Bab 5 Tak kuasa menahan

Reni, wanita ini sungguh agresif. Kini dia ada di pangkuanku ketika aku sedang menerima telepon dari istri dan anakku.

Ku paksa dia turun dari pangkuanku, namun dia malah melingkarkan tangannya di leherku. Aku merasa seperti pria brengsek sekarang ini.

Semakin lama dia semakin memancingku. Tangannya berkelana ke bagian-bagian yang membuatku melayang. Ku sudahi teleponku dengan istri dan anakku agar mereka tidak mendengar suara mendesau ku.

Sekali lagi aku terpancing dengan permainan tangan wanita ini. Dia berhasil menegakkan belalai ku yang merunduk. Aku terhanyut dan terperdaya oleh permainannya.

Hingga waktu siang, aku menyudahi semuanya. Aku mengantarkan dia pulang ke rumah orang tuanya. Dan aku menegaskan hubungan kami yang hanya sebatas teman.

Dia pun setuju, namun aku ragu dia bisa dipercaya atau tidak. Karena seperti malam kemarin yang aku merasa dia telah membohongiku atau menjebak ku? Entahlah aku sendiri tidak mengerti. Ataukah aku yang terlalu bodoh bisa masuk pada bualannya?

Sejenak rasa patah hatiku teralihkan oleh kehadiran Reni. Namun aku merasa bersalah pada istriku. Tunggu, apa jika aku melakukannya dengan Celine aku juga merasa bersalah pada istriku?

Ahhh, tapi itu tidak akan mungkin terjadi karena Celine yang aku kenal adalah gadis baik-baik yang tidak akan mungkin melakukan itu sebelum dia sah menikah.

Aku merasa patah hati kembali saat mengingat Celine. Aku tidak bisa membayangkannya jika aku melihat dia bersanding dengan pria lain di pelaminan.

Aku sungguh patah hati dan ingin menculiknya, namun jika teringat senyumnya, aku tidak akan tega melakukannya. Dia wanita baik-baik, dia akan selamanya menjadi Celine ku meskipun aku tidak memilikinya. Ku tutup lembar ceritaku dengan Celine, namun harapan aku untuknya masih akan tetap sama, akan selalu ada di hatiku.

Hari-hari ku lalui dengan tidak semangat. Grup chat dari teman-teman alumni SMP ku sepi. Aku juga tidak melihat foto-foto pernikahan Celine di medsos nya.

Bagaimana kabarmu? Apa kamu sebahagia itu hingga tidak meninggalkan jejak sama sekali? Aaah, aku masih sangat merindukanmu.... Celine...

Namun hati ku tak lagi sepi di kota ini. Jauh dari istri dan anakku tak menjadikan malam-malam ku hampa seperti sebelumnya.

Reni Wijaya, wanita itu setiap hari meneror ku dengan kedatangannya ke tempat kerja dan apartemen ku.

Aku tidak mau jika rekan-rekan kerjaku mengetahui hubunganku dengan Reni, oleh sebab itu aku menuruti kemauan Reni kemanapun dia mengajakku.

Lama kelamaan hubunganku dengan Reni menjadi semakin dekat, hingga dia menyuruhku untuk menikahinya dengan alasan dia mencintaiku dan sudah berkali-kali melakukan hubungan terlarang itu.

Dengan terpaksa aku mengiyakan kemauannya untuk mencari aman. Tanpa terpikir dariku untuk benar-benar menikahinya meskipun secara siri.

Aku akui aku memang lelaki bodoh yang dengan gampangnya bisa terbuai dalam rayuan dan belaian seorang Reni Wijaya. Entah bagaiman selanjutnya aku tidak mengerti karena setiap aku dekat dengannya, selalu saja dia bisa membuat bentengku menjadi roboh dan lagi-lagi aku terperdaya olehnya.

Dia memang wanita yang sangat agresif. Setiap sentuhannya memang membuatku lupa akan semuanya, lupa akan istri dan anakku dan juga lupa akan patah hatiku pada cinta pertamaku.

Malam ini sebelum ku memejamkan mata, banyak sekali notifikasi pesan yang masuk pada ponselku. Biasanya aku enggan memeriksanya, namun entah mengapa kali ini seperti ada magnet yang menarik ku untuk membaca pesan tersebut.

Mataku melotot membaca chat di grup alumni SMP ku yang mengatakan bahwa Celine tidak jadi menikah. Entah bagaimana ceritanya mereka semua tidak tahu.

Seperti bunga bermekaran dalam hatiku, aku tersenyum bahagia mendengar bahwa Celine, cinta pertamaku tidak jadi menikah. Namun sekelebat bayangan wajah Reni datang, membuatku menjadi sedih kembali, karena aku tahu jika Reni tidak akan mudah melepaskan ku.