Mataku tak bisa terpejam. Kepalaku rasanya pusing memikirkan Diana. Namun hatiku senang mengingat bayangan wajah Celine.
Ku pejamkan erat mataku berharap agar besok pagi pikiran jernih ku akan kembali, sehingga aku bisa memutuskan bagaimana langkahku selanjutnya.
01.10 am
Mata ku tak kunjung terpejam. Sudah sekian lama ku pejamkan mata, namun wajah Celine selalu ada di dalam pikiranku. Wajahnya yang cantik dan senyum manisnya sepertinya sudah terekam di otakku.
Aku bangun dari tidur ku dan segera ku basuh mukaku agar aku segera sadar. Dan sialnya, wajah Celine yang tersenyum sedang berada di cermin seolah menatapku.
Aku pasti sudah gila. Bagaimana bisa aku menikah dengan Diana jika aku selalu terbayang wajah Celine? Dia benar-benar pemilik hatiku. Sungguh rasanya aku tidak bisa jauh darinya.
"Aaaaargh......,"
Ku jambak rambutku sekuat tenaga, untuk menyalurkan semua frustasi ku.
Aku rasa ini tidak bisa ku biarkan. Aku harus cepat mengambil keputusan. Setelah beberapa menit aku merenung, kini aku sudah mendapatkan keputusan ku.
Ku ambil ponsel ku dan ku telepon no yang kuberi nama Papa. Telepon ku diangkat setelah dering yang ketiga kali. Aku yakin Papaku sedang tidur nyenyak saat ini, dan dia pasti akan sangat marah jika mendengar apa yang akan ku katakan di malam hari seperti ini.
And see...
Benar seperti yang kuduga. Papa marah panjang lebar ketika aku mengatakan bahwa aku ingin membatalkan pernikahanku dengan Diana.
Dan fatalnya lagi Papaku marah karena aku sedang mengganggu tidurnya di malam hari hanya karena mendengar permintaanku yang dianggapnya lelucon dan kekanak-kanakan.
Come on, disisi mana kekanak-kanakannya? Aku hanya ingin menikah dengan pujaan hatiku, cinta pertamaku. Apa itu sebuah lelucon?
Aaah... aku sangat iri melihat teman-temanku dan orang-orang yang bisa menikah dengan orang yang dicintainya.
Diana, apa aku mencintainya? Aku juga tidak tahu pasti. Yang aku tahu hubungan kita hanya mengalir begitu saja.
Flashback
Diana dan aku merupakan teman satu kelas. Hari itu kami ditugaskan oleh dosen untuk berkelompok mengerjakan tugas untuk suatu penelitian ekonomi di suatu desa.
Dan kebetulan aku dan Diana menjadi satu kelompok. Seminggu kami melakukan penelitian dan selalu bersama di tempat itu selama seminggu.
Ada kalanya kami berbagi pengalaman dan cerita. Di situlah kami jadi sering bersama dan lebih dekat lagi.
Suatu ketika aku diberitahukan oleh temanku bahwa Diana menyukaiku. Dan akan menyedihkan bagiku jika di umurku yang sekarang ini aku tidak memiliki pacar.
Aku pikir pilihan yang tepat untuk menjadi pacarnya karena sejauh ini kami sangat nyaman satu sama lain.
Hingga suatu ketika, aku menyatakan perasaan ku kepadanya karena aku dengar dari temanku jika Diana malu jika menyatakan duluan perasaannya padaku.
Oke, aku seorang lelaki, jadi sudah seharusnya akulah yang harus menyatakan perasaanku padanya.
Ku hentikan mobilku di kios bunga yang ada di dekat kampusku. Aku membeli bunga mawar merah, yang aku tahu itu adalah bunga kesukaannya. Ku selipkan sekotak coklat di bawah buket bunga mawar merah yang tadi ku beli dan ku letakkan di jok mobil.
Aku mengajak Diana untuk pulang bersama. Di saat dia masuk ke dalam mobil, dia kaget karena mendapati buket bunga mawar merah dan sekotak coklat di jok mobil yang akan dia duduki.
Dia berdiri terdiam di depan pintu mobilku yang terbuka. Setelah aku mengatakan bahwa itu untuk dirinya, betapa bahagianya dia. Aku melihatnya dari wajahnya yang memancarkan kebahagiaan.
Ku beranikan diriku untuk mengajaknya berpacaran, dan benar saja, tidak perlu waktu untuk berpikir, dia langsung menjawabnya dengan cepat. Kata 'iya' langsung keluar dari mulutnya.
Selang beberapa bulan kemudian kami bertunangan, dan setelah itu keluarga kami memutuskan untuk mengadakan pernikahan kami beberapa bulan lagi.
Flashback end
Dan hari itu akan tiba, seminggu lagi pernikahanku dengan Diana akan dilaksanakan.
Oh Tuhan... apa bisa engkau menukar pasanganku? Aku ingin Celine yang menjadi pasangan hidupku, aku ingin Celine yang menjadi istriku....
Tak terasa aku tertidur di sofa ruang tamu. Aku mengerjapkan mataku, merangkaikan ingatanku dan aku mendapati kekecewaan dari semua fakta yang aku ingat.
Kini aku sudah berada di meja kerjaku. Lesu dan tidak bergairah sekarang yang aku rasakan. Beda sekali rasanya dengan kemarin pada saat Celine kembali dalam hidupku.
Kini hatiku hampa ketika mengingat bahwa aku harus kembali melepaskannya, melepaskan gadis pujaan ku, dan melepaskan cinta pertamaku.
Sedari tadi ponselku bergetar dan aku lihat ternyata notifikasi grup SMP kami. Aku melihat Celine yang ikut berkomentar di sana.
Sungguh ingin ku berlari menghampirinya dan mengajaknya untuk hidup di tempat lain ataupun pelosok desa agar tidak ditemukan orang tuaku.
Aku sungguh-sungguh ingin memilikinya, memiliki gadis pujaan ku dan memiliki cinta pertamaku.
Tanpa pikir panjang lagi, aku menghubungi Celine dan mengajaknya untuk bertemu.
Dan sore nanti kami akan bertemu sepulang kami dari bekerja, seperti kemarin. Ahh... sungguh hatiku sangat senang hanya dengan mengingatnya saja. Apalagi mendengar suaranya seperti tadi, membuat mood ku yang sedari tadi pagi jelek mendadak menjadi baik.
Celine... Celine... sungguh pesona dan kehadiranmu sangat berarti bagiku, bagi kehidupanku dan bagi masa depanku.
"Al, kamu kok kayak melamun gitu sih, ada apa?" tanya Celine padaku sewaktu kami berdua makan di salah satu Cafe yang sedang viral.
"Gapapa Cel. Mmm... aku mau ngomong, ah nanti aja," ucapku ragu.
Sungguh aku tidak mau mengatakannya. Yang ingin aku katakan yaitu, Cel ayo kita menikah.
Namun apa dayaku, bukan itu juga yang harus aku sampaikan padanya. Aku sangat bingung, frustasi dan ingin mengajaknya kawin lari.
Gila... gila... sungguh tidak waras pikiranku. Aku bagai terhipnotis dengan senyum manisnya yang benar-benar membuatku ingin memilikinya.
Aku mengajaknya ke sebuah taman. Kini, saatnya aku harus mengatakannya. Ku beranikan diriku menatap matanya, namun gagal, aku tidak kuat menatap matanya ketika aku memberitahunya pernikahanku akan diadakan beberapa hari lagi di kota Jakarta.
Aku tahu dia kaget dan mungkin merasa dipermainkan, aku berlutut memohon maaf dan menjelaskan semuanya.
Tapi di luar dugaan ku, Celine tersenyum dan membantuku untuk duduk kembali di bangku taman yang ada disebelahnya, yaitu tempat yang ku gunakan untuk duduk tadi.
Dengan senyum dia mengatakan bahwa dia mengerti keadaanku. Namun aku melihat kesedihan di matanya.
Apa dia juga mencintaiku?
"Cel, apa kau juga mencintaiku?" tanyaku tanpa sadar.
"Apa jawaban itu kamu butuhkan? Kamu udah akan menikah Al, aku rasa jawaban itu tidak kamu butuhkan lagi," jawab Celine dengan senyum yang entahlah, senyum itu kurasa getir dan menusuk di dadaku.
"Cel, sungguh aku sangat mencintaimu. Apa kita menikah dulu saja?" ucapan ku sangat konyol dan sialnya perkataan itu lolos begitu saja dari mulutku.
"Al, kamu harus menghormati suatu pernikahan. Apapun itu kamu harus menerimanya, sebab itu udah jadi keputusan kamu. Aku hanya bisa pastikan aja jika kita masih tetap berteman," senyum Celine yang mengiringi perkataannya membuatku sangat sedih.
Akhirnya aku mengantarnya pulang. Ini adalah perpisahan ku dengannya sebelum aku berangkat besok ke jakarta untuk menyiapkan pernikahanku.
Sebelum Celine keluar dari mobilku, aku memaksanya untuk menjawab pertanyaan ku sekali lagi.
Aku bertanya tentang perasaannya padaku, dan tanpa ku duga dia mengangguk sebelum akhirnya turun dari mobilku.
Ya Tuhan.... bisakah kau beri aku kebahagiaanku? Aku ingin bersamanya, bersama cinta pertamaku, Celine Amartha.
Harusnya aku bahagia mendapatkan kenyataan bahwa gadis pujaan ku yang menjadi cinta pertamaku itu mencintaiku.
Aaargh....
Sungguh kenyataan yang memilukan. Sungguh pahit ku rasa. Entah bagaimana rumah tanggaku dengan Diana nanti.
Ku lajukan mobilku menuju apartemenku untuk segera berkemas dan pergi ke Jakarta untuk mempersiapkan pernikahanku yang kurang beberapa hari lagi.
Dan ku titipkan kisah sedih dan pilunya cintaku pada kota ini, dan malam ini sebagai hari patah hatiku yang bukan karena putus cinta melainkan cintaku diterima namun aku harus meninggalkannya.
Begitu tragis bukan cerita cintaku ini?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments