David dan Randy menuju rumah sakit, tepatnya di bagian koroner untuk menemui dokter Tini Srikandi. Mereka kali ini menggunakan mobil HRV milik David yang memang diparkir di parkiran apartemen.
David memang sengaja menaruh dua mobil, yang satu untuk bertugas biasa, sedangkan yang satu khusus untuk pengintaian di malam hari bersama dengan para waria.
Randy yang bagian menyetir melirik David yang sedari tadi menatap layar ponselnya. Tampak wajah Anandhita terpasang di wallpaper nya.
"Dave, kalau boleh kasih saran. Selama kita menyamar, ada baiknya wallpaper elu diganti standar saja."
David menoleh. "Why?"
"Buat jaga-jaga saja sih. Kita nggak tahu kapan musibah ponsel kita hilang apalagi kita kan tahu semalam seperti apa ramainya." Randy menatap sahabatnya.
David mengangguk. "Benar juga lu! Nanti setelah dari dokter Tini, kita kembali ke Rainbow. Ingin tahu ada renovasi apa."
"Habis Jumatan kita kesana" putus Randy.
"Dang it! Aku lupa kalau hari ini hari Jumat!" David menepok jidatnya. "Jadwal aku jemput Didit pulang dari rumah sakit!"
David lalu menelpon Anandhita yang langsung menerima panggilannya.
"Maaf sayang, mas nggak bisa jemput karena masih bekerja" ucap David dengan nada memelas.
"Ih mas David kayak aku nggak hapal aja. Nggak papa mas, kan kemarin dah bilang mau keluar kota ada urusan. Lagipula aku tahu resikonya sama detektif" balas Anandhita santai.
"Ya udah. Nanti pulangnya sama siapa?"
"Sama Arga kok."
"Bagus. Hati-hati ya sayang. Assalamualaikum."
"Wa'alaikum salam."
"Sudah? Ayem?" ledek Randy.
"Yup. Setidaknya ada Arga sama Didit."
***
Mobil HRV bewarna hijau olive itu tiba di parkiran koroner rumah sakit Bhayangkara dan kedua polisi tampan yang memakai baju preman itu mendatangi ruang dokter forensik. Tampak dokter Tini sedang membuat laporan dan disana juga tampak dokter Farah dengan wajah manyun melihat siapa yang datang.
"Selamat pagi" sapa Randy ramah sedangkan David hanya mengangguk dengan senyum tipis.
"Pagi duo ganteng" sapa Dokter Tini ramah seperti biasanya.
"Pagi dok Tini, dok Farah" sapa Randy SKSD ( Sok Kenal Sok Dekat ) SDSB ( Sok Dekat Sok Baik ).
"Ada angin apa nih kalian kemari? Oh Letnan David, kemarin Anandhita kemari lho."
"Ohya? Ngapain Didit-ku kesini?" David sengaja menekankan panggilan Anandhita supaya didengar oleh dokter Farah.
"Iya. Biasa silahturahmi" senyum Dokter Tini. "Ada apa nih berdua datang?"
"Bisa bicara secara pribadi dok?" pinta David.
Dokter Tini memandang ke dua polisi itu yang wajah mereka tampak serius. "Something wrong?"
"Something serious, dok" ucap David.
"Oke. Bisa ke ruang autopsi. Tenang, hari ini lagi sepi mayat" kekeh Dokter Tini. Ketiganya pun masuk ke ruang autopsi yang berbau disinfektan dosis tinggi.
"Mau ngomong apa?" tanya dokter Tini.
"Dok, apakah anda memiliki Toyota Alphard warna putih dengan nomor polisi B 7141 TN?" tanya David.
"Alphard putih? Dulu aku punya Dave tapi sudah aku jual setengah tahun lalu" jawab dokter Tini.
"Anda jual kemana?"
"Sebenarnya aku tukar tambah sih ke Toyota dan aku ganti ke Toyota 86 yang sekarang aku pakai."
"Toyota mana kalau boleh tahu" desak David.
Dokter Tini menyebutkan dealer Toyota yang menerima tukar tambah mobil Alphard nya.
"Tapi nama di BPKB belum diganti ya dok?" tanya Randy.
"Belum karena pemiliknya yang baru bersedia membayarkan pajaknya meksipun masih memakai namaku."
"Tapi Anda kan jadi kena pajak progresif karena punya dua mobil dengan nama sama" ucap David.
"Resiko, Dave tapi kan memang pajak profesional kan memang berbeda dan aku seorang dokter jadi ya begitulah" kekeh dokter Tini. "Memang ada apa kok nanyain mobil yang sudah aku jual?"
"Kemarin Randy bilang lihat mobil anda dok di daerah Pancoran malam-malam" jawab David yang membuat Randy mengangguk.
"Nggak mungkin lah malam-malam aku ke Pancoran. Semalam saja aku sudah tidur dari jam sembilan gara-gara ngantuk luar biasa" kekeh Dokter Tini. "Lagi pula, mobil itu sudah bukan milikku meskipun nama di BPKB masih milikku."
"Ya sudah, kita ke markas saja sekarang habis itu jumatan" putus David.
Ketiganya pun keluar dari ruang autopsi dan ketiganya terkejut melihat dokter Farah sudah berdiri disana.
"Letnan David, bisa bicara sebentar?" dokter Farah menatap tajam ke arah David.
Dokter Tini dan Randy memandang David yang langsung auto muka datar dengan tatapan 'selesaikan urusanmu biar tidak ada drama'.
"Aku dan Randy ke depan dulu, Let. Kalian bicara disini saja" ucap dokter Tini.
"Jangan galak-galak, bro" bisik Randy sebelum pergi meninggalkan David berdua dengan Dokter Farah.
***
"Apa yang ingin dokter bicarakan?" tanya David dengan wajah dingin seperti biasanya.
"Apakah benar Anandhita itu Didit?" tanya dokter Farah tajam.
"Benar. Dia adalah Didit. My Didit. Kenapa dok?"
"Apa sih yang menarik dari gadis biasa itu? Apa karena dia dokter bedah dan kaya jadi letnan memilih dia?"
David ingin tertawa melihat pola pikir dokter Farah yang kekanak-kanakan.
"Setidaknya pola pikir Didit tidak seperti dirimu, dok yang satu server dengan anak ABG. Dok, kamu itu sudah dewasa, sama dengan Didit usianya tapi kalau soal sikap dan perilaku, berbeda jauh. Aku tidak suka cewek belum matang!"
"Siapa bilang aku belum matang? Lihat dua asetku!" Dokter Farah membusungkan dadanya yang memang ukurannya lebih besar dari punya Anandhita.
"Bukan matang fisik, matang pola pikir dan emosional. Dokter Farah itu terbiasa dimanja jadi kurang matang ESQ nya." David tersenyum tipis.
"Aku bukan cewek manja!" bantah dokter Farah.
"Anda adalah cewek manja dok. Buat sebagian pria, cewek manja itu tipe kesukaan mereka, tapi bukan saya karena saya tidak suka. Saya suka cewek yang bisa menempatkan dirinya sesuai dengan situasinya."
"Apa yakin kamu tidak suka cewek manja dan hangat seperti aku? Tampaknya pacarmu itu orangnya kaku dan tidak bisa seperti aku" dokter Farah hendak mengelus wajah David yang langsung mencekal pergelangan tangannya.
"Cukup dokter Farah! Anda sudah mulai melewati batas. Carilah lelaki lain yang bisa menerima anda tapi yang jelas, lelaki itu bukanlah saya." David melepaskan cengkeramannya dan berjalan meninggalkan Dokter Farah yang menatap marah ke arah pria yang sudah membuat hatinya tidak bisa berpaling ke pria lain.
"Anandhita tidak akan betah dengan polisi yang gajinya kecil seperti mu Let! Hanya aku yang bisa menerima kamu!" teriaknya frustasi karena David mengabaikannya.
David pun berhenti lalu berbalik. "Ini bukan masalah uang atau materi, tapi masalah hati. Saya hanya menganggap anda sebagai rekan kerja, tidak lebih. Saya tahu anda dari keluarga kaya tapi saya tidak ada perasaan khusus ke anda. Janganlah terlalu obsesi akan sesuatu karena jika tidak sesuai dengan harapan, rasanya akan sakit."
Setelahnya David benar-benar meninggalkan dokter Farah.
Awas kau Anandhita! Gara-gara kamu, aku sulit mendapatkan David!
***
Yuhuuu Up Pagi Yaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote n gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
See Yaaaaaa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Murti Puji Lestari
kebayang trio waria jadi cherleder, langsung bersorak huuuuuuu .....
mbok yo sadar diri thow yo...
2024-10-24
1
🥰Siti Hindun
Hadeuh..Orang kurang waras kaya Farah kok bisa ya jadi Dokter🤔?
2024-01-10
1
Ermi Sardjito
emosian gitu kok jadi dokter sih, dr farah,....untungnya dokternya mayat, klo dokter umum, wah....bahaya
2022-06-19
1