Hari ini merupakan hari bergantinya statusku dari single menjadi menikah. Hari yang sangat dinanti-nantikan oleh kaum single.
Perasaanku? Entahlah, aku sendiri tidak tahu. Karena jujur saja wajah cantik dan senyuman manis Celine tetap merajai hati dan pikiranku.
Sudah beberapa hari ini aku tidak mendengar kabar dari Celine. Entah bagaimana kabarnya aku tidak mengetahuinya. Ingin rasanya aku menghubunginya untuk mendengarkan suaranya. Namun itu semua tak mungkin aku lakukan karena aku hanya akan menambah kesedihannya.
Buku nikah yang aku perlihatkan bersama Diana pada saat sesi foto setelah kami melaksanakan akad nikah tadi menjadi bukti bahwa kini aku sudah mempunyai istri. Dan itu berarti aku harus bertanggung jawab penuh sebagai seorang suami.
Ku yakinkan hatiku bahwa inilah jalanku, jalan yang aku pilih dan harus aku lalui. Aura kebahagiaan dari kedua keluarga kami membuatku sadar bahwa aku tidak boleh egois, sama dengan yang diucapkan oleh Celine pada saat kami terakhir kali bertemu.
Mengingat itu, aku jadi merasa rindu dengannya. Ah... Celine ku... aku merindukanmuuuu.... sungguh ingin ku teriakkan rasa rinduku pada dunia, terutama padanya, agar rasa rinduku sampai ke telinganya.
Acara pesta sudah selesai, memang meriah sekali pesta yang dipersiapkan oleh kedua orang tua kami. Aku sungguh tidak menduga jika kini aku sudah mempunyai teman untuk berbagi ranjang.
Malam-malam ku kini tidak lagi kelam, dan hari-hari ku kini sedikit berbeda. Istri, kata yang tidak kuduga akan ku sebutkan untuk Diana yang tidak lagi ku tahu perasaanku padanya.
Tidak ada yang tahu jika setiap kali aku dan Diana sedang merajut kasih, wajah yang selalu kulihat adalah wajah Celine-ku. Bolehkan aku mengklaimnya sebagai Celine-ku? Bagaimanapun dia adalah milikku meskipun hanya dalam khayalanku saja, karena wajah dan senyumnya tidak pernah pudar dari hati dan pikiranku. Aaah... aku mengeram frustasi pada saat aku menyadari bahwa itu hanya khayalanku saja.
Namun kini, aku harus benar-benar melupakan Celine dalam hidupku, karena Diana sedang mengandung anak kami setelah kami menikah satu bulan yang lalu.
Aku menikmati peranku menjadi seorang suami yang direpotkan istrinya dengan berbagai permintaan dengan alasan ngidam. Selama dalam masa hamilnya itu, Dinda sangat manja sehingga aku yang seharusnya ditugaskan untuk berada di kota lain selama satu tahun dengan berat hati aku tolak dengan alasan istri yang sedang hamil dan tidak bisa ditinggal.
Untung saja pihak perusahaan bisa mentolerir, tapi hanya untuk kali ini saja, untuk lain kali sepertinya aku tidak bisa mengelak.
Hari kebahagiaanku dan Diana sudah tiba. Anak laki-laki kami sudah lahir ke dunia ini. Dia begitu lucu dan aku sangat menyayanginya. Aku merasakan begitu sempurna duniaku dengan adanya kehadiran putra kami.
Bayangan Celine lama kelamaan agak memudar jika aku bersama dengan Dave, putraku. Namun, jika aku tidak bersama dengan Dave, aku teringat kembali dengan cinta pertamaku yang bernama Celine.
Banyak yang bilang jika Dave memiliki wajah yang mirip denganku. Bagaimanapun aku bangga dengannya. Dia penerus ku, dan dia yang mewarisi gen keluarga ku.
Kini aku menjalani hari-hari ku seperti biasa. Berangkat dan pulang kerja sesuai jam kerja dan tidak pernah main kemanapun, sebab di rumah sudah ada istri dan anak yang menungguku. Namun ada kalanya aku masih rindu dengan Celine. Sering aku melihat story di medsos nya dan melihat candaannya bersama teman-teman yang lain di grup chat. Aaah... aku jadi tambah rindu dengannya.
Setahun sudah pernikahanku dengan Diana. Namun bayangan Celine masih sering kudapatkan. Kini sesuai perjanjian aku dipindah tugaskan kembali ke kota Surabaya.
Teman-temanku di Malang mengetahui jika aku sedang berada di Surabaya. Mereka mengadakan pertemuan, ya bisa dibilang reuni lah untuk teman-teman kami sekelas berkumpul pada saat akhir pekan.
Aku datang dengan rasa senang bercampur takut. Senang bisa kembali berkumpul dengan teman-teman lamaku, terutama Celine yang sangat aku rindukan. Dan takut jika Celine tidak mau bertemu denganku.
Namun, aku tidak ada alasan untuk tidak datang menemui teman-temanku. Ku beranikan diriku menerima apapun reaksi Celine kepadaku.
Sudah satu jam kedatanganku di tempat ini. Berkumpul bersama teman-temanku, bercanda dan mengenang kembali masa-masa sekolah kita dulu.
Aku menunggu kedatangan Celine namun tak kunjung datang. Ku beranikan diriku menanyakan tentang Celine pada teman-temanku.
Jleb!
Hatiku seperti tertusuk belati yang sangat tajam. Mereka mengatakan bahwa Celine akan menikah lusa, maka dari itu dia tidak bisa datang ke acara ini.
****!
Siapa pria yang beruntung itu? Pikiranku kacau, aku tidak rela Celine menjadi milik orang lain. Katakan aku gila, aku tidak waras ataupun tidak masuk akal, terserah. Dia Celine ku, dia wanitaku, dia milikku.
Aaaargh......
Ku jambak rambutku dengan kasar, dan ku berteriak sekuat tenaga, namun hanya bisa kulakukan di dalam hati saja hingga hatiku terasa sesak dan sakit.
Seandainya saja ada tempat yang bisa aku gunakan untuk berteriak, pasti akan aku teriakkan dengan lantang suara hatiku yang sedang lara ini.
Aku sungguh tidak bersemangat dan sangat kacau. Guyonan yang dilontarkan teman-temanku tidak masuk ke dalam telingaku. Bayangan Celine dengan memakai baju pengantin membuat hatiku bertambah sakit.
Hingga waktunya kami pulang, Celine memang tidak datang. Aku sangat ingin bertemu dengannya walau hanya untuk yang terakhir kalinya.
"Alex, aku nebeng bareng kamu ya. Aku mau ke rumah orang tuaku di Surabaya," ucap salah satu temanku yang bernama Reni Wijaya.
"Loh bukannya orang tuamu disini?" tanyaku.
"Sudah pindah sejak aku kuliah. Aku tinggal disini sendiri," jawabnya sambil masuk ke dalam mobilku.
"Kamu diundang Celine?" tanyaku memberanikan diri membicarakan Celine.
"Iya lusa, dia dulu juga datang saat aku nikah," jawabnya.
"Kamu udah nikah?" tanyaku.
"Udah, tapi udah cerai juga. Anakku dua ada sama orang tuaku di Surabaya," jawabnya.
"Cerai? Kenapa? Eh sorry kalau aku mulai kepo," ucapku disertai dengan cengiran candaku.
"Biasalah masalah rumah tangga pasti ada. Udah dua tahun aku janda," jawabnya.
"Sorry ya, aku gak bermaksud menggali luka lamamu," aku meminta maaf padanya.
"It's okay. Santai aja," jawabnya sambil tertawa.
Hujan di kota Surabaya semakin deras. Rumah orang tua Reni masih jauh dari apartemenku.
Reni meminta agar dia dibawa ke apartemenku saja karena sepertinya dia sedang tidak enak badan, dia ingin minun teh hangat yang ku buatkan di apartemenku karena dia ingin mengetahui tempat aku tinggal di Surabaya.
Aku tidak bisa menolak permintaannya karena Reni sangat memaksaku. Sesampainya di apartemenku, aku membuatkannya secangkir teh hangat.
Namun di luar dugaan ku, Reni memintaku untuk melakukan kerokan di punggungnya karena dia sedang masuk angin.
Sumpah, aku sangat kaget karena seorang wanita bisa meminta hal itu pada seorang pria. Meskipun kami teman, bukankah harusnya kita juga menjaga batasan?
Aku menolak karena aku merasa masih punya harga diriku sebagai pria baik-baik. Namun lama-lama tembok yang aku bangun tadi menjadi roboh, hancur berkeping-keping.
Aku tidak bisa menahan hasrat ku, Reni begitu lihai mempermainkan ku. Dia membuatku lupa akan semua hal. Sentuhannya dan perlakuannya membuat ruangan dalam apartemenku menjadi panas meskipun di luar sedang hujan deras.
Aku sungguh terbuai dengan setiap yang dia lakukan. Dan itu membuat sisi pria ku tertantang. Sehingga aku juga mampu membuatnya melayang dan akhirnya kami tumbang bersama dalam pencapaian terakhir kami.
Sungguh aku tidak pernah menyangka jika aku melakukan hal ini bersama dengan Reni, teman SMP ku yang tidak pernah masuk dalam hatiku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Lina Zascia Amandia
Gak dpt Celine, ehhh dpt janda gatel..,
2022-05-30
1