo kita selesaikan semuanya dan kita jemput Celine ku", aku berseru menyemangati diri ku sendiri. Ku ambil tumpukan berkas yang harus aku kerjakan dan mulailah aku mengerjakan semuanya.

Kini saatnya jam makan siang. Aku segera menghubunginya. Rasanya sudah tidak tahan lagi aku memendam kerinduanku. Ku tekan nomer kontak telepon yang bernamakan Celine Amartha. Hanya dalam tiga kali dering saja sudah diangkatnya, hatiku melonjak kegirangan.

"Halo, Celine... ini aku Alex"

"Hi Al, apa kabar?"

"Baik, kamu apa kabar?"

"Baik juga. Eh ada apa kok tumben telepon. hehehe...."

"Gapapa, lagi kangen aja, gak boleh?"

"Hahaha... kangen sama siapa? Kok nelpon nya ke aku sih? salah tekan kali kamu"

"Ya kangen kamu lah. Kamu pulang jam berapa? Aku jemput ya. Udah lama loh kita gak ketemu"

"Emmm... aku pulang sekitar jam empat atau lima an lah. Mau jemput? Emang kamu disekitar sini?"

"Iya, nanti aku jemput ya. Tungguin..."

Ok... ok... aku tungguin deh, tapi kalau telat aku tinggal ya. Hahaha.."

"Dasar kamu tuh... ok deh aku pasti sampai sana jam empat pas"

"Kita lihat aja nanti, awas kalau sampai jam empat lewat. Hehehe..."

"Ok, gak akan. Kalau aku sampai di sana jam empat pas kamu harus mau aku ajak nonton ya?! "

"Loh... loh kok jadi nonton?"

"Gapapa, sekalian. Ok, tungguin ya"

Tut... tut... tut..

Telepon ditutup sepihak oleh Alex, agar Celine tidak bisa memprotes keinginannya untuk mengajaknya nonton nanti.

03.45pm

Aku sudah berada di depan tempat kerja Celine. Aku sudah mengirim pesan padanya memberitahukan keberadaan ku saat ini. Mataku menatap ke arah pintu untuk mencari sosok gadis yang akan aku temui.

Gadis berparas cantik, memakai dress hitam yang sangat kontras dengan warna kulitnya dan dengan badan yang aduhai menarik perhatianku. Dia mengambil ponselnya dan mengarahkan ponselnya ke telinganya, sepertinya dia menghubungi seseorang.

Drrrt....

Ponselku bergetar. Ku ambil dari saku celanaku, tertera nama Celine Amartha di sana. Dengan dada yang berdebar aku angkat panggilan itu, dia bertanya aku dimana, dan aku beritahukan tempatku berada saat ini.

Aku berbicara di telepon dengan Celine, namun pandanganku mengarah pada gadis cantik tadi yang ada di hadapanku. Gadis itu menoleh ke arahku, dia melambaikan tangannya, dan ah.... ternyata dia Celine, gadis yang selama ini aku rindukan.

Mataku terbelalak melihat penampilannya yang sangat jauh dari dirinya dulu sewaktu SMP. Aku membalas lambaian tangannya. Dia mendekat ke arahku, entah mengapa jantungku malah jedak - jeduk tak karuan. Bibirku tersenyum tanpa sadar dan mataku masih menatapnya, mengaguminya.

"Hai Al, udah lama?" senyuman Celine masih sama, begitu manis.

"Hai Cel, udah lumayan sih. Eh kamu tambah cantik aja," godaku yang membuat pipinya bersemu merah.

"Ah kamu Al, baru ketemu udah godain aja", Celine menoleh ke lain arah, mungkin karena malu dia tidak menatapku.

Tiba - tiba ada seorang cewek yang berlari mendekat ke arah kami, "Ce... Cece... nih punyamu ketinggalan," ternyata dia teman Celine yang mengantarkan tempat kaca mata milik Celine yang ketinggalan.

Celine memasukkan kotak kaca mata tersebut ke dalam tasnya. Setelah itu dia tersenyum padaku, "Mau kemana kita? Makan yuk, laper banget aku"

"Boleh,yuk," aku membalas senyumnya dan menggandeng tangannya berjalan masuk ke dalam mobilku.

Celine kaget ketika aku menggandeng tangannya. Sepertinya dia canggung, seperti dugaan ku, dia masih Celine ku yang dulu.

Di dalam mobil, aku mencoba mencairkan suasana karena dia masih canggung setelah aku bukakan pintu mobil dan mempersilahkannya masuk, dia malu - malu dan setelah aku masuk ke dalam mobil dia sangat canggung.

"Kok tadi teman kamu manggilnya Cece sih?" aku mencoba membuatnya nyaman.

"Hah? Ow iya hehehe... awalnya dari nama Celine kan manggilnya Cece biar pendekan gitu manggilnya, terus gara - gara dipanggil Cece dikira aku chinese, akhirnya ada yang manggil Cici, taulah suka - suka mereka," Celine melebarkan senyumnya memperlihatkan deretan giginya.

"Oow gitu... terus aku manggilnya apa dong? Biar beda sama mereka? Emang bener sih kepanjangan kalau manggil Celine," aku berpikir untuk memberikan panggilan sayangku padanya sebelum aku menjalankan mobilku.

"Terserah kamu aja deh, yang penting aku tau kalau kamu lagi manggil aku," lagi - lagi dia senyum memperlihatkan deretan giginya.

"Emmm... Cice? Ceci? Cicel? Ah kayaknya itu aja deh, Cicel, cici Celine hahaha....," aku sudah menemukan panggilan sayangku untuknya.

"Hahahaha.... boleh juga," kini dia tertawa lepas, membuatku terhipnotis dengan wajah manisnya itu ketika tertawa.

"Kalau kamu manggil aku apa?" tanyaku untuk mengisi kecanggungan ketika mobil sudah aku kemudikan.

"Al, dari dulu kan aku manggil kamu Al", jawabnya yang kali ini dia menatapku dengan begitu intens.

"Oiya ya, bisa dijadikan panggilan sayang tuh, kan yang lain manggilnya Alex atau Lex, hahaha....," aku tertawa lepas bahagia seakan tidak ada beban hidup untuk sekarang ini.

"Panggilan sayang?" tanyanya bingung.

"Iya, panggilan sayangku buat kamu Cicel, dan panggilan sayang kamu buat aku Al," aku menatapnya sekilas karena aku harus menatap ke depan kemudi untuk berkonsentrasi pada jalan.

Ingin rasanya aku terus memandangnya, namun tidak bisa jika keadaannya seperti ini. Tunggu saja nanti, aku pasti akan memandangi mu tanpa berkedip.

Aku membelokkan mobilku ke salah satu restauran mewah yang terletak tidak jauh dari Mall yang rencananya akan aku datangi setelah ini untuk mengajak Celine nonton.

Aku turun dari mobil terlebih dahulu dan membukakan pintu untuknya. Setelah itu aku gandeng kembali tangannya untuk berjalan memasuki restauran tersebut.

Benar - benar suatu kesempatan yang aku tunggu - tunggu, bisa sedekat ini dengannya dan menggandeng tangannya. Jantungku benar - benar berdegup dengan kencang. Kami memilih menu dan memesannya.

Di saat kami menunggu makanan datang, kami mengobrol untuk bercerita banyak tentang masa SMA kami yang tidak satu sekolahan, bahkan kami terpisah jauh di luar kota.

Setelah makanan datang, kami segera memakannya dan aku mengajaknya untuk nonton di cinema yang berada di Mall yang dekat dengan restauran tempat kami berada saat ini.

Di sepanjang film diputar, aku tidak bisa konsentrasi pada filmnya. Mataku tanpa dikomando selalu menoleh ke samping di mana Celine berada. Dia duduk di samping kiri ku. Dengan tidak menyia-nyiakan kesempatan, aku menggenggam tangannya selama film itu diputar.

Sungguh indah hariku, bertemu kembali dengan gadis pujaan yang kini bertambah wow, dan bisa menggenggam tangannya sedari tadi kita bersama.

Ingin sekali aku memberhentikan waktu, aku tidak ingin memulangkannya, aku masih ingin bersamanya. Sayangnya itu tidak bisa terjadi. Kini lampu ruangan sudah dinyalakan, tanda film telah berakhir.

Dengan berat hati aku keluar dari ruangan itu, aku bingung mau mengajaknya kemana lagi, sedangkan hari sudah mulai malam. Celine tetaplah Celine, diusianya kini dia tetap tidak diperbolehkan pulang malam.

Dulu seingatku dia pernah bilang jam 9 malam dia harus sudah ada di rumah. Dan sekarang jam 10 dia harus sudah berada di rumah. Lain cerita jika dia kerja atau ada acara di malam hari, orang tuanya memiliki aturan jam sendiri.

Kini aku harus mengantarnya pulang. Aku masih setia menggandeng tangannya ketika berjalan. Sekarang dia sudah terbiasa. Entah dia bisa mendengar debaran jantungku atau tidak. Aku sangat kewalahan dengan debaran ini, namun aku sangat menikmatinya.

Di dalam mobil, aku sempat mengutarakan isi hatiku. Aku bilang padanya jika sedari dulu aku menyukainya, namun aku tidak berani mengatakan padanya.

Dia diam saja, namun pipinya kini kembali bersemu merah. Aku menjadi sangat gemas padanya. Ingin rasanya aku mengecup pipinya yang bersemu merah itu. Namun aku tak punya keberanian, karena aku tidak ingin dia menilai buruk pada diriku.

Mobil ku hentikan di depan rumahnya, sebelum dia turun, aku menanyakan kembali tentang perasaannya padaku, namun bukan jawaban yang kuinginkan yang dikeluarkannya. Dia mengatakan tidak bisa menjawabnya sekarang, karena dia ingin menanyakan pada hatinya dulu. Dan aku tidak punya hak untuk memaksanya. Dengan sangat terpaksa aku mengiyakannya.

Aku hendak membuka pintu mobilku untuk keluar dari mobil dan membukakan pintu untuknya, namun dia menghentikan ku, dia bilang aku tidak usah membukakan pintu untuknya karena hari sudah malam, dan aku harus segera pulang. Aku pun menuruti perintahnya. Entahlah, sedari dulu apapun yang dia perintahkan pasti aku tidak bisa membantahnya, mungkin karena rasa suka ku padanya.

Ku lajukan mobilku menjauh dari rumahnya. Di tengah jalan ponselku bergetar terus menerus, aku takut itu panggilan penting, jadi aku menepi di jalan dan aku lihat ponselku.

Ah, aku mendengus kesal melihat nama Diana, tunangan ku, yang akan menjadi istriku dalam beberapa hari lagi. Entah kenapa sejak bertemu kembali dengan Celine aku lupa akan Diana, dan jika aku ingat akan menikah dengannya, rasanya aku ingin membatalkannya saja.

Terpopuler

Comments

Nur Haini

Nur Haini

hadir....msh nyimak💪🏻💪🏻💪🏻💪🏻💖💖💖💖

2022-06-18

1

Senajudifa

Senajudifa

halo thor..salken dr kutukan cinta y

2022-05-30

1

Lili

Lili

next yuk kak

2022-04-29

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Awal Pertemuan Kembali
2 Bab 2. Kisah cinta yang tragis
3 Bab 3. Kesalahan
4 Bab 4 Godaan
5 Bab 5 Tak kuasa menahan
6 Bab 6 Kapan kita menikah?
7 Bab 7 Dilema
8 Bab 8 Batal Nikah
9 Bab 9 Kecemburuan
10 Bab 10 Wanita gila
11 Bab 11 Berita duka
12 Bab 12 Hampir
13 Bab 13 Bujuk rayu
14 Bab 14 Like father like son
15 Bab 15 Dave-ku
16 Bab 16 Jangan lakukan itu Cinta!
17 Bab 17 Menikah?
18 Bab 18 Kejar setoran
19 Bab 19 Perpisahan dan pertemuan
20 Bab 20 Klub malam
21 Bab 21 Terjebak singa betina
22 Bab 22 Desakan Reni
23 Bab 23 Penyiksaan
24 Bab 24 Positif
25 Bab 25 Akhirnya....
26 Bab 26 Gio dan Reni?
27 Bab 27 Jatuh pada lubang yang sama
28 Bab 28 Berlian vs imitasi
29 Bab 29 Pencarian Celine
30 Bab 30 Otw jadi duda
31 Bab 31 Bertemu dengan janda cantik
32 Bab 32 Wanita licik berambisi
33 Bab 33 Terkuak
34 Bab 34 Good bye...
35 Bab 35 Senyuman ketenangan Celine
36 Bab 36 Apa ini karma?
37 Bab 37 Tangan yang ingin ku miliki
38 Bab 38 Dokter cinta ku
39 Bab 39 Senyummu mengalihkan duniaku
40 Bab 40 Cobaan hidupku
41 Bab 41 Misi
42 Bab 42 Karma atau ujian?
43 Bab 43 Keinginan Dave
44 Bab 44 Vonis yang membuat stres
45 Bab 45 Undangan pernikahan
46 Bab 46 Pernikahan
47 Bab 47 Dia bereaksi!
48 Bab 48 Wanita penggoda?
49 Bab 49 Sandaran hidup
50 Bab 50 Bangkit demi harga diri
51 Bab 51 Kerinduanku
52 Bab 52 Setitik keberuntungan dalam kesialan
53 Bab 53 Tawanan hati
54 Bab 54 Bertemu dengan iblis
55 Bab 55 Takdirku
56 Bab 56 Kejutan untukku
57 Bab 57 Pilihan yang sulit
58 Bab 58 Teman bergaul
59 Bab 59 Target taruhan
60 Bab 60 Apa salahku?
61 Bab 61 Permintaan
62 Bab 62 Masih mengharapkan?
63 Bab 63 Tentang pasangan hidup
64 Bab 64 Wanita baik untuk pria baik
65 Bab 65 Persahabatan
66 Bab 66 Keterkejutan
67 Bab 67 Berlebihan
68 Bab 68 Buktikan!
69 Bab 69 Apa kau puas?
70 Bab 70 Sad holiday
71 Bab 71 Suami macam apa?
72 Bab 72 Kalimat yang sama
73 Bab 73 Ceraikan aku!
74 Bab 74 Ketukan palu perceraian
75 Bab 75 Hati dan pikiran yang tak tenang
76 Bab 76 Menghilang
77 Bab 77 Ku temukan dia
78 Bab 78 Trauma
79 Bab 79 Sebuah keputusan
80 Bab 80 Sebuah rencana
81 Bab 81 Apakah Tuhan mendengarkan doaku?
82 Bab 82 Pembuktian seorang pria sejati
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Bab 1. Awal Pertemuan Kembali
2
Bab 2. Kisah cinta yang tragis
3
Bab 3. Kesalahan
4
Bab 4 Godaan
5
Bab 5 Tak kuasa menahan
6
Bab 6 Kapan kita menikah?
7
Bab 7 Dilema
8
Bab 8 Batal Nikah
9
Bab 9 Kecemburuan
10
Bab 10 Wanita gila
11
Bab 11 Berita duka
12
Bab 12 Hampir
13
Bab 13 Bujuk rayu
14
Bab 14 Like father like son
15
Bab 15 Dave-ku
16
Bab 16 Jangan lakukan itu Cinta!
17
Bab 17 Menikah?
18
Bab 18 Kejar setoran
19
Bab 19 Perpisahan dan pertemuan
20
Bab 20 Klub malam
21
Bab 21 Terjebak singa betina
22
Bab 22 Desakan Reni
23
Bab 23 Penyiksaan
24
Bab 24 Positif
25
Bab 25 Akhirnya....
26
Bab 26 Gio dan Reni?
27
Bab 27 Jatuh pada lubang yang sama
28
Bab 28 Berlian vs imitasi
29
Bab 29 Pencarian Celine
30
Bab 30 Otw jadi duda
31
Bab 31 Bertemu dengan janda cantik
32
Bab 32 Wanita licik berambisi
33
Bab 33 Terkuak
34
Bab 34 Good bye...
35
Bab 35 Senyuman ketenangan Celine
36
Bab 36 Apa ini karma?
37
Bab 37 Tangan yang ingin ku miliki
38
Bab 38 Dokter cinta ku
39
Bab 39 Senyummu mengalihkan duniaku
40
Bab 40 Cobaan hidupku
41
Bab 41 Misi
42
Bab 42 Karma atau ujian?
43
Bab 43 Keinginan Dave
44
Bab 44 Vonis yang membuat stres
45
Bab 45 Undangan pernikahan
46
Bab 46 Pernikahan
47
Bab 47 Dia bereaksi!
48
Bab 48 Wanita penggoda?
49
Bab 49 Sandaran hidup
50
Bab 50 Bangkit demi harga diri
51
Bab 51 Kerinduanku
52
Bab 52 Setitik keberuntungan dalam kesialan
53
Bab 53 Tawanan hati
54
Bab 54 Bertemu dengan iblis
55
Bab 55 Takdirku
56
Bab 56 Kejutan untukku
57
Bab 57 Pilihan yang sulit
58
Bab 58 Teman bergaul
59
Bab 59 Target taruhan
60
Bab 60 Apa salahku?
61
Bab 61 Permintaan
62
Bab 62 Masih mengharapkan?
63
Bab 63 Tentang pasangan hidup
64
Bab 64 Wanita baik untuk pria baik
65
Bab 65 Persahabatan
66
Bab 66 Keterkejutan
67
Bab 67 Berlebihan
68
Bab 68 Buktikan!
69
Bab 69 Apa kau puas?
70
Bab 70 Sad holiday
71
Bab 71 Suami macam apa?
72
Bab 72 Kalimat yang sama
73
Bab 73 Ceraikan aku!
74
Bab 74 Ketukan palu perceraian
75
Bab 75 Hati dan pikiran yang tak tenang
76
Bab 76 Menghilang
77
Bab 77 Ku temukan dia
78
Bab 78 Trauma
79
Bab 79 Sebuah keputusan
80
Bab 80 Sebuah rencana
81
Bab 81 Apakah Tuhan mendengarkan doaku?
82
Bab 82 Pembuktian seorang pria sejati

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!