Bab 2. Kisah cinta yang tragis

Mataku tak bisa terpejam. Kepalaku rasanya pusing memikirkan Diana. Namun hatiku senang mengingat bayangan wajah Celine.

Ku pejamkan erat mataku berharap agar besok pagi pikiran jernih ku akan kembali, sehingga aku bisa memutuskan bagaimana langkahku selanjutnya.

01.10 am

Mata ku tak kunjung terpejam. Sudah sekian lama ku pejamkan mata, namun wajah Celine selalu ada di dalam pikiranku. Wajahnya yang cantik dan senyum manisnya sepertinya sudah terekam di otakku.

Aku bangun dari tidur ku dan segera ku basuh mukaku agar aku segera sadar. Dan sialnya, wajah Celine yang tersenyum sedang berada di cermin seolah menatapku.

Aku pasti sudah gila. Bagaimana bisa aku menikah dengan Diana jika aku selalu terbayang wajah Celine? Dia benar-benar pemilik hatiku. Sungguh rasanya aku tidak bisa jauh darinya.

"Aaaaargh......,"

Ku jambak rambutku sekuat tenaga, untuk menyalurkan semua frustasi ku.

Aku rasa ini tidak bisa ku biarkan. Aku harus cepat mengambil keputusan. Setelah beberapa menit aku merenung, kini aku sudah mendapatkan keputusan ku.

Ku ambil ponsel ku dan ku telepon no yang kuberi nama Papa. Telepon ku diangkat setelah dering yang ketiga kali. Aku yakin Papaku sedang tidur nyenyak saat ini, dan dia pasti akan sangat marah jika mendengar apa yang akan ku katakan di malam hari seperti ini.

And see...

Benar seperti yang kuduga. Papa marah panjang lebar ketika aku mengatakan bahwa aku ingin membatalkan pernikahanku dengan Diana.

Dan fatalnya lagi Papaku marah karena aku sedang mengganggu tidurnya di malam hari hanya karena mendengar permintaanku yang dianggapnya lelucon dan kekanak-kanakan.

Come on, disisi mana kekanak-kanakannya? Aku hanya ingin menikah dengan pujaan hatiku, cinta pertamaku. Apa itu sebuah lelucon?

Aaah... aku sangat iri melihat teman-temanku dan orang-orang yang bisa menikah dengan orang yang dicintainya.

Diana, apa aku mencintainya? Aku juga tidak tahu pasti. Yang aku tahu hubungan kita hanya mengalir begitu saja.

Flashback

Diana dan aku merupakan teman satu kelas. Hari itu kami ditugaskan oleh dosen untuk berkelompok mengerjakan tugas untuk suatu penelitian ekonomi di suatu desa.

Dan kebetulan aku dan Diana menjadi satu kelompok. Seminggu kami melakukan penelitian dan selalu bersama di tempat itu selama seminggu.

Ada kalanya kami berbagi pengalaman dan cerita. Di situlah kami jadi sering bersama dan lebih dekat lagi.

Suatu ketika aku diberitahukan oleh temanku bahwa Diana menyukaiku. Dan akan menyedihkan bagiku jika di umurku yang sekarang ini aku tidak memiliki pacar.

Aku pikir pilihan yang tepat untuk menjadi pacarnya karena sejauh ini kami sangat nyaman satu sama lain.

Hingga suatu ketika, aku menyatakan perasaan ku kepadanya karena aku dengar dari temanku jika Diana malu jika menyatakan duluan perasaannya padaku.

Oke, aku seorang lelaki, jadi sudah seharusnya akulah yang harus menyatakan perasaanku padanya.

Ku hentikan mobilku di kios bunga yang ada di dekat kampusku. Aku membeli bunga mawar merah, yang aku tahu itu adalah bunga kesukaannya. Ku selipkan sekotak coklat di bawah buket bunga mawar merah yang tadi ku beli dan ku letakkan di jok mobil.

Aku mengajak Diana untuk pulang bersama. Di saat dia masuk ke dalam mobil, dia kaget karena mendapati buket bunga mawar merah dan sekotak coklat di jok mobil yang akan dia duduki.

Dia berdiri terdiam di depan pintu mobilku yang terbuka. Setelah aku mengatakan bahwa itu untuk dirinya, betapa bahagianya dia. Aku melihatnya dari wajahnya yang memancarkan kebahagiaan.

Ku beranikan diriku untuk mengajaknya berpacaran, dan benar saja, tidak perlu waktu untuk berpikir, dia langsung menjawabnya dengan cepat. Kata 'iya' langsung keluar dari mulutnya.

Selang beberapa bulan kemudian kami bertunangan, dan setelah itu keluarga kami memutuskan untuk mengadakan pernikahan kami beberapa bulan lagi.

Flashback end

Dan hari itu akan tiba, seminggu lagi pernikahanku dengan Diana akan dilaksanakan.

Oh Tuhan... apa bisa engkau menukar pasanganku? Aku ingin Celine yang menjadi pasangan hidupku, aku ingin Celine yang menjadi istriku....

Tak terasa aku tertidur di sofa ruang tamu. Aku mengerjapkan mataku, merangkaikan ingatanku dan aku mendapati kekecewaan dari semua fakta yang aku ingat.

Kini aku sudah berada di meja kerjaku. Lesu dan tidak bergairah sekarang yang aku rasakan. Beda sekali rasanya dengan kemarin pada saat Celine kembali dalam hidupku.

Kini hatiku hampa ketika mengingat bahwa aku harus kembali melepaskannya, melepaskan gadis pujaan ku, dan melepaskan cinta pertamaku.

Sedari tadi ponselku bergetar dan aku lihat ternyata notifikasi grup SMP kami. Aku melihat Celine yang ikut berkomentar di sana.

Sungguh ingin ku berlari menghampirinya dan mengajaknya untuk hidup di tempat lain ataupun pelosok desa agar tidak ditemukan orang tuaku.

Aku sungguh-sungguh ingin memilikinya, memiliki gadis pujaan ku dan memiliki cinta pertamaku.

Tanpa pikir panjang lagi, aku menghubungi Celine dan mengajaknya untuk bertemu.

Dan sore nanti kami akan bertemu sepulang kami dari bekerja, seperti kemarin. Ahh... sungguh hatiku sangat senang hanya dengan mengingatnya saja. Apalagi mendengar suaranya seperti tadi, membuat mood ku yang sedari tadi pagi jelek mendadak menjadi baik.

Celine... Celine... sungguh pesona dan kehadiranmu sangat berarti bagiku, bagi kehidupanku dan bagi masa depanku.

"Al, kamu kok kayak melamun gitu sih, ada apa?" tanya Celine padaku sewaktu kami berdua makan di salah satu Cafe yang sedang viral.

"Gapapa Cel. Mmm... aku mau ngomong, ah nanti aja," ucapku ragu.

Sungguh aku tidak mau mengatakannya. Yang ingin aku katakan yaitu, Cel ayo kita menikah.

Namun apa dayaku, bukan itu juga yang harus aku sampaikan padanya. Aku sangat bingung, frustasi dan ingin mengajaknya kawin lari.

Gila... gila... sungguh tidak waras pikiranku. Aku bagai terhipnotis dengan senyum manisnya yang benar-benar membuatku ingin memilikinya.

Aku mengajaknya ke sebuah taman. Kini, saatnya aku harus mengatakannya. Ku beranikan diriku menatap matanya, namun gagal, aku tidak kuat menatap matanya ketika aku memberitahunya pernikahanku akan diadakan beberapa hari lagi di kota Jakarta.

Aku tahu dia kaget dan mungkin merasa dipermainkan, aku berlutut memohon maaf dan menjelaskan semuanya.

Tapi di luar dugaan ku, Celine tersenyum dan membantuku untuk duduk kembali di bangku taman yang ada disebelahnya, yaitu tempat yang ku gunakan untuk duduk tadi.

Dengan senyum dia mengatakan bahwa dia mengerti keadaanku. Namun aku melihat kesedihan di matanya.

Apa dia juga mencintaiku?

"Cel, apa kau juga mencintaiku?" tanyaku tanpa sadar.

"Apa jawaban itu kamu butuhkan? Kamu udah akan menikah Al, aku rasa jawaban itu tidak kamu butuhkan lagi," jawab Celine dengan senyum yang entahlah, senyum itu kurasa getir dan menusuk di dadaku.

"Cel, sungguh aku sangat mencintaimu. Apa kita menikah dulu saja?" ucapan ku sangat konyol dan sialnya perkataan itu lolos begitu saja dari mulutku.

"Al, kamu harus menghormati suatu pernikahan. Apapun itu kamu harus menerimanya, sebab itu udah jadi keputusan kamu. Aku hanya bisa pastikan aja jika kita masih tetap berteman," senyum Celine yang mengiringi perkataannya membuatku sangat sedih.

Akhirnya aku mengantarnya pulang. Ini adalah perpisahan ku dengannya sebelum aku berangkat besok ke jakarta untuk menyiapkan pernikahanku.

Sebelum Celine keluar dari mobilku, aku memaksanya untuk menjawab pertanyaan ku sekali lagi.

Aku bertanya tentang perasaannya padaku, dan tanpa ku duga dia mengangguk sebelum akhirnya turun dari mobilku.

Ya Tuhan.... bisakah kau beri aku kebahagiaanku? Aku ingin bersamanya, bersama cinta pertamaku, Celine Amartha.

Harusnya aku bahagia mendapatkan kenyataan bahwa gadis pujaan ku yang menjadi cinta pertamaku itu mencintaiku.

Aaargh....

Sungguh kenyataan yang memilukan. Sungguh pahit ku rasa. Entah bagaimana rumah tanggaku dengan Diana nanti.

Ku lajukan mobilku menuju apartemenku untuk segera berkemas dan pergi ke Jakarta untuk mempersiapkan pernikahanku yang kurang beberapa hari lagi.

Dan ku titipkan kisah sedih dan pilunya cintaku pada kota ini, dan malam ini sebagai hari patah hatiku yang bukan karena putus cinta melainkan cintaku diterima namun aku harus meninggalkannya.

Begitu tragis bukan cerita cintaku ini?

Episodes
1 Bab 1. Awal Pertemuan Kembali
2 Bab 2. Kisah cinta yang tragis
3 Bab 3. Kesalahan
4 Bab 4 Godaan
5 Bab 5 Tak kuasa menahan
6 Bab 6 Kapan kita menikah?
7 Bab 7 Dilema
8 Bab 8 Batal Nikah
9 Bab 9 Kecemburuan
10 Bab 10 Wanita gila
11 Bab 11 Berita duka
12 Bab 12 Hampir
13 Bab 13 Bujuk rayu
14 Bab 14 Like father like son
15 Bab 15 Dave-ku
16 Bab 16 Jangan lakukan itu Cinta!
17 Bab 17 Menikah?
18 Bab 18 Kejar setoran
19 Bab 19 Perpisahan dan pertemuan
20 Bab 20 Klub malam
21 Bab 21 Terjebak singa betina
22 Bab 22 Desakan Reni
23 Bab 23 Penyiksaan
24 Bab 24 Positif
25 Bab 25 Akhirnya....
26 Bab 26 Gio dan Reni?
27 Bab 27 Jatuh pada lubang yang sama
28 Bab 28 Berlian vs imitasi
29 Bab 29 Pencarian Celine
30 Bab 30 Otw jadi duda
31 Bab 31 Bertemu dengan janda cantik
32 Bab 32 Wanita licik berambisi
33 Bab 33 Terkuak
34 Bab 34 Good bye...
35 Bab 35 Senyuman ketenangan Celine
36 Bab 36 Apa ini karma?
37 Bab 37 Tangan yang ingin ku miliki
38 Bab 38 Dokter cinta ku
39 Bab 39 Senyummu mengalihkan duniaku
40 Bab 40 Cobaan hidupku
41 Bab 41 Misi
42 Bab 42 Karma atau ujian?
43 Bab 43 Keinginan Dave
44 Bab 44 Vonis yang membuat stres
45 Bab 45 Undangan pernikahan
46 Bab 46 Pernikahan
47 Bab 47 Dia bereaksi!
48 Bab 48 Wanita penggoda?
49 Bab 49 Sandaran hidup
50 Bab 50 Bangkit demi harga diri
51 Bab 51 Kerinduanku
52 Bab 52 Setitik keberuntungan dalam kesialan
53 Bab 53 Tawanan hati
54 Bab 54 Bertemu dengan iblis
55 Bab 55 Takdirku
56 Bab 56 Kejutan untukku
57 Bab 57 Pilihan yang sulit
58 Bab 58 Teman bergaul
59 Bab 59 Target taruhan
60 Bab 60 Apa salahku?
61 Bab 61 Permintaan
62 Bab 62 Masih mengharapkan?
63 Bab 63 Tentang pasangan hidup
64 Bab 64 Wanita baik untuk pria baik
65 Bab 65 Persahabatan
66 Bab 66 Keterkejutan
67 Bab 67 Berlebihan
68 Bab 68 Buktikan!
69 Bab 69 Apa kau puas?
70 Bab 70 Sad holiday
71 Bab 71 Suami macam apa?
72 Bab 72 Kalimat yang sama
73 Bab 73 Ceraikan aku!
74 Bab 74 Ketukan palu perceraian
75 Bab 75 Hati dan pikiran yang tak tenang
76 Bab 76 Menghilang
77 Bab 77 Ku temukan dia
78 Bab 78 Trauma
79 Bab 79 Sebuah keputusan
80 Bab 80 Sebuah rencana
81 Bab 81 Apakah Tuhan mendengarkan doaku?
82 Bab 82 Pembuktian seorang pria sejati
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Bab 1. Awal Pertemuan Kembali
2
Bab 2. Kisah cinta yang tragis
3
Bab 3. Kesalahan
4
Bab 4 Godaan
5
Bab 5 Tak kuasa menahan
6
Bab 6 Kapan kita menikah?
7
Bab 7 Dilema
8
Bab 8 Batal Nikah
9
Bab 9 Kecemburuan
10
Bab 10 Wanita gila
11
Bab 11 Berita duka
12
Bab 12 Hampir
13
Bab 13 Bujuk rayu
14
Bab 14 Like father like son
15
Bab 15 Dave-ku
16
Bab 16 Jangan lakukan itu Cinta!
17
Bab 17 Menikah?
18
Bab 18 Kejar setoran
19
Bab 19 Perpisahan dan pertemuan
20
Bab 20 Klub malam
21
Bab 21 Terjebak singa betina
22
Bab 22 Desakan Reni
23
Bab 23 Penyiksaan
24
Bab 24 Positif
25
Bab 25 Akhirnya....
26
Bab 26 Gio dan Reni?
27
Bab 27 Jatuh pada lubang yang sama
28
Bab 28 Berlian vs imitasi
29
Bab 29 Pencarian Celine
30
Bab 30 Otw jadi duda
31
Bab 31 Bertemu dengan janda cantik
32
Bab 32 Wanita licik berambisi
33
Bab 33 Terkuak
34
Bab 34 Good bye...
35
Bab 35 Senyuman ketenangan Celine
36
Bab 36 Apa ini karma?
37
Bab 37 Tangan yang ingin ku miliki
38
Bab 38 Dokter cinta ku
39
Bab 39 Senyummu mengalihkan duniaku
40
Bab 40 Cobaan hidupku
41
Bab 41 Misi
42
Bab 42 Karma atau ujian?
43
Bab 43 Keinginan Dave
44
Bab 44 Vonis yang membuat stres
45
Bab 45 Undangan pernikahan
46
Bab 46 Pernikahan
47
Bab 47 Dia bereaksi!
48
Bab 48 Wanita penggoda?
49
Bab 49 Sandaran hidup
50
Bab 50 Bangkit demi harga diri
51
Bab 51 Kerinduanku
52
Bab 52 Setitik keberuntungan dalam kesialan
53
Bab 53 Tawanan hati
54
Bab 54 Bertemu dengan iblis
55
Bab 55 Takdirku
56
Bab 56 Kejutan untukku
57
Bab 57 Pilihan yang sulit
58
Bab 58 Teman bergaul
59
Bab 59 Target taruhan
60
Bab 60 Apa salahku?
61
Bab 61 Permintaan
62
Bab 62 Masih mengharapkan?
63
Bab 63 Tentang pasangan hidup
64
Bab 64 Wanita baik untuk pria baik
65
Bab 65 Persahabatan
66
Bab 66 Keterkejutan
67
Bab 67 Berlebihan
68
Bab 68 Buktikan!
69
Bab 69 Apa kau puas?
70
Bab 70 Sad holiday
71
Bab 71 Suami macam apa?
72
Bab 72 Kalimat yang sama
73
Bab 73 Ceraikan aku!
74
Bab 74 Ketukan palu perceraian
75
Bab 75 Hati dan pikiran yang tak tenang
76
Bab 76 Menghilang
77
Bab 77 Ku temukan dia
78
Bab 78 Trauma
79
Bab 79 Sebuah keputusan
80
Bab 80 Sebuah rencana
81
Bab 81 Apakah Tuhan mendengarkan doaku?
82
Bab 82 Pembuktian seorang pria sejati

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!